Profile Entrepreneur

Hobi Minum Kopi, Michelle Membangun 250 Outlet Kopi Kulo

Michelle Sulistyo, Pendiri & Chief Marketing Kopi Kulo (Foto: dok pribadi)

Usaha kedai kopi hingga kini masih terus eksis. Banyak para pemain anyar semakin bertebaran di setiap sudut perumahan hingga pusat bisnis. Berbagai kedai kopi berlomba menciptakan inovasi dan mengeksplorasi ide mereka agar mendapat tempat di hati penikmat kopi. Salah satunya, Kopi Kulo yang masih eksis bagi kalangan penikmat kopi susu. Berdiri dari Desember 2017, kini Kopi Kulo memiliki 250 outlet di pelosok Nusantara, seperti di Jayapura, Papua.

Berawal dari kecintaan minum avocatto, Michelle Sulistyo dan empat rekannya mencoba untuk meracik sendiri minuman favoritnya. Minuman yang terbuat dari campuran jus alpukat, satu shot espresso dan es krim itu, siapa sangka kemudian menjadi menu andalan di Kopi Kulo. Mereka memutuskan untuk membuka kedai pertama Kopi Kulo di daerah Senopati, Jakarta Selatan. Usaha yang berawal dari Kopi Kulo berkembang menjadi Kulo Group yang memiliki empat jenis usaha dalam bidang food and beverage. Pemberian nama Kulo berasal dari bahasa Jawa yang berarti saya sehingga Kopi Kulo berarti kopi saya.

“Kami melihat ada peluang, semua orang tak suka minum kopi hitam. Ada yang suka kopi dicampur susu. Saya pribadi juga suka minum kopi, tapi ada satu dari kita yang bisa minum kopi pahit (hitam). Tapi kopin tidak terlalu kuat. Berawal dari ide dan tanggapan banyak orang tentang kopi, lantas kami memutuskan untuk membanngun usaha kopi sendiri. Maka dari itu, kami mempunyai ide untuk membuat minuman kopi kulo yang pertama kali ekspektasinya flavor coffee,” ungkapnya.

Tak mudah memperkenalkan minuman kopi avocatto dan bisa meraih hati penikmat kopi susu. ”Dengan modal awal dari kami berlima, kami dapat menjual sekitar 10 hingga 20 cup perhari, jauh di bawah ekspektasi. Akhirnya, kami memilih pencoba rasa dan memperkenalkan rasa minuman avocatto. Mulai dari teman-teman kantor, keluarga, termasuk ke perkantoran untuk menentukan cita rasa apa yang pas bagi mereka. Tak luput, gencar melakukan berbagai strategi, seperti promosi secara online, meminta teman yang juga terbiasa menjadi food blogger,” jelas Michelle saat dihubungi SWA Online melalui Zoom beberapa waktu lalu.

Kerja keras mereka membuahkan hasil. Kedai Kopi Kulo telah membuka banyak outlet di berbagai daerah yang mennjadi kunci untuk mendapatkan kesuksesan dalam bisnis. Sekitar 3 – 4 bulan sejak bisnisnya beroperasi barulah Michelle dan teman-temannya berani menawarkan sistem kemitraan dan memberi kesempatan orang lain untuk mengembangkan brand Kopi Kulo.

Saat ini, jenama tersebut mempunyai 250 outlet yang tersebar hingga tembus ke Jayapura. Kedai Kopi Kulo berhasil menciptakan berbagai varian minuman dari produk kopi sampai non-kopi. Kedai Kopi Kulo menawarkan produk berkualitas dengan harga terjangkau. “Kami menggunakan biji kopi lokal dari Indonesia, menghadirkan minuman Kopi dan non Kopi yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dalam satu rasa kopi, kami menggunakan mix beans dengan dicampurkan susu sapi pilihan,” terang wanita yang menuntaskan pendidikan di Singapura dan lanjut kuliah di Le Cordon Bleu London, mengambil program studi Pastry.

Skema bisnis Kopi Kulo berbentuk waralaba agar usaha mempunyai reputasi bisnis yang saling memengaruhi antar gerai di setiap lokasi. Siapa saja bisa memulai usaha dengan Kopi Kulo. Menu Kopi Kulo yang dikenal enak, harga Kopi Kulo tetap terjangkau di pasaran. Jumlah outlet yang banyak juga menjadi keunggulan tersendiri dari kedai kopi ini, sebab pelanggan bisa menemukan mereka dengan lebih mudah dan cepat, tidak harus berkunjung ke pusat perbelanjaan.

“Untuk lokasi kami mempunyai aturan yakni tidak jauh 3 kilometer dari kedai Kulo terdekat di wilayah yang dijangkau. Umumnya, Kedai Kopi Kulo berada di luar pusat perbelanjaan. Kami memilih lokasi yang mendekati rumah konsumen, namun tak banyak yang berlokasi di dalam pusat perbelanjaan, seperti Living World, Tangerang. Jika ingin menjadi franchisee bisa menghubungi tim marketing dan kami akan training selama 6 bulan untuk memberi tahu tata cara membuat kopi sesuai standar kami,” terang wanita kelahiran Surabaya, 7 November 1993.

Dalam menciptakan dan menemukan rasa baru di menu Kopi Kulo, Michelle bercerita melalui tahap R&D di kantor sekitar 2-3 bulan, hingga rasa barunya terasa pas di lidah dan laik untuk dijajal oleh konsumen. Sekitar 2 bulan sampai rasanya benar-benar pas. “Kami juga pernah kolaborasi dengan beberapa jenama seperti Hydro Coco, Tango, Regal dan lainya dicampur dalam ke beberapa menu yang sudah tersedia,” ujarnya.

Ke depan, Michelle berharap penjualannya terus meningkat, outlet bertambah, bisa terus menemukan rasa-rasa baru untuk kopi yang banyak disukai sama masyarakat dan menciptakan inovasi lainnya di bidang makanan dan minuman.

Kedai Kopi Kulo merupakan cikal bakal dari bisnis Grup Kulo yang berkembang pesat selama beberapa tahun belakangan ini. Tak hanya menekuni bisnis Kopi Kulo franchise saja, namun dalam perjalanannya, sejumlah gerai makanan lainnya juga dikembangkan. Adapun outlet-outlet dari berbagai brand yang sukses di tangan Kulo adalah Pochajjang, Kitamura, Mazeru, Oseng Mie Jontor, Xiboba, Xiji, Bu Eva Spesial Sambal, dan Mo Tahu Aja.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved