Marketing Trends

Geliat Persaingan Air Minum dalam Kemasan

Ilustrasi air minum dalam kemasan. (Shutterstock)

Pertempuran bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) rupanya menarik perhatian berbagai pakar bisnis untuk memberikan analisisnya. Terbaru, konsultan manajemen dan inovasi, Indrawan Nugroho mengatakan persaingan bisnis di industri yang bernilai triliunan rupiah tersebut bak perjuangan David versus Goliath.

Indrawan, Pendiri dan CEO Corporate Innovation Asia (CIAS) menilai, para merek pendatang baru AMDK seperti Cleo, Club dan Le Minerale rupanya telah menggoyang kemapanan Aqua selaku pemimpin pasar. “Apa yang membuat kisah ini semakin menarik adalah karena adanya gerakan masif dan strategis dari para pemain kecil di industri ini yang berupaya untuk menggoyang kedigdayaan sang penguasa pasar. Ini adalah kisah, David versus Goliath,” jelas Indrawan.

Pasar AMDK di Indonesia sendiri sangat masif. Data dari Statista menerangkan, nilai pasar AMDK Indonesia di tahun 2022 mencapai US$ 10,24 miliar atau Rp 152 triliun di 2022 alias kelima terbesar di dunia. Statista juga meramal angka ini masih terus bertumbuh 26,5% dalam lima tahun ke depan menjadi US$12,95 miliar.

Indrawan menyebut terdapat 900 perusahaan AMDK di Indonesia dengan 2.000 merek yang menggarap pasar. Berbagai merek AMDK pun menggunakan jurus masing-masing untuk merebut hati dan dompet masyarakat Indonesia.

Seperti Le Minerale yang disebut Indrawan menggunakan strategi pemasaran yang menekankan benefit air mineralnya yang mengandung unsur mineral baik. Sementara Cleo mengibarkan pesan bahwa airnya mengandung oksigen murni yang seimbang, sehingga menyegarkan. Jurus diferensiasi produk pun dilancarkan masing-masing merek. Seperti Le Minerale dan Cleo yang mengusung kemasan gallon PET yang bebas Bisphenol A (BPA).

Sementara itu, dosen Periklanan Universitas Muhamadiyah Jakarta Agus Hermanto menjelaskan, merek-merek AMDK baru seperti Le Minerale rupanya sangat aktif berkomunikasi alias branding. Tak hanya ke pengguna, tapi juga aktif menggenjot brandingnya hingga ke berbagai level saluran distribusi.

Agus memaparkan, “Dalam strategi branding selain visi, dan misi, perlu juga eksistensi berkomunikasi ke pasar. Sebagai produsen, promosinya pun tak hanya ke masyarakat, tapi juga pasar jaringan distribusi yakni pedagang kecil, besar, wholesaler.”

Mengakhiri paparannya, Indrawan menyebutkan tiga pelajaran penting yang dapat dipetik dari persaingan AMDK ini. Pertama, terlihat bahwa adaptasi konsumen dalam mengonsumsi produk dapat mendorong pertumbuhan industri. Kedua menjaga kualitas dan inovasi dalam produk sangat penting dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Ketiga adalah etika dan integritas bisnis.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved