Alexandra Askandar: Wanita, Agen Perubahan dan Inovasi Selama Pandemi
Tahun 2022, kebangkitan Bank Mandiri terlihat makin jelas. Hal itu tecermin dalam perolehan laba bersih secara konsolidasi yang menembus Rp 41,2 triliun, tumbuh 46,9% secara year on year (YoY), dan merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah perseroan.
Selain itu, total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh positif 15,46% YoY, dari Rp 1.291,2 triliun di akhir 2021 menjadi Rp 1.490,8 triliun di akhir 2022, yang ditopang oleh peningkatan dana giro serta tabungan yang naik, masing-masing 31,2% dan 13,5% secara YoY. Kemudian, rasio CASA (current account and saving account) secara bank only di akhir 2022 mencapai 77,64%, melampaui rata-rata industri perbankan.
Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, tentu memiliki peran penting dalam keberhasilan bank ini mencetak kinerja yang ciamik tersebut. Dan, itu dicapai ketika kondisi ekonomi dan bisnis kurang mendukung sebagai dampak pandemi Covid-19.
Sebagaimana kita tahu, pandemi di Indonesia yang terjadi sejak Maret 2020 telah menimbulkan krisis kesehatan dan ekonomi, yang kemudian memorak-porandakan dunia bisnis di Tanah Air. Banyak perusahaan yang bisnisnya menyusut, bahkan gulung tikar.
“Pada tahun 2020, Bank Mandiri fokus pada konsistensi kinerja jangka panjang, dengan mengutamakan kualitas. Kami juga fokus melakukan restrukturisasi debitur yang terdampak pandemi agar mampu menyesuaikan dengan kondisi usaha,” kata Alexandra .
Dia mengungkapkan, sepanjang 2020, Bank Mandiri tetap mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 763,3 triliun meskipun mengalami kontraksi sebesar 3,63% YoY (bank only), dengan kualitas kredit bank di level 3,29%. Penurunan kualitas kredit diakibatkan oleh meningkatnya non performing loan (NPL) karena kemampuan bayar debitur menurun.
Dia menambahkan, meskipun tingkat NPL masih di bawah ketentuan yang ditetapkan regulator, Bank Mandiri cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru dan fokus menjaga kualitas kredit. Sementara itu, dari sisi profitabilitas, laba bersihnya secara konsolidasi pada tahun 2020 terkontraksi (turun) sebesar 37,71% YoY menjadi Rp 17,1 triliun.
Namun, di tahun 2021 Bank Mandiri sudah menunjukkan kinerja yang cemerlang. Kredit yang disalurkannya sepanjang 2021 mencapai Rp 828,11 triliun, naik 8,45% (YoY) dari sebelumnya, Rp 763,6 triliun. Kemudian, laba bersih bank terbesar di Indonesia ini melonjak 79,51% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi Rp 25,41 triliun (bank only).
Meski pendapatan bunga menciut 0,66% dari Rp 71,88 triliun menjadi Rp 71,40 triliun, bank BUMN ini mampu menurunkan beban bunga sebesar 30,42% (YoY), dari Rp 25,07 triliun menjadi Rp 17,44 triliun. Itulah yang menyebabkan laba bersihnya naik signifikan.
Implementasi strategi bisnis dengan mengoptimalkan transformasi digital secara konsisten, yang kemudian ditunjang oleh kebijakan pemerintah untuk menjaga perekonomian dengan memberikan stimulus fiskal/moneter dan relaksasi kredit (pelonggaran ketentuan kredit perbankan) di masa pandemi, membuat Bank Mandiri berhasil menunjukkan performa yang bagus.
Menurut Alexandra, pandemi yang dihadapi saat itu menuntut Bank Mandiri bertransformasi dan menciptakan cara-cara inovatif. Tujuannya, tidak hanya untuk survive, tapi juga menciptakan peluang untuk dapat mendominasi dan menguasai pasar.
“Pendekatan konvensional dalam menjalankan bisnis harus digantikan dengan pendekatan berbasis teknologi & digital. Talent juga harus melakukan upskill dan reskill untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan zaman,” kata eksekutif yang dinobatkan sebagai Srikandi BUMN ini.
Sosok wanita memainkan peran penting sebagai agen perubahan dan inovasi dalam menghadapi pandemi Covid-19 di perusahaan. Sebab, menurut kami, sosok wanita di dalam perusahaan mampu menunjukkan kepemimpinan yang tangguh, (penuh) empati, dan inovatif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi perusahaan untuk tetap unggul di masa pandemi.
Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri.
Pandemi, lanjutnya, juga telah menciptakan tatanan dan cara hidup yang baru (new normal) dan dalam waktu yang sama mengakselerasi adopsi terhadap kemampuan menggunakan teknologi. Dari sisi organisasi dan kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM), setidaknya pandemi juga memberikan pengaruh bagaimana pegawai berjuang dan beradaptasi dengan kondisi yang baru. Pegawai merasakan stres secara fisik maupun mental hingga berusaha menjalankan work-life balance dalam menyikapi new normal.
Karena itulah, kata Alexandra, para Mandirian leader berupaya cepat tanggap dalam merespons hal ini untuk dapat memotivasi pegawai. Sehingga, pegawai dapat terus produktif dan bisnis dapat berjalan dengan baik.
“Sosok wanita memainkan peran penting sebagai agen perubahan dan inovasi dalam menghadapi pandemi Covid-19 di perusahaan. Sebab, menurut kami, sosok wanita di dalam perusahaan mampu menunjukkan kepemimpinan yang tangguh, (penuh) empati, dan inovatif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi perusahaan untuk tetap unggul di masa pandemi,” tutur penggemar bersepeda ini.
Di samping itu, Bank Mandiri juga berupaya menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan mitra bisnis, serta berperan aktif dalam membangun komunitas yang lebih baik di masa pandemi Covid-19. Tidak hanya kepada bisnis perusahaan, tetapi juga dari segi aspek sosial dan lingkungan.
Dalam pandangan Alexandra, perusahaan hanya bisa survive jika bisnis dan operasional survive. Bisnis dan operasional hanya bisa survive jika pegawai survive, baik secara fisik maupun mental.
Dia pun menjadari, organisasi yang kuat tentunya harus didukung oleh people yang memiliki kemampuan untuk mendorong agar organisasi semakin maju dan memiliki layanan terbaik. Maka, dia berharap seluruh pegawai Bank Mandiri meningkatkan culture business mindset, tidak hanya di kantor pusat tapi sampai ke regional dan kepala cabang.
“Meningkatkan business mindset berarti menjadi lebih strategic dalam setiap aktivitas pekerjaan, tidak hanya sekadar melakukan day-to-day routine,” Alexandra menegaskan. Selain itu, seluruh jajaran pegawai Bank Mandiri wajib memiliki sense of ownership dan komitmen kepada pekerjaan yang kuat, serta berkeinginan untuk terus menghasilkan inovasi yang merupakan katalis pertumbuhan bisnis bagi perusahaan. (*)
Sri Niken Handayani