Indonesia Bisa Jadi Pusat Bahan Baku Produksi Mebel Dunia

Industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak 6 tahun terakhir. Selain itu, pasar mebel dunia adalah pasar yang sangat potensial bagi Indonesia. Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar US$695 miliar dan diprediksi meningkat menjadi US$766 miliar pada akhir tahun 2023.
Namun, jika dibandingkan dengan Indonesia, kala itu baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar US$2,8 miliar tahun 2022 yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke 4 di regional Asia, masih di bawah China, Vietnam dan Malaysia.
Padahal, seperti yang kita ketahui, industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat. Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam kita yang melimpah.
Indonesia memiliki hutan seluas 68 juta hektare, produsen 85% rotan dunia, dan kita nomor tiga produsen bambu terbesar dunia setelah China dan India. Industri mebel juga menjadi penyerap tenaga kerja yang besar karena termasuk dalam industri padat karya yang menyerap 500.000 tenaga kerja langsung per tahun 2021.
Selain itu, industri mebel juga menciptakan multiplier effect-nya yang luas bagi industri lainnya dan berkontribusi menggerakkan sektor industri lainnya melalui produk-produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.
Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri.
Tumbuh dan berkembangnya industri hospitality di luar negeri dan termasuk di dalam negeri, dan dengan giatnya industri Pariwisata serta industri HORECA (Hotel, Restaurant, Cafe), tentunya akan terus meningkatkan permintaan akan produk mebel dan kerajinan.
Maka dalam upaya untuk terus mendukung dan memperluas pemasaran produk mebel dan kerajinan Indonesia, Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) kembali akan menggelar IFFINA, Indonesia Mebel & Design Expo 2023 setelah sebelumnya sempat vakum selama 6 tahun.
Tahun ini merupakan ke-10 kalinya penyelenggaraan IFFINA sejak pertama kali digelar pada 2008, kali ini IFFINA akan didukung oleh tiga kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Perdagangan, juga Bank Indonesia.
Perhelatan besar ini akan digelar pada tanggal 14 – 17 di bulan September tahun ini bertempat di ICE (Indonesia Convention & Exhibition) BSD seluas 6 hall. Pameran ini akan menjadi showcase bagi 6 kategori utama, yaitu furniture, craft, project design, homeware, home fabric, serta decorative & gift. Jumlah pengunjung yang ditargerkan akan hadir ke pameran ini sekitar 10.000 orang dengan jumlah peserta pameran mencapai 400 perusahaan.
ASMINDO mengharapkan dukungan dan keterlibatan seluruh stakeholder terkait, baik dari institusi Pemerintah Pusat dan Daerah, BUMN, sektor swasta, lembaga pembiayaan, pemerhati lingkungan serta tentunya para pelaku industri mebel dan kerajinan.
Sebagai pionir penyelenggaraan pameran mebel dan kerajinan di circle kedua, ASMINDO berharap negara-negara di ASEAN pun dapat mengikuti langkah ASMINDO dengan menyelenggarakan pameran internasional serupa, sehingga tercipta eksosistem yang kondusif pada circle kedua di kawasan Asia Tenggara.
IFFINA 2023 diharapkan menjadi trendsetter di wilayah Asia Tenggara sebagai pameran furnitur dan kerajinan di circle kedua, sesuai dengan tagline yang diusung tahun ini, yaitu ‘The New Sourcing Circle in Asia’.
Di Tiongkok yang memiliki 2 pameran furnitur besar pada semester pertama di bulan Maret dan September untuk semester kedua. Diharapkan pameran di Indonesia ini akan memfasilitasi kebutuhan pasar furnitur dunia yang belum tercukupi serta diharapkan mampu menghadirkan peluang bisnis yang menjanjikan bagi pelaku industri mebel dan kerajinan di Indonesia dan sekitarnya.
IFFINA bukan hanya ajang pameran produk mebel dan kerajinan terbaik dari Indonesia. Lebih dari itu, IFFINA merupakan titik kumpul yang tepat bagi para pelaku industri, pemerintah, maupun masyarakat untuk bersama-sama mendukung terwujudnya ekosistem industri mebel & kerajinan yang maju.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) RI mengatakan dengan penyelenggaraan pameran yang digagas IFFINA ini akan membuat importir senangnya, karena hanya ke satu tempat tanpa perlu blusukan ke daerah bisa melihat peluang kerja sama dan belanja mebel juga bahan baku mebel Indonesia. “Kita bisa buat ini juga sekarang dengan teknologi metaverse agar memudahkan pebisnis mebel global,” katanya.
Dia mengatakan saat ini kekuatan ekonomi sedang berubah, sehingga kita bisa mencari potensi pasar baru, jangan ke pasar-pasar tradisional saja. “Furnitur bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia, bahan bakunya juga ,”tegas dia.
Teten mengungkapkan bahwa tahun lalu 90% ekspor produk mebel Indonesia 51% ke Amerika, Eropa 19%. “Kita bisa memaksimalkan bahan baku yang banyak di Indonesia, bambu salah satunya. saya juga mendorong penggunaan bambu melihat isu lingkungan hidup sedang meningkat. Indonesia bisa jadi pusat bahan baku mebel dari bambu setelah Cina. Di NTT ada 40 ribu kebun bambu yanh sudah memenuhi standar lingkungan hidup untuk produksi mebel dunia. Saya mendorong penghasil bambu menjual dalam bambu laminasi bukan bambu mentah,” jelas Teten.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id