Financial Report Capital Market & Investment

Strategi NETV Tingkatkan Pendapatan di Tengah Merosotnya Pemasukan Iklan

Meski media sosial dan digital bertumbuh pesat, nyatanya siaran televisi masih pilihan masyarakat Indonesia. Mengutip riset Nielsen Indonesia, jumlah pemirsa televisi naik 59% pada 1 Desember 2022 menjadi 73% menjelang 1 Januari 2023.

Laporan yang dirilis akhir Desembee 2022 tersebut merupakan hasil survei di 11 kota yang sudah terdampak ASO; Greater Jakarta (Jakarta raya), Bandung, Greater Yogyakarta, Semarang, Surakarta, dan Greater Surabaya, dan kota yang belum terdampak ASO; Greater Denpasar, Medan, Makassar, Palembang, dan Banjarmasin.

Deddy Hariyanto, CEO PT Net Visi Media Tbk/NETV, dalam Public Expose NETV menyampaikan bahwa beriklan di televisi masih menjadi pilihan pertama para pengiklan. Iklan di televisi memegang pangsa pasar terbesar dibandingkan dengan media lainnya (09/06/2023).

Menurut dia, perusahaan juga terus berupaya meningkatkan pangsa pasar pemirsanya dengan melebarkan target mengarah pada pemirsa keluarga yang berjiwa muda dan menyukai konten fresh yang menarik dan punya value. Perusahaan berupaya mengembangkan pangsa pemirsa televisi melalui pelebaran strategi programming dengan target pemirsa keluarga dan pemirsa wanita.

“Kedua segmen ini merupakan segmen terbesar pemirsa televisi. Dalam hal ini, tingkat pangsa pasar pemirsa (audience share) keluarga dan wanita dapat ditingkatkan dari 2,9% menjadi 3,3% dan dari 2,5% menjadi 2,6%,” ungkap Deddy.

Selama tahun 2022 perusahaan juga mengambil langkah kehati-hatian dengan menekankan pada strategi efisiensi dalam pola programming. Salah satunya dengan melakukan akuisisi program berbiaya rendah yang berhasil menekan biaya program dan siaran sebesar 21,71%.

Perusahaan juga telah mengambil langkah-langkah antisipatif migrasi penyiaran analog ke digital melalui berbagai kampanye komunikasi dan sosialisasi kepada pemirsa mengenai kanal frekuensi NET pada sistem penyiaran digital yang baru.

“Dalam menyikapi migrasi penyiaran analog menuju digital, perusahaan telah melakukan kerjasama dengan penyelenggara jasa siaran multiplexing dengan pola kerjasama yang memberikan penghematan dari aspek kebutuhan investasi,” tambah Deddy.

Dia menjelaskan pengembangan pola bisnis penyiaran televisi melalui konten kreatif dan pengembangan segmentasi pemirsanya, serta monetisasi konten televisi di platform digital juga dapat menjadi peluang jangka panjang yang menarik. Media penyiaran televisi dan platfrom digital akan menjadi dua media yang saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Diungkap Deddy, pertumbuhan pada media digital juga memberikan peluang yang menjanjikan. Tingkat penetrasi media digital yang masih terus bertumbuh memberikan peluang pertumbuhan yang baik bagi pelaku industri. Perusahaan menyikapi peluang dalam media digital tersebut melalui peluncuran aplikasi OTT NET.VERSE pada 20 Mei 2022 yang lalu.

Perusahaan terus melanjutkan investasi pengembangan platform digital OTT NET.VERSE melalui pengembangan infrastruktur aplikasi maupun pengembangan konten berorientasi pemirsa digital.“Hasil yang dicapai oleh NET.VERSE pada tahun pertama tersebut cukup menggembirakan dengan pertumbuhan pengguna melebihi target dengan tingkat engagement yang cukup baik. Investasi pada platform NET.VERSE ini merupakan investasi strategis berorientasi jangka panjang,” katanya.

Induk usaha media penyiaran NET TV, PT Net Visi Media Tbk (NETV) juga menyampaikan paparannya terjaut pencapaian kinerja tahun 2022 yang mengalami tekanan terkait dengan kondisi perekonomian makro global yang belum sepenuhnya pulih. Di tengah tekanan kondisi perekonomian yang mengalami peningkatan tingkat inflasi dan peningkatan tingkat suku bunga acuan BI untuk memperlambat laju inflasi, kondisi perekonomian sektor konsumsi ditengarai tumbuh lebih lambat dibanding total pertumbuhan ekonomi.

Menurut Deddy merujuk pada riset lembaga survey AC Nielsen, jumlah peluncuran produk baru selama tahun 2022 mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Selain itu, pengeluaran iklan dari sektor usaha rintisan juga mengalami perlambatan terkait kondisi pasar pendanaan global yang menuntut usaha rintisan mengurangi tingkat pengeluaran guna menjaga profitabilitas,” terangnya tentang alasan yang menyebabkan tingkat pendapatan Perseroan pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 10,51%.

Kondisi tersebut diperkirakan akan menjadi tantangan tersendiri bagi industri penyiaran pada tahun 2023 mendatang. Secara kinerja, walaupun pendapatan tahun 2022 mengalami turun 10,51% dibandingkan tahun 2021 dari Rp 490,20 miliar menjadi Rp 438,68 miliar. Penurunan tersebut dapat diimbangi dengan penghematan dalam sisi biaya program siaran menghasilkan efisiensi 21,7% menjadi Rp 222,62 miliar dari tahun sebelumnya Rp 284,35 miliar.

Dengan demikian, perseroan masih dapat membukukan kenaikan laba kotor sebesar 4,96% menjadi Rp 216,06 miliar. Secara marjin kotor, terdapat pertumbuhan dari 41,99% di tahun 2021 menjadi 49,3% di tahun 2022. Beban umum dan administrasi juga dapat dijaga dengan penurunan sebesar 0,5% melalui penurunan pos beban biaya jasa profesional dan penyusutan, masing-masing sebesar Rp10,55 miliar dan Rp 9,55 miliar. Hal ini menciptakan tingkat pencapaian EBITDA (Earning Before Interest, Depreciation and Amortisation) naik 18,52%, dari Rp 4,05 miliartahun 2021 menjadi Rp 4,80 miliar di 2022.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved