Property

Hoshinoya Bali Bidik Pasar Internasional dan Domestik

Hoshino Resort, grup jenama penginapan asal Jepang yang telah berdiri sejak tahun 1941 awalnya merupakan ryokan atau penginapan Jepang di Karuizawa, prefektur Nagano, Jepang. Namun, sejak tahun 2001, perusahaan mengubah dirinya menjadi brand manajemen perhotelan dan telah berhasil mengelola 40 properti di Jepang dan luar Jepang. Salah satu lini bisnisnya adalah brand hotel mewah yang dinamai Hoshinoya.

Hoshinoya Bali merupakan hotel pertama yang dibangun di luar Jepang di 2017 dengan memadukan seni budaya Jepang dan Bali. “Kami adalah luxury high end brand dengan total 30 villa. Kami tidak seperti boutique hotel yang memiliki ratusan kamar. Karena kami ingin tamu bisa relax and have a good time disini,” kata Takaaki Yasuda, General Manager Hoshinoya Bali saat diwawancara SWA Online di Bali, beberapa waktu lalu.

Bali dipilih lantaran telah menjadi pusat pariwisata di Indonesia, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Kondisi ini membuat Bali mampu menarik turisme internasional, mulai dari negara-negara di Asia, Eropa, Amerika, Australia, Amerika Selatan, hingga Australia. Banyaknya orang yang datang ke Bali dengan latarbelakang yang berbeda juga membuat Bali memiliki rentang pasar yang luas dari mulai dari luxury hingga budget hotel.

Yasuda menambahkan, Hoshinoya menargetkan pasar dari kalangan yang menginginkan ketenangan serta menghargai budaya dan alam. “Visi ini membuat Hoshinoya Bali menonjolkan aspek sejarah dan budaya Ubud yang belum dikenal atau The Unknown Ubud dalam strategi bisnis kami,” ujarnya. Konsep ini konsisten diterapkan di seluruh lokasi Hoshinoya di Jepang maupun luar Jepang, yang selalu menonjolkan budaya lokal di mana Hoshinoya beroperasi.

Keunikan lain yang dimiliki Hoshinoya Bali adalah ketidaktersediaan barang-barang digital seperti televisi dan jam. Hal tersebut dilakukan untuk membuat tamu lebih bisa merasakan pengalaman yang asli dalam hidup atau slow living. “Selama ini, orang-orang sudah menghabiskan waktu mereka di kota untuk mengejar karier, sehingga mereka melupakan koneksi asli dengan alam, budaya dan diri mereka sendiri,” kata dia.

Untuk menunjang pengalaman tersebut, Hoshinoya Bali melakukan inovasi dengan menyediakan aktivitas yang bisa dilakukan para tamu seperti Batik Saya, Banjar Tour dengan berkeliling ke desa-desa sekitar, kelas tari Bali, Ubud Rice Field Walk, dan membuat Canang Sari atau kerajinan tangan Bali. Yasuda menyebutkan, ini merupakan salah satu strategi Hoshinoya Bali untuk menarik tamu domestik dan internasional. “Kami ingin menyajikan kehidupan asli sehari-hari masyarakat desa Bali yang sebelumnya tidak pernah mereka lihat. Respon mereka bagus. Mereka tertarik untuk melihatnya,” tuturnya.

Lantas, bagaimana kinerja bisnis Hoshinoya Bali saat ini? Yasuda memaparkan Hoshinoya Bali merupakan pemain baru dalam industri hospitality di Bali. Sehingga pihaknya masih membutuhkan waktu menarik market untuk datang. “Kami masih membutuhkan waktu untuk memperkenalkan konsep berpaduan Jepang dan Bali ini ke market. But we are now doing well,” ucapnya.

Sebelum pandemi melanda pada medio 2020-2022, Hoshinoya Bali memang hanya menargetkan wisatawan Jepang dan China. Sejak awal, berdiri brand memang bersandar pada konsumen loyalis yang sudah mengenal brand Hoshinoya di Jepang dan Taiwan. Namun, kondisi tersebut berubah setelah pandemi covid-19. Tamu Hoshinoya saat ini banyak diisi oleh wisatawan internasional yang bersal dari USA, United Kingdom, Jerman, dan Australia, serta wisatawan domestik dengan komposisi 70 persen wisatawan Internasional dan 30 persen wisatawan domestik.

Sementara, untuk tahun ini Yasuda enggan menyebutkan target spesifik yang dibidik. Sebab, menurutnya, Hoshinoya Bali baru saja mengubah target pasar mereka tahun lalu sehingga pihaknya membutuhkan waktu sekitar lima hingga 10 tahun lagi untuk melihat perkembangan pasar. “Kami tidak ingin terburu-buru. Ini bukan pekerjaan yang mudah sebab Bali memiliki market yang besar dan kompetitor yang kuat sehingga kami ingin melihat perkembangannya dari tahun ke tahun,” kata dia.

Adapun tamu kebanyakan memesan langsung melalui website dengan komposisi 70 persen dan Online Travel Agent 30 persen. Sebagai tambahan, Hoshinoya Bali memiliki 30 Villa yang terdiri dari Villa Jalak, Villa Soka, dan Villa Bulan dengan rentang harga mulai dari 10 juta hingga 13 juta per villa.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved