Chatib Basri Targetkan Investasi Masuk Rp 500 Triliun Tahun 2014
Setelah lebih dari tiga bulan menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI (BKPM), M. Chatib Basri menargetkan nilai investasi yang masuk ke Tanah Air tahun 2014 mendatang sebesar Rp 500 triliun. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan oleh mantan Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) ini untuk menggenjot investasi, berikut petikan wawancara Herning Banirestu dari SWA.
Tidak ada lho program 100 hari, itu kan yang mendorong media saja (sambil terbahak). Saya pikir kita harus melihat konteks makro sebelum melihat ke depan. Menurut saya, Indonesia saat ini sedang dalam posisi menguntungkan, bukan karena saya di sini, tapi memang karena situasi globalnya menguntungkan Indonesia. Saya tidak mau mengklaim bahwa gara-gara saya di BKPM, membuat nilai investasi di kuartal lalu naik tajam. Saya tidak mau klaim yang buka bagian saya. Jadi, ini merupakan kombinasi dari keuntungan yang kita dapat dari situasi globalnya dan perbaikan yang saya lakukan di sini.
Apa saja situasi globalnya?
Ekonomi di Amerika dan Eropa yang buruk membuat orang yang punya uang harus mengalokasikan uangnya ke emerging market. Jika uangnya Rp 10 triliun tidak diputar, mati saja di bank, itu tidak bagus. Kemudian pemilik modal melihat, tidak mungkin investasi di Amerika dan Eropa. Mereka harus lari ke emerging market, yang tumbuhnya tinggi. India sudah turun pertumbuhannya menjadi 5,5 persen, Cina drop menjadi sekitar 7,5 persen (biasanya di atas 10 persen). Nah mereka cari negara yang pertumbuhannya masih tinggi, seperti Indonesia dan Amerika Latin. Indonesia termasuk negara yang tinggi pertumbuhannya. Inilah yang saya sebut sebagai push factor.
Lalu kita melihat seperti Jepang, mereka punya problem pada apresasi Yen yang membuat biaya produksi mereka menjadi mahal. Maka mereka harus relokasikan produksi mereka ke negara lain, yang paling memungkinkan adalah Indonesia.
Selain itu, ada pull factor yang menarik di Indonesia. Indonesia ini dinilai penduduknya muda (banyak usia muda). Kalau penduduknya muda, begitu Anda kerja yang dipikirkan adalah beli kendaraan, Anda belum berpikir Anda pensiun itu nabungnya bagaimana. Yang dipikirkan konsumer: kredit rumah juga. Ini life cycle muda yang memang konsumsinya strong. Penduduk Indonesia 240 juta atau 42% penduduk ASEAN. Skala ekonominya 48% dari ASEAN. Jika mereka bisa menggarap pasar ini, mengapa harus melihat ke pasar lain.
Pull factor dan push factor ada, inilah yang membuat investasi datang ke sini. Global context ini tidak ada hubungannya dengan saya atau pemerintahannya siapa. Secara setting Indonesia diuntungkan dengan situasi ini. Atau yang kita kenal sebagai periode ekspansi. Namun demikian kita harus sambut mereka. Kalau mereka ke sini (para investor), mereka harus nyaman. Inilah yang harus dilakukan atau peran dari kebijakan.
Lalu, apa yang Anda lakukan untuk mendukung investor?
Peran kebijakan ini harus diperhatikan, terutama membuat investor nyaman. Dimulainya harus dari sesuatu yang berada dalam kontrol saya. Istilahnya: you have to pick your own battle. Memilih pertempuran yang Anda yakin menang. Jangan ambil pertempuran pertama yang Anda belum tentu menang.
Saya harus memilih bidang pertempuran di mana saya yakin saya bisa kendalikan itu, agar orang yakin reform itu ada. Saya turun langsung ke front office, untuk melihat apa yang ada di sana. Berdasarkan survei KPK, BKPM itu institusi pemerintah yang pelayanan publiknya paling baik. Itu survei tahun 2012, dianggap paling bagus layanannya dan bersih dibanding institusi lain. Ini bagus dong. Saya turun ke bawah. Saya lihat, ada ibu-ibu nomor antriannya 58, itu sudah jam 4 sore, antrian baru sampai nomor 30an. Berarti ibu itu tidak akan dapat layanan hari itu dan harus kembali lagi esok harinya. Ini berarti ada yang tidak benar dalam sistem. Ada yang salah jika orang harus kembali lagi untuk mendapat layanan.
Saya lalu memanggil orang-orang, saya membandingkan layanan SIM yang bisa cepat. Banyak investor datang yang tidak mengerti apa saja persyaratannya. Jadi waktunya habis untuk cek-cek administrasi, jadi satu orang bisa dilayani dalam 1,5-2 jam. Informasinya tidak cukup baik, untuk membuat mereka well inform sebelum mereka menyerahkan berkas. Ini suatu yang simple tidak perlu kompromi politik untuk membenahi ini.
Kalau begitu kami siapkan help desk, jadi sebelum masuk ke counter untuk antri dia bisa dicek berkasnya di situ. Setelah oke bisa antri. Orang yang di loket langsung diproses tanpa cek berkas lagi. Jadi antrian yang semula 6 jam dengan adanya help desk jadi hanya 3 jam saja.
Apa lagi pembenahan yang Anda lakukan di BKPM?
Minggu lalu saya di twit lewat akun twitter saya @ChatibBasri, ucapan terima kasih pelayanan di BKPM sekarang lebih cepat. Saya pikir itu lebih dari apapun, tidak perlu konferensi pers untuk menunjukkan kemajuan BKPM. Tidak perlu kompromi politik di DPR atau berkoar di media massa. Padahal saya pikir antrean 3 jam saja masih terlalu lama.
Saya berpikir proses perizinan itu harus sama dengan proses customer service di bank. Saya cek ke bank-bank, mereka bisa cepat, itu kan sistemnya ada, kami bisa pelajari.
BKPM itu melayani investor dari luar juga. Mereka tinggal di luar negeri, tidak bisa semua langsung datang ke Indonesia. Mereka berhubungan dengan Indonesia hanya lewat telepon, email atau website. Tidak mungkin hanya tanya saja mereka harus ke Indonesia. Kalau informasi di tiga tempat itu bermasalah, bagamana orang akan investasi di sini. Semua dalam proses untuk peningkatan layanan. Telepon harus cepat diangkat. Email harus segera direspons. Website harus informatif. Flow-nya harus dibenahi, artinya sistemnya dibenahi. Bukan orangnya dulu. Mereka sudah bagus-bagus.
Artinya, apa yang dilakukan hanya improvement?
Harus jalan dengan kondisi yang ada. Tidak harus datang dengan sesuatu yang baru. Kita harus berangkat dari apa yang ada. Kita harus berjalan meski dengan kondisi paling jelek. Kita tidak bisa mengubah constrain. Apa yang masih bisa dilakukan dengan keadaan yang sudah given itu. Jadi saya harus berpikir apa yang bisa dilakukan dalam seminggu. Itulah policy maker yang harus dilakukan. Jangan constrain itu jadi kendala. Given resources itu harus dimaksimalkan.
Saya suka beli buku di Amazon.com. Setiap beli buku di sana, saya dapat tracking, buku itu sampai di mana. Saya ingin apa yang dirasakan investor kala berkasnya diproses mereka tahu persis dokumennya ada di mana. Itu membuat kenyamanan untuk mereka. Bahwa apply mereka sudah sampai di meja mana. Ini bisa dilakukan? Oh bisa, mereka kan bekerja dengan komputer, yang dengan lock in time. Investor bisa dikasih no PIN yang bisa mengecek sudah sampai di mana berkasnya. Mudah-mudahan sistem ini bisa mulai berjalan bulan September tahun 2012. Tidak perlu investasi besar untuk improvement ini.
Sebenarnya sudah jadi sistem itu. Kami juga membuat agar form isian berkas dibuat simpel sehingga tidak perlu dicek berulang kali. Website juga harus jelas. How to apply itu tidak boleh membingungkan. Saya ingin website BKPM itu seperti kita pesan tiket pesawat online. Tidak ada tafsiran lain. Sama saja booking hotel online yang begitu mudah. Ini saya sedang proses finalisasi.
Bagaimana upaya-upaya untuk mendorong investasi di daerah?
Saya mengakui tidak ada instrumen untuk memaksa para pemimpin daerah. Yang bisa saya lakukan adalah bagaimana ownership ada di mereka. Saya lakukan promosi dan marketing, saya ingin mereka yang lead. Kala investor datang, optionnya ada di mereka. Ada di daerahnya. Kala investor Korea datang opsinya ada di Sulawesi Utara dan Sumatera Barat. Saya buat one on one meeting di sini, caranya juga diubah. Yang penting saya tahu siapa investor yang harus temui, tahu problemnya apa. Sehingga pertemuannya efektif, masalahnya teratasi, gubernur melakukan lead.
Saya lihat mana lokasi daerah yang menarik. Paling besar investasi di Jawa Timur nomor satu, kedua DKI Jakarta, ketiga Jabar, keempat Banten, kelima Riau.
Beberapa negara banyak melakukan benchmark ke Cina untuk menarik investor. Lalu bagaimana Indonesia?
Saya sangat percaya marketing yang baik adalah cerita sukses. Anda tidak bisa jualan kalau barangnya tidak ada. Cerita sukses ini harus dilakukan, promosi ke Jepang kemarin itu yang saya lakukan. Saya cerita perusahaan asing yang investasi di Indonesia.
Seperti Bosco Steel, investasi di Cilegon senilai US$ 6 miliar itu sukses. Dia dapat support tax holiday, orang bilang tidak mungkin dapat. Orang bilang di Indonesia iklimnya tidak bagus, coba cek L’Oreal akan buat pabrik di Indonesia pada November ini sebagai pabrik yang terbesar di dunia. Orang bilang susah investasi di sini, cek ke Toyota mereka sudah bolak balik menambah investasinya di sini. Kalau orang bilang bahan baku susah, Pirelli sudah masuk ke sini. Foscon juga investasi di sini. Kalau saya sebutkan itu semua, Anda lebih gampang menceritakannya. Psikologis orang dengan gimmick, tidak perlu mengubah perilaku orang dengan satu hal. Harus ada cerita menarik.
Jadi terkait dengan investasi daerah, bagaimana mengatasi keterbatasan mereka?
Kami tanya apa yang bisa kami bantu. Kala promosi, bahan presentasi kami siapkan, tentu dengan sambil bicara dengan mereka. Kami lakukan fasilitasi yang lintas departemen. Potensi investasi itu ada di daerah. Perjalanan seribu Li itu dimulai dari satu Li. Digarap yang ada saja yang baik yang sudah ada. Teman media yang nakal: mereka selalu tanya kejutannya apa? Kalau tidak perlu diganti mengapa harus ganti, untuk sekadar menunjukkan kalau saya beda? Tidak perlu. Mengapa harus menghabiskan dana untuk itu. Saya orangnya pragmatis: When the world is not broken, you dont have to fix it. Prioritas itu dijalankan satu persatu.
Target tahun 2014?
Kalau dari angka, saya harus capai nilai investasi masuk Rp 500 triliun. Saya berharap proses pelayanan ini harus sangat baik. Pak Gita Wiryawan sudah melakukan branding dan pembenahan sangat baik. Saya dukung itu. Satu hal yang saya bisa lanjutkan adalah soal service excellence. Ini bisa dicapai, benchmark saya Bank Mandiri, baik untuk call center, service center dan pelayanannya.
Untuk sekarang, target akhir tahun 2012 harus bisa capai investasi masuk sekitar Rp 300 triliun. Hingga Juni 2012 sudah tumbuh 30% , angka itu tertinggi sepanjang sejarah. (EVA)