Profile Entrepreneur

Kisah Sukses Bu Rudy Membangun Bisnis Sambal

Lanny Siswandi pemilik usaha Sambal Bu Rudy. (Foto Ubaidillah/SWA)

Bagi para pecinta pedas, Sambal Bu Rudy khas Surabaya sudah menjadi oleh-oleh yang wajib dibeli saat berkunjung ke Kota Surabaya, Jawa Timur. Rasanya yang lezat dan variannya yang beragam membuat sambal ini memiliki banyak penggemar dari berbagai kalangan.

Selain rasa sambal yang spesial, kisah Bu Rudy dalam membangun bisnis juga spesial. Di usianya yang sudah kepala tujuh, Bu Rudy telah mengorbankan banyak hal serta melewati banyak peristiwa yang tidak mengenakkan dalam menjalani bisnis.

Dalam WhatsApp MSME Summit 2023 di Jakarta, pekan lalu, Bu Rudy membagikan perjalanannya dalam membangun bisnis dari nol hingga sukses seperti saat ini. Wanita yang memiliki nama asli Lanny Siswadi ini mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Di umur 10 tahun, sudah bekerja mencari nafkah untuk memberi makan keluarga dan agar kedua adiknya bisa terus sekolah.

“Pendidikan saya cuma kelas 3 SD, jadi mungkin kurang pintar. Tetapi, saya terus berusaha, semangat terus mencari peluang dan bekerja keras,” kata wanita yang akrab disapa Bu Rudy ini memantik semangat para peserta UMKM yang mayoritas perempuan agar tidak minder menjalani bisnis meski tidak mengenyam pendidikan formal yang tinggi.

Sebelum menggeluti bisnis sambal, dia telah mencoba banyak bisnis mulai dari menjual nasi pecel Madiun, hingga sepatu. Bisnis sepatu ia geluti selama kurang lebih 20 tahun, namun berhenti karena Pasar Turi Surabaya kebakaran dan semua dagangannya ludes dilalap si jago merah.

“Saya tidak mau menyerah. Saya tidak akan merenung tentang Pasar Turi. Karena semangat, saya belajar (tentang) bagaimana mengembalikan kegiatan (usaha) dan saya harus semangat. Sepertinya saya pernah menjadi orang termiskin dan saya tidak mau menjadi miskin lagi. Pengalaman saya sangat pahit pada tahun 1965,” katanya.

Setelah Pasar Turi terbakar, ia memulai bisnis kuliner sambal (tahun 1995) dengan semangat. Motivasi utama membuat bisnis kuliner ini agar kehidupan keluarganya lebih baik. Awal mulai membangun bisnis kuliner, Bu Rudy mengaku sangat susah, namun semangatlah yang menjadi penguat.

“Hari ini, harus lebih baik dari kemarin, saya terus mencari peluang. Saya memiliki keyakinan mencari uang hari ini harus lebih banyak dari kemarin, dan ini saya lakukan sampai hari ini. Selagi saya kuat, saya tidak ingin menyia-nyiakan peluang,” ujarnya dengan tegas disambut tepuk tangan peserta.

Meski sudah berumur 70 tahun, Bu Rudy mengaku semangatnya masih sama seperti saat masih muda. Meski sudah dinasehati agar tidak terlalu kelelahan dan beristirahat, dirinya mengaku selalu menolak. Ia menganggap semua pekerjaan itu melelahkan, namun itu tidak akan dirasakan asalkan menyukai pekerjaan itu.

“Saya setiap hari jam 04.00 subuh sudah bangun. Ini saya lakukan sejak 60 tahun yang lalu dan tidak berubah. Setiap pagi bangun, lalu keluar masuk pasar, toko, dan Pegadaian, semua saya lakukan demi keluarga. Setelah umur 70 tahun saya tetap kerja seperti 60 tahun yang lalu,” kata wanita kelahiran Madiun ini.

Pintar Mencari Peluang untuk Maju

Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan formal yang tinggi, Bu Rudy mengaku selalu mencari peluang dan belajar mengikuti perkembangan zaman. Dirinya tak segan untuk belajar kepada para pegawainya yang lebih paham tentang sesuatu.

Menurut pemilik julukan Ibu UMKM Kuliner Indonesia ini, agar UMKM bisa maju harus mengikuti perkembangan zaman. Pelanggan hari ini, tidak sama dengan pelanggan yang ada pada 60 tahun yang lalu.

“Saya pernah meminta anak untuk cetak brosur iklan untuk disebar, tetapi saya dibilang katro dan ketinggalan zaman. Dia (anaknya) bilang ‘Iki lho, Bu ada WhatsApp, tinggal pencet-pencet beres, enggak usah repot-repot,” ujar Bu Rudy.

Saat mulai menggunakan aplikasi perpesanan dan teknologi lain, Bu Rudy meminta tolong kepada pegawainya yang muda-muda untuk mengajarinya. “Tidak usah malu belajar, semangat belajar, buktinya sekarang saya sugih (kaya),” katanya.

Berkat semangatnya yang tidak pernah padam, Bu Rudy mampu menjual sambal hingga 1.000 botol per hari. Harga sambal Bu Rudy beragam, dibanderol mulai dari Rp28 ribu hingga Rp100 ribu lebih. Tak hanya menjual sambal, kini di Depot Bu Rudy juga tersedia produk lain seperti udang, abon, dan petis dan lainnya. Omzet Bu Rudy bisa mencapai Rp2 miliar per bulan.

Selain menjual produknya sendiri, di Depot Bu Rudy juga menyediakan tempat untuk produk UMKM lain. Jumlah UMKM yang menitipkan produknya di Depot Bu Rudy mencapai 1.000 dengan 5.000 produk lebih. Selain menjual produk di toko luring, Bu Rudy juga menjual produknya melalui daring website, WhatsApp, dan marketplace online.

Bu Rudy berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi UMKM lain untuk maju. Selain mengikuti perkembangan teknologi, Bu Rudy juga berpesan agar UMKM pintar mengemas produknya menjadi menarik. “Keripik singkong ketengan yang di pinggir jalan 1 kg dijual Rp5 ribu. tetapi saya bisa jual sampai Rp25 ribu dengan kemasan yang menarik, bagus. Itu pintar memanfaatkan peluang,” ucapnya.

Ke depan ia ingin terus meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan seluruh kanal, baik yang baru maupun yang sudah ada. Selain itu juga berinovasi dengan produk-produk agar lebih banyak.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved