Technology Trends

Ambisi PDG Jadi Penyedia Pusat Data Terbaik di Indonesia

Pritimukta Sarangi & Stephanus Tumbelaka (Foto: Yosa/SWA)

Transformasi digital menghasilkan peluang pertumbuhan besar-besaran bagi bisnis data center (pusat data). Hampir semua sektor industri di Indonesia saat ini membutuhkan infrastruktur penyimpanan data tersebut untuk menunjang bisnis.

Riset Mordor Intelligence menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu pasar potensial untuk pusat data di Asia Tenggara, dengan perkiraan nilai industri mencapai US$3,43 miliar (Rp 51 triliun) pada tahun 2027.

Menanggapi kebutuhan yang terus meningkat itu, Princeton Digital Group (PDG) sebagai penyedia pusat data yang beroperasi di Indonesia sejak 2019 ini memiliki ambisi untuk menjadi pemain nomor satu di tanah air.

“Jika ditanya target, ya semua ingin menjadi yang terbaik, begitu pun kami. Intinya we would like to be number one,” ujar Stephanus Tumbelaka, Managing Director Indonesia PDG.

Jika dilihat bekal yang telah dimiliki perusahaan yang berbasis di Singapura ini, bahwa hingga saat ini di Indonesia PDG telah memiliki total 5 pusat data yang aktif serta 1 pusat data yang sedang dalam proses pembangunan. Pusat data tersebut lokasinya tersebar di sejumlah kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekanbaru.

Pusat data baru yang sedang dalam proses pembangunan berada di Cibitung yang diberi nama Jakarta Cibitung 2 (JC2) dengan kapasitas 22MW. “Sebentar lagi akan rampung, akan mulai digunakan tahun ini. Kalau ditotal dengan yang baru ini maka kapasitas kami total sekitar 30MW,” ungkap Stephanus.

Dia melanjutkan, selain kapasitas pusat data, pihaknya juga memiliki 4 hal yang selalu diperhatikan dalam menjalankan bisnis, yaitu Renewable Energy, Efisiensi, Design & Construction, dan Teknologi & Inovasi.

“Saya sharing tentang empat hal ini di acara Indonesia Cloud & Data Center Convention 2023 tadi. Keempatnya yang harus diperhatikan dalam pengembangan data center,” ujarnya.

Optimisme PDG untuk menggapai ambisinya itu juga didorong oleh posisi perusahaan yang beroperasi secara gobal. Pritimukta Sarangi, Head of Marketing and Sustainability PDG, mengatakan, pihaknya memiliki strong capital yang dibarengi oleh strong backround, mengingat telah beroperasi secara global yang memungkinkan berbagi keahlian.

“Perbedaan kami dengan yang lain yaitu PDG adalah global company. Kami punya very strong background. Kami bisa share knowledge dengan para expertise di negara lain,” tuturnya.

Mengenai klien dari sektor mana saja yang paling besar, pihaknya tidak ingin merinci lebih dalam. Namun Stephanus mengatakan, bahwa sektor industri di Indonesia yang paling besar pengeluaran untuk IT adalah sektor finansial/perbankan.

Adapun pada akhirnya, mereka berdua berpendapat, pilihan terakhir selalu ada di tangan konsumen, bahwa kapasitas pusat data tidak selalu segala-galanya, melainkan terdapat faktor lain yang bisa mendorong konsumen untuk menggunakan seperti kemampuan SDM dan reputasi.

“Pada akhirnya keputusan ada di customer. Mereka kan punya banyak sekali ekspektasi, tak hanya perihal teknis, tetapi juga faktor lainnya,” ujar Stephanus.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved