Profile Entrepreneur

Perjalanan Indra Merintis Bobobox Hingga Ekspansi

Founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan (Foto: ist)

Hotel kapsul di Indonesia merupakan konsep bisnis yang baru. Biasanya, kita melihat bisnis hotel berada di gedung tinggi dengan desain yang cukup seragam dan ukuran kamar yang relatif luas. Namun, sejak tahun 2018, hotel kapsul besutan Bobobox telah dikenal luas di kalangan anak muda.

Kesuksesan perkembangan bisnis Bobobox tak lepas dari tangan dingin dan perjuangan salah satu foundernya yaitu, Indra Gunawan (38). Indra adalah mantan konsultan bisnis yang konsisten dalam mengembangkan bisnis Bobobox dengan keteguhan serta visi kuat dan riset yang cukup panjang.

Pekan lalu, SWA Online berkesempatan mewawancarai Indra Gunawan di Jakarta untuk menceritakan perjalanannya di dunia bisnis. Karir entrepreneurnya dimulai sejak berkuliah di University of Melbourne (2005). Sang ayah meminta Indra pulang untuk meneruskan bisnis keluarga yang saat itu tengah meredup.

“Pada waktu itu diibaratkan saya seperti ‘tercemplung’ ke dunia usaha. Niat awal saya berkuliah itu ingin terjun ke dunia profesional. Dikarenakan kondisi bisnis keluarga pada saat itu, akhirnya saya mulai belajar bagaimana memimpin suatu perusahaan. Waktu itu keluarga punya usaha printing shop, lalu saya coba kembangkan untuk membuat packaging, karena saya lihat packaging itu potensi bisnisnya lebih panjang dan repetitif,” ujar Indra menceritakan awal berkarir di dunia bisnis.

Dalam menjalani bisnis printing, Indra menggandeng Antonius Bong untuk membuka kantor perwakilan di Australia. Produksi printing diekspor ke pasar Australia. Seiring berjalannya waktu, Indra mempelajari banyak dunia bisnis manufaktur bahkan hingga menggandeng klien dari berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 2009, Indra mulai belajar mengenai skema fundraising dan landscape bisnis teknologi yang saat itu memiliki potensi tinggi. Lalu pada 2012 Indra bersama Antonius membuat usaha rintisan di bidang game yang kemudian diakuisisi oleh Emtek, holding pemegang lisensi BBM dan Blackberry.

Setelah membuat startup gaming, Indra dan rekannya kembali membuat usaha rintisan baru berbasis daring Cantik.com.Marketplace pakaian perempuan tersebut dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa sektor ini memiliki pangsa pasar yang besar, mengingat fesyen tengah naik daun dan konsumen terbesar adalah perempuan. Band yang tengah mengalami pertumbuhan pesat saat itu adalah Berrybenka dan Sale Stock.

“Sayangnya bisnis ini tidak bisa bertahan lama. Ternyata bukan suatu keputusan yang tepat untuk dua orang laki-laki mengembangkan solusi fashion relevan untuk perempuan. Dari sini kami belajar bahwa ternyata tidak bisa cuma lihat pasarnya besar, lalu langsung buat. Diperlukan juga passion, budaya kerja, dan berbagai aspek krusial lainnya” kata Indra.

Setelah Cantik.com meredup dari industri mode dalam negeri, Indra memutuskan untuk terjun ke dunia profesional menjadi konsultan bisnis di salah satu perusahaan teknologi. Keputusan ini didorong atas berbagai pertimbangan personal yang saat itu harus menjadi prioritas bagi Indra dan Antonius.

“Boleh dibilang ini adalah pekerjaan yang nyaman, berbagai hal sudah diatur secara sistematis dan pasti. Hingga pada akhirnya saya merasa rindu akan entrepreneurship, membuat produk dan melahirkan berbagai inovasi. Dari situ kemudian saya kembali mengajak Antonius untuk menjadi partner bisnis. Komitmen untuk membuat produk lain yang lebih long lasting serta sesuai dengan pengalaman dan keahlian menjadi awal dari perjalanan kami mendirikan Bobobox” ujar Indra menceritakan.

Riset dan Menemukan Ide Bobobox

Dalam merealisasikan ide bisnis tersebut, Indra banyak melakukan riset. Perkembangan bisnis dan perilaku konsumen yang terus berubah juga memotivasi dirinya untuk melahirkan inovasi yang terbarukan. Hingga pada suatu waktu Indra membaca sebuah artikel yang mengatakan, “Jika ingin membuat sebuah produk atau layanan yang legendaris, maka produk atau service itu harus menjadi gaya hidup banyak orang.”

Berangkat dari kata kunci “gaya hidup”, Indra mendapat ide untuk mengembangkan bisnis yang berkaitan dengan tidur. Ini berangkat dari pemahaman bahwa tidur akan selalu menjadi bentuk istirahat dan kebutuhan yang tidak dapat digantikan oleh apapun. “Apa bikin bantal ya, atau kasur. Itu beberapa ide yang awalnya tercetus di benak saya pada saat pertama kali mendengar kata tidur,” ucapnya.

Indra mengulik cara untuk memanfaatkan waktu 24 jam dalam sehari yang terbatas untuk memfasilitasi orang dapat tidur secara berkualitas kapan saja dan menghadirkan akomodasi yang mudah diakses di tengah kesibukan yang tinggi.

Bobocabin menjadi inovasi dan ekspansi bisnis terbaru Bobobox saat pandemi. (Foto. Ist)

Kebetulan keluarga Indra memiliki hotel di bilangan Cipaganti, Bandung yang dikelola oleh saudaranya. Setiap kali Indra pergi berkunjung, dirinya kerap kali mendengarkan keluhan akan bisnis keluarganya tersebut. Di tengah permintaan fasilitas akomodasi yang tinggi dan jumlah wisatawan juga besar, usaha mereka di bidang perhotelan nyatanya lebih banyak mengalami kondisi surut

Indra kemudian mencoba memecahkan masalah tersebut dan menemukan bahwa kehadiran travel agent membuat perang harga semakin tinggi, yang sering kali tidak dibarengi oleh inovasi dari sisi perhotelan itu sendiri. Indra lebih lanjut menemukan solusi tentang affordable travel bunk bed dan hotel kapsul yang mulai menjamur di mana-mana. Ia kemudian melakukan riset lebih dalam mengenai hotel yang juga sering disebut sebagai pods tersebut.

“Hotel kapsul sebetulnya sudah ada sejak tahun 1970-an di Jepang, kok baru tren sekarang, lama banget. Ternyata budget airlines dan sosial media baru ada sekarang. Di situ saya melihat fasilitas dan aspek-aspek unik yang ditawarkan oleh hotel kapsul. Berangkat dari rasa penasaran tersebut, akhirnya saya turut mencoba berbagai hotel kapsul yang ada di Singapura, Jepang, New York, Amsterdam. Di semua kapsul yang saya coba, okupansinya di atas 90%,” ujar Indra.

Meski memiliki tingkat okupansi tinggi, para pemilik hotel kapsul di luar negeri hanya memiliki satu hingga tiga cabang saja. Saat ditelusuri alasan dibalik tidak adanya banyak cabang, ternyata faktor lokasi hotel kapsul yang harus strategis menjadi salah satu konsiderasi utama. Selain itu, kebanyakan dari lokasi hotel kapsul di luar negeri tersebut berdiri di atas lahan warisan keluarga. Sedangkan, jika hotel kapsul berdiri di lahan sewaan atau dibeli dengan harga tinggi, kalkulasi biaya operasional bisnis akan terlalu besar. “Dengan memiliki latar belakang manufaktur,saya tergerak untuk membuat kapsul yang modular dan dapat dipindahkan sewaktu-waktu, jadi tidak melulu perlu punya lahan untuk membangun hotel. Mulai dari ide ini, saya membuat desain dan balik ke Indonesia dengan antusias,” kata Indra mengungkapkan.

Ide tersebut lalu disampaikan ke rekannya, Antonius. Namun, pada awalnya Antonius tidak begitu optimis bahwa gagasan dari rekannya tersebut akan berhasil. “Anton bilang itu adalah ide yang paling tidak masuk akal. Di tengah populernya fasilitas akomodasi dengan kamar yang berukuran relatif luas, orang Indonesia kemungkinan enggan untuk tidur di hotel kapsul. Itu tidak akan berhasil,” ucap Indra mengenang penolakan Antonius, pada waktu itu.

Tetapi, lanjut Indra, idenya kali ini benar-benar memenuhi isi kepala dan sudah dipikiran secara matang. Akhirnya Indra memberanikan diri membuat tim pertama untuk mewujudkan gagasannya tersebut. Dia menggandeng lulusan dari salah satu universitas terbaik di Bandung untuk membuat prototype percobaan selama enam bulan. Jika tidak berjalan sebagaimana diharapkan, maka proyek ini tidak akan dilanjutkan.

“Desember 2017, saya meminta izin ke adik saya untuk menggunakan salah satu kamar hotel untuk diisi kapsul yang sudah saya dan tim desain. Mereka yang menginap di pods ini juga harus berbagi kamar mandi. Ternyata (selama masa percobaan) kami mendapat okupansi rate hingga 98%. Dengan data ini, saya kembali lagi untuk meyakinkan Antonius,” katanya.

Menggunakan data tersebut, Indra akhirnya melakukan fundraising untuk membangun Bobobox pertama di Pasir Kaliki, Bandung. “Prosesnya panjang dan penuh perhitungan. Karena ini merupakan usaha ketiga, saya ingin memastikan bahwa bisnis ini berjalan dengan lancar. Kami memikirkan segala aspek secara matang,” ucap pria pemilik gelar Bachelor of Commerce University of Melbourne ini.

Saat mulai merintis Bobobox, banyak orang yang menyatakan keraguannya akan bisnis ini. Namun dengan keyakinan akan sebuah visi, Indra dan kawan-kawan mempunyai dorongan untuk terus melakukan perbaikan dan pengembangan dengan melihat pertumbuhan bisnis dan pengalaman para pelanggan selama menginap di hotel kapsul tersebut.

Saat ini Bobobox sudah memiliki 27 lokasi dengan jumlah SDM lebih dari 500 orang. Produk terbaru Bobobox adalah Bobocabin,empat penginapan bernuansa alam yang dikembangkan dan terinspirasi dari kehidupan new normal masyarakat saat pandemi Covid-19.

Saat masa pandemi, banyak orang menemukan ketenangan dan suasana baru dengan berada di tengah alam. Sehingga kini destinasi alam yang jauh dari kesibukan kota menjadi tujuan favorit wisata masyarakat. Sampai akhirnya kami mencari ide bagaimana membawa konsep modular ke alam atau outdoor. “Jadi Bobocabin itu produk hasil kepepet (jalan keluar dari perlambatan bisnis akibat pandemi Covid-19).”

Tahun ini, Bobobox tengah getol mencapai profitability di level perusahaan, karena lokasi akomodasi Bobobox di setiap daerah sudah mencapai profit. Tahun ini Bobobox juga ingin mencapai level sustainability, membangun product leadership di kategori hotel kapsul dan kabin, serta membuka terobosan baru di banyak wilayah.

Tingkat okupansi Bobocabin saat ini mencapai 90%, Bobobox Pods di atas 80% dan okupansi di beberapa lokasi sudah mencapai 90%. “Kami melihat trend akan semakin meningkat karena pandemi juga sudah berakhir.WHO sudah mencabut status darurat, dan market sudah mulai kembali pulih.

Akhir bulan ini, Bobobox juga berencana mulai melakukan fundraising Series B. Sementara target masih dirahasiakan karena dalam proses pengkajian. Sebagai perusahaan yang telah mencapai profitability, Bobobox melihat perkembangan bisnis potensial jangka panjang, terutama sentimen pasar kini mulai bagus. “Kami merasa sekarang timing-nya pas,” ucap Indra.

Editor: Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved