Profile Entrepreneur

Terobosan David Christian Memperkenalkan Evoware, Pengganti Kemasan Plastik

David Christian, Pendiri Evoware

Indonesia masih menghadapi persoalan terkait pengelolaan sampah terutama sampah plastik. Dalam sehari, sampah yang dikeluarkan warga di DKI Jakarta bisa mencapai 8.000 ton. Sementara, kapasitas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Bantargebang, Bekasi sebagai tempat penampungan sampah dari DKI Jakarta hanya mampu menampung sebanyak 2.000 ton setiap harinya.

Salah satu cara praktis untuk menanggulangi isu terkait sampah bukan hanya menggunakan pengganti plastik semata, melainkan juga menjalani gaya hidup guna ulang dan membuat inovasi produk baru yang tidak terbuat dari plastik. Permasalahan dalam menanggulangi sampah plastik yang tak kunjung usai, mengetuk hati David Christian, pria kelahiran Bandung, 26 September 1992 ini mendirikan startup Evoware. Startup ini menawarkan alternatif plastik untuk produk kemasan, menggunakan bahan dasar rumput laut yang tidak menggunakan bahan kimia pada proses pembuatannya.

Evoware merupakan projek bisnis berbasis sosial dan lingkungan yang didirikan pada April 2016. Berdirinya Evoware ditandai dengan lahirnya gelas yang terbuat dari bahan alami, diberi nama Ello Jello. Idenya tercetus saat David pulang ke Jakarta setelah 4 tahun kuliah bisnis internasional di Canadian College, Kanada.

“Saat pulang ke Indonesia pada Oktober 2015, saya prihatin melihat kondisi sampah yang ada dimana-mana, tidak tertata dengan benar serta udara di sini tidak segar seperti di Kanada. Sampah di Kanada tertata, tidak banyak yang buang di sembarang tempat. Saya harus membuat yang beda, Untuk itu, saya memutuskan untuk membuat inovasi produk unik dan belum pernah ada sebelumnya. Saya membuat gelas yang bisa dimakan. Jika membuat dari bahan plastik ya sama saja, karena sampah plastik membutuhkan waktu 50 hingga 100 tahun untuk terurai,” ujar David saat dihubungi SWA Online melalui Zoom, beberapa waktu lalu.

Kala itu, David terpikir membuat dari agar-agar, namun pasti meleleh dan tidak kuat. Terlintas membuat gelas dari gelatin yang terbuat dari tulang hewan, tapi untuk kalangan vegan tidak bisa makan. Akhirnya, dia mencari bahan yang bisa dibentuk, kokoh dan bisa dimakan semua kalangan. Dia memilih rumput laut.

“Tantangan terbesar adalah dalam menemukan bentuk dan tekstur gelas yang sesuai agar bisa menampung minuman dan mudah dipegang. Kami masih kesulitan untuk produksi massal karena keterbatasan dana, tenaga kerja, dan mesin produksi, meski permintaan terus berdatangan karena saya hanya memakai modal sendiri. Kemudian, kami juga sulit menemukan pasar yang tepat karena belum siap dengan adanya produk ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran kepada masyarakat untuk mengganti plastik dengan produk Evoware yang masih dinilai mahal untuk sebagian orang. Kami juga mendesain gelas berdasarkan permintaan pasar, bukan merancangnya sendiri,” tutur David

David memperkenalkan pertama kali gelas ciptaannya di sebuah bazar makanan di Jakarta. Bertepatan dengan April Mop, pengunjung tidak yakin gelas ciptaan David bisa dimakan.

“Kami meluncurkan Ello Jello pas April Mop. Waktu itu, kami menggelar pertunjukan kuda lumping makan gelas Ello Jello. Banyak orang mengira (gelas yang bisa dimakan) itu bohong. Setelah itu, kami menjelaskan bahwa gelas ini bisa dimakan dan respons pengunjung sangat positif, terjual 400 gelas pada hari pertama”, kata David.

Bahan dasar rumput laut sendiri didapatkan langsung dari hasil budidaya petani rumput laut. “Tahun ini, kami juga akan mencoba untuk memproduksi rumput laut sendiri yang rencananya akan dibudidayakan di Pangandaran, Banten dan Lombok, Nusa Tenggara Barat,” tuturnya.

Kreasi kemasan rumput laut menuai hasil positif. Di tahun 2018, desain kemasan Evoware berhasil memenangkan innovation price dari “Circular Design Challenge” yang diselenggarakan oleh The New Plastics Economy. Selain memproduksi gelas dari rumput laut, Evoware juga menyediakan peralatan makan dan minum (sendok, garpu, sedotan dan tempat makan) dan pengganti kantong plastik sekali pakai atau pembungkus yang terbuat dari singkong dan beras.

“Selain memproduksi gelas tersebut, kami juga aktif dalam mengampanyekan gerakan rethink plastic untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak penggunaan plastik dan mengembangkan riset alternatif pengganti plastik yang bahan bakunya terbuat dari rumput laut,” ujar David.

Hingga kini sudah banyak restoran, kafe dan hotel yang memakai produk Evoware. “Sudah lebih dari 100 lebih dari perusahaan yang memakai produk Evoware. Ada dari Eropa, Australia, Malaysia dan Arab Saudi. Tapi sayangnya, sekitar 80% dari pengguna produk startup tersebut justru berasal dari luar negeri. Di Indonesia yang paling banyak menggunakan Evoware ada di Bali dan Jakarta,” ujar David

“Produk Evoware ditawarkan seperti gelas dari rumput laut Rp20.000, sedotan dari beras Rp300; sendok garpu Rp5.000, plastik dari singkong Rp2.000. Produk Evoware bisa ditemukan di Tokopedia, Shopee dan laman resmi kami,” terang David.

David menjelaskan, tak hanya membudidayakan rumput laut sendiri, namun juga sedang mengembangkan biji/palet plastik yang terbuat dari rumput laut. Selain itu, banyak permintaan pasar yang menginginkan ada rasa khusus karena pada dasarnya produk Ello Jello plain hanya beraroma untuk menjaga rasa minuman tetap tidak berubah fungsinya sebagai gelas.

Ke depannya, dia berharap agar produknya lebih banyak dinikmati di Indonesia, bukan karena harga yang mahal pada waktu pertama kali membeli tapi lebih memperhatikan efek jangka panjangnya. Serta, merambah ekspor ke negara lainnya. David juga menargetkan bisa membuat produksi kemasan rumput laut dengan massal, menghasilkan ratusan ribu kemasan per harinya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved