Best CEO

Tjandra Gunawan, Rintis Transformasi Digital dan Benahi Budaya Kerja Bank Neo Commerce

Tjandra Gunawan, Presiden Direktur PT Bank Neo Commerce Tbk.
Tjandra Gunawan, Presiden Direktur PT Bank Neo Commerce Tbk.

Tjandra Gunawan mulai menjadi Presiden Direktur PT Bank Neo Commerce Tbk. (BNC) pada 14 April 2020. Kala itu, BNC masih bernama PT Bank Yudha Bhakti Tbk. Beragam kendala menghinggapi bank ini.

Tjandra pun menggencarkan transformasi dan membenahi budaya, termasuk mengubah identitas perusahaan menjadi BNC. Sebelum memegang tongkat komando di BNC, dia berkarier sebagai Chief Financial Officer PT Bank BNP Paribas Indonesia, Januari 2019 – Februari 2020.

Tjandra menceritakan, PT Akulaku Silvrr Indonesia mengakuisisi Bank Bhakti Yudha pada periode 2019-2021. William Li, pendiri Akulaku Group, mengajaknya bertukar gagasan mengenai transformasi perseroan menjadi bank digital. Tjandra meminati tantangan ini.

“DNA karier saya di beberapa perusahaan adalah membenahi perusahaan. Pada 2019, saya bertemu dengan William Li, yang mencari direktur keuangan untuk mentransformasi Bank Yudha Bakti dari bank konvensional menjadi bank digital. Setelah mendengar visi dan misinya, saya tertarik bergabung dan bisa berkontribusi di perusahaan ini,” tutur Tjandra. Mantan pegawai PT Bank QNB Indonesia Tbk. ini pun akhirnya berlabuh di BNC.

Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Tjandra, misalnya budaya kerja yang lambat, kompetensi pegawai yang rendah, hingga birokrasi yang cukup pelik. Dia bergerak cepat untuk mengidentifikasi beragam tantangan yang menghambat laju bisnis perusahaan.

Lantas, dia mendorong karyawan untuk bertransformasi berdasarkan tiga pilar, yakni meningkatkan kualitas SDM, membenahi budaya kerja, dan memutakhirkan teknologi. “Awalnya, saya seharusnya menjadi Direktur Keuangan. Jadi, di awal-awal saya bergabung kerja di bank ini, saya berkontribusi untuk mengelola likuiditas yang sangat ketat karena terdampak pandemi,” ungkapnya. Kala itu, nasabah BNC mengalihkan simpanannya dari rekening BNC ke Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan 4 yang modal intinya jumbo.

Permasalahan likuiditas ini berbarengan dengan program transformasi dan penambahan modal perseroan. Ketiga hal ini merupakan agenda kerja jajaran direksi BNC.

Tjandra mengatakan, sebenarnya ada empat direktur di bank ini, tapi tiga direktur mengundurkan diri. Jadi, hanya menyisakan satu direktur, yaitu Direktur Kepatuhan yang otomatis merangkap CEO di masa itu.

Kemudian, Tjandra bergabung, sehingga jajaran direksi menjadi dua orang. “Dan, ada satu lagi direksi yang direkrut, namun saat itu rekan saya ini masih di China,” dia menerangkan. Sambil menunggu, Tjandra dan direksi BNC lainnya bahu-membahu membenahi seluruh permasalahan. Tjandra mengemban tugasnya tanpa cela.

Pemegang saham dan komisaris BNC pun mengapresiasi kinerjanya. “Selama satu setengah bulan itu saya diberi kepercayaan. Akhirnya, saya dipercaya untuk memimpin bank ini,” ungkap lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, Jakarta, 1997 ini.

Tjandra dipercaya memimpin BNC karena, antara lain, bisa menjaga kepercayaan nasabah tatkala likuiditas perseroan kian mengetat. Dia menginstruksikan karyawan BNC untuk melakukan pendekatan personal kepada nasabah. Ujung-ujungnya, nasabah masih memercayakan dananya mengendap di bank ini.

Lalu, dia merangkai program efisiensi untuk memangkas biaya operasional di masa pandemi. Efisiensi ini memberikan ruang gerak dan fleksibilitas untuk mengakselerasi BNC sebagai bank digital.

“Saat itu, kantor cabang kami hanya 20-an unit. Saya mengadakan meeting dan mengajak tim untuk berubah cepat dengan strategi digital. Kami merambah media sosial dan agresif memperkenalkan BNC sebagai bank digital. Sejalan dengan itu, perusahaan juga harus merekrut karyawan baru untuk bergabung dan beradaptasi dengan perubahan,” kata Tjandra membeberkan strategi transformasi digitalnya.

Perlahan-lahan, Tjandra mengubah budaya kerja agar produktivitas karyawan kian melejit. Pegawai yang berkarier di BNC sejak era Bank Yudha Bhakti masih ada di timnya. Untungnya, mereka mau berubah dan berkontribusi untuk mempercepat transformasi.

Langkah lainnya, Tjandra rutin berkomunikasi dan berkoordinasi untuk mengawal proses transformasi. Tak jarang, pria kelahiran Jakarta 50 tahun silam ini mengerjakan beragam tugas yang bukan tugasnya sebagai Bos BNC. ”Cara paling efektif adalah memberikan contoh. Bahkan, beberapa meeting yang terkait teknis, saya turun langsung mengerjakannya,” ungkapnya.

Bergeser ke transformasi teknologi, Tjandra mengkreasikan ekosistem kolaborasi bisnis dengan para mitra. Teknologi yang disediakan BNC adalah teknologi termutakhir yang dipercaya oleh para pelaku industri. Contohnya, BNC bekerjasama dengan Huawei yang memasok infrastruktur teknologi informasi (TI).

Tjandra menyebutkan, sebagian besar bank digital enggan menyebutkan penyedia infrastruktur TI-nya. Sebaliknya, BNC mengungkapkannya ke publik agar menambah kepercayaan nasabah.

Ketersediaan TI yang solid malah menonjolkan BNC di peta bank digital nasional. Tjandra mencermati bank digital adalah hal yang baru tatkala disodorkan kepada nasabah pada 2020. Tak kenal, maka tak sayang. Karena itu, dia bersama tim rajin mengenalkan bank digital besutan BNC ke publik.

“Tantangan kami sangat banyak ketika masuk ke market di tahun 2020 karena bank digital masih dianggap asing. Kami memperkenalkan konsep bank digital. Jadi, kuncinya adalah transparansi ke market, nasabah, dan karyawan,” kata Tjandra. Target pasar BNC adalah nasabah dari kalangan milenial dan Gen Z, berusia 20-45 tahun.

BNC, yang terafiliasi dengan Akulaku Group, berikhtiar untuk menyodorkan pengalaman terbaik nasabah dalam menikmati layanan bank digital. Praktik terbaik di China direduplikasi oleh BNC. Contohnya, ada fitur game di aplikasi BNC yang mengedukasi nasabah untuk menggunakan beragam fitur.

Fitur yang diminati nasabah di antaranya transfer dana, tabungan dan deposito, serta jual-beli emas. Fitur transfer digemari karena perseroan memberikan bebas biaya transfer sebanyak 25-30 kali dalam satu bulan. Ke depan, BNC akan meluncurkan fitur berinvestasi di reksa dana.

BNC membidik pertumbuhan bisnis di masa mendatang seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna aplikasi bank digitalnya. Sebagai catatan, pengguna aplikasi BNC tembus 20 juta atau 7,27% dari jumlah total populasi penduduk Indonesia yang sebanyak 275 juta jiwa.

Targetnya, tim BNC merangsek ke daerah dan nasabah yang belum terjamah layanan perbankan, misalnya pasar di Indonesia Timur. “Perseroan bakal menyodorkan produk yang memikat hati nasabah. Contohnya, deposito BNC itu bunganya 7%-8%. Kami bisa membantu mereka yang mungkin selama ini dapat bunganya hanya sepertiga atau setengahnya. Dengan bunga hingga 8% ini, bisa mempercepat mereka untuk mencapai impiannya,” katanya.

Tjandra juga membidik peluang bisnis terbaru, lantaran BNC ingin menggarap segmen bisnis wealth management dan lending, serta memperkokoh ekosistem bisnis dengan Akulaku Group dan para mitra bisnis. Rencana bisnis BNC di 2023 itu merefleksikan optimismenya terhadap kinerja fundamental perusahaan.

Dia mengatakan, kinerja BNC di tahun lalu cukup fenomenal karena berhasil meningkatkan aset sebesar 75% yang didukung oleh kenaikan pinjaman sebesar kurang-lebih 140%. “Total pendapatan naik dari Rp 400 miliar menjadi hampir Rp 2 triliun. Makanya, kami sudah membukukan profit di Juni 2022. Walaupun secara keseluruhan masih rugi di tahun 2022, target kami tahun ini fokus ke fee-based income dan transaksi,” tuturnya.

Tahun ini, target pertumbuhan fee-based income di rentang 50%-75%. Target pengguna aplikasi Bank Neo di 2023 diharapkan mencapai 27 juta – 30 juta user, lebih tinggi daripada tahun 2021 yang sebanyak 13,3 juta user, dan proyeksi target pengguna di 2022 sebanyak 20,9 juta.

Sederet keberhasilan transformasi digital ala Tjandra ini merupakan hasil kerjasama jajaran direksi dan pegawai. Dia tak lupa memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Saya percaya bahwa manusia berusaha dan Tuhan yang menentukan. Kunci saya adalah berdoa. Kebiasaan saya setelah bangun tidur adalah berdoa. Kedua adalah kerja keras. Saya dan teman-teman di sini bekerja keras,” katanya. Ia pun berharap, BNC menjadi bank digital di jajaran top 3 digital bank di Indonesia. (*)

Sri Niken Handayani & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved