Trends

Mengenal Panic Buying dan Faktor Penyebabnya

Ilustrasi panic buying (foto istimewa).
Ilustrasi panic buying (foto istimewa).

Di Malaysia, belakangan heboh masyarakat berdatangan ke supermarket terdekat untuk memborong air mineral. Seketika etalase kosong akibat panic buying atau panik berbelanja. Gelombang panas di Malaysia diperkirakan masih akan berlangsung sampai Juni mendatang.

Mengutip Free Malaysia Today, sejak Maret 2023, para ahli telah mengingatkan untuk bersiap menghadapi cuaca kering yang sangat panjang. Perusahaan air disarankan segera melakukan mitigasi dan konsumen pun diimbau agar menghemat air.

Panic buying atau panik berbelanja menyebabkan kehabisan stok dan gangguan pasokan. Kondisi itu tersebab perubahan perilaku setelah peristiwa besar seperti bencana alam atau wabah penyakit. Mengutip publikasi Factors Affecting Panic Buying during COVID-19 Outbreak and Strategies: A Scoping Review, salah satu perubahan perilaku panic buying ketika konsumen membeli produk dalam jumlah yang luar biasa besar untuk mengantisipasi bencana dan perubahan harga.

Ada banyak alasan orang ketika terpaksa melakukan panic buying, salah satunya dorongan emosi negatif. Pemicu perilaku panic buying karena adanya ketakpastian, ketakutan, kecemasan, kurangnya kepercayaan, persepsi krisis, perilaku sosial dan persesuaian, sarana untuk mengatasi.

Merujuk publikasi Factors Affecting Panic Buying Which Lead to Impulse Buying Among Consumers in Malaysia During Second Phase of MCO in 2021, ada beberapa faktor penyebab terjadinya panic buying:

1. Kecemasan

Orang-orang bereaksi untuk melindungi diri akibat ketakutan dan kekhawatiran, karena tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan. Akhirnya muncul dorongan pembelian dalam jumlah besar untuk persediaan.

2. Media sosial

Keterlibatan dengan media sosial telah memperburuk karena perjalanan berita di media sosial begitu cepat. Itu mempengaruhi orang untuk mengikuti media sosial. Sebagai akibat dari panic buying, hal itu menyebabkan perilaku pembelian impulsif karena tidak direncanakan, spontan, langsung. Itu akibat dari perilaku yang tiba-tiba dengan pertimbangan yang tidak memadai.

3. Rasa ketakpastian

Mereka yang tak siap menghadapi ketakpastian yang akan terjadi pada masa depan akhirnya membeli atau memborong sesuatu tanpa sadar.

Misalnya, panic buying orang-orang saat menghadapi awal pandemi Covid-19. Banyak barang sekaligus yang sedang dibutuhkan orang banyak dibeli. Sangat penting untuk mengetahui sumber dorongan perilaku panic buying. Hal itu juga untuk memastikan, tidak akan ada gangguan pasokan kebutuhan dan perilaku penimbunan.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved