Marketing Trends

Mengapa Penjual Tidak Berpaling dari Shopee?

Ilustrasi Shoppe Indonesia (Foto Istimewa).

Hadirnya social commerce menjadi penanda persaingan di industri e-commerce semakin ketat. Apakah ini akan mengubah posisi peta persaingan di industri e-commerce?

Berdasarkan data SimilarWeb, hingga saat ini para e-commerce besar masih belum akan beranjak dari tempatnya sebagai pemain utama di industri jual-beli online. Shopee masih menjadi favorit masyarakat dengan jumlah kunjungan yang secara konsisten terus meningkat, mencapai ratusan juta pengunjung di setiap bulan menyusul di bawahnya, Tokopedia dan Lazada dalam periode yang sama.

Shopee juga masih menduduki peringkat pertama di SimilarWeb, sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mengunduh aplikasi marketplace ini, membuktikan bahwa Shopee masih berada di posisi top of mind para pengguna.

Hal ini dikukuhkan oleh riset lembaga survei Ipsos berjudul ‘Understanding the Potentiality in E-commerce Seller‘ yang menyatakan bahwa 67 persen penjual online menempatkan Shopee di posisi pertama di benak mereka, jauh melampaui Tokopedia, Lazada dan TikTok Shop. Bahkan, riset dari IPSOS menunjukkan bahwa 65 persen Penjual mengatakan bahwa kontribusi omzet terbesar mereka berasal dari Shopee dan hanya 9 persen yang mengatakan bahwa omzet mereka berasal dari TikTok Shop, yang notabene merupakan pendatang baru di industri jual-beli online.

Keabsahan data-data tersebut, diamini oleh sejumlah penjual online yang berkesempatan membagi ceritanya dengan awak media, salah satunya adalah Sunandar. Sunandar (32), merupakan seorang penjual sandal jepit asal Desa Sindang Barang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2020, Sunandar yang usahanya nyaris bangkrut akibat pandemi COVID-19, membuka toko online pertamanya mqstars di Shopee dan hingga kini tetap milih hanya berjualan di e-commerce ini saja.

Menurut Sunandar yang memerlukan perputaran modal yang cepat, proses penarikan dana yang disediakan oleh Shopee secara cepat sangat membantu dalam mengelola bisnis rumahannya. “Dari awal jualan online milihnya emang Shopee. Karena balik modalnya cepat. Selain pelanggannya emang banyak, narik uangnya juga cepat. Aplikasinya juga paling gampang dipakai, nggak ribet, jadi nyamanlah,” Sunandar menjelaskan.

Setali tiga uang, Fatatul dan Agung pemilik usaha pakaian bayi bernama ummababyshop, juga menceritakan bahwa memulai usaha di Shopee tidak memerlukan modal besar. Hanya, bermodalkan sisa perlengkapan bayi, ia kini sukses melayani ribuan pesanan setiap harinya. “Sempat coba-coba jualan di platform lain juga, tapi, pelanggan lebih banyak di Shopee, katanya karena promonya paling oke, jadi sebagai penjual kami ikut fokus di Shopee,” jelasnya.

Dia juga mengatakan bahwa bukan cuma tempat berjualan, tapi, Shopee juga berinvestasi pada pengembangan keterampilan Penjual. “Ada Bimbel Shopee yang bikin saya bisa diskusi cara mengoptimalkan fitur dan promosi. Dan yang paling senang bisa dibantu ekspor sampai ke Malaysia dan Filipina juga. Paling lengkap dan oke sih sampai sekarang,” dia menambahkan.

Saat ini Ummababyshop menjadi bisnis yang sangat berkembang dan berhasil menerima minimal 1.000 pesanan per hari di Shopee. “Alhamdulillah dari modal 1 juta, sekarang saya minimal bisa terima 1.000 pesanan per hari. Ummababyshop ada di marketplace lain, tapi, tetap penjualan paling tinggi di Shopee,” kata Fatatul.

Adapun Shopee memiliki berbagai macam layanan yang disediakan, Di antaranya kampanye tematik yang menarik, pilihan jasa pengiriman, fitur interaktif, peningkatan potensi pelanggan, dan promo menarik yang rutin diberikan oleh platform marketplace satu ini. Berdasarkan data, hal ini memengaruhi keputusan para penjual dalam memilih platfor untuk mengembangkan bisnis mereka.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved