Economic Issues

Perkonomian Nasional Masih Solid, Kendati Kondisi Global Menyusut

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, di jumpa pers virtual APBN KiTa Edisi Juli 2023 pada Senin, 24 Juli 2023. (Tangkapan layar : Vicky Rachman/SWA)

Perekonomian global masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain isu geopolitik, volatilitas sektor keuangan, dan pelemahan sektor manufaktur. Namun demikian, ekonomi domestik tetap terjaga solid, ditandai dengan neraca perdagangan yang kuat, aktivitas konsumsi yang bertumbuh, dan inflasi yang terkendali.

Kinerja APBN 2023 per Semester I/2023 tetap kuat seiring pendapatan negara yang terjaga positif meski menunjukkan tren perlambatan, dan kinerja belanja negara yang bertumbuh. “Di satu sisi, optimisme yang memberikan kita keyakinan hingga kuartal kedua nampaknya berbagai indikator Indonesia masih cukup positif, namun tanda-tanda terjadinya rembesan dari pelemahan global sudah mulai terlihat dari beberapa indikator kita,” jelas Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, pada jumpa pers virtual di Jakarta, Senin (24/07/2023).

Sri Mulyani menyampaikan realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.407,9 triliun atau naik 57,2% dari total target pendapatan negara tahun ini. Pertumbuhan pendapatan negara pada Januari-Juni ini tumbuh sebesar 5,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Dari sisi belanja negara, dibelanjakan senilai Rp 1.255,7 triliun atau 41% dari target APBN tahun ini. Ini naik tipis 0,9% dibandingkan periode sama tahun lalu. Posisi APBN hingga semester I masih surplus Rp 152,3 triliun, ini artinya 0,71% dari PDB (produk domestik brutto). Jangan lupa, APBN 2023 tetap didesain dengan postur yang sebetulnya defisit, sehingga posisi positif di pertengahan tahun ini memberikan keyakinan posisi defisit bisa masih bisa terjaga atau bahkan diturunkan di tahun ini, bahkan keseimbangan primer di Rp 368,2 triliun, ini cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya,” tutur Sri Mulyani.

Pemerintah mengoptimalkan potensi sektor ekonomi dan belanja negara yang berdampak lebih besar kepada masyarakat. Meski demikian, pemerintah akan tetap melakukan antisipasi dan mitigasi atas dampak dinamika global terhadap perekonomian domestik.

Salah satu tanda pelemahan ekonomi global ditunjukkan oleh PMI manufaktur global yang terus kontraktif, termasuk di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Italia, Brazil, Afrika Selatan, dan Singapura. Tiongkok, Thailand, Filipina, India, dan Rusia berada di zona ekspansi namun melambat.

Sumber : Kementerian Keuangan.

PMI Indonesia bertahan di zona ekspansi, antara lain bersama Turki dan Meksiko, bahkan kembali menguat di bulan Juni 2023. “Amerika, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korea merupakan negara-negara yang selama ini mempengaruhi perekonomian dan perdagangan dunia. Sehingga pelemahan dari PMI negara-negara ini memang perlu untuk kita waspadai. Apakah ini kecenderungan akan terus melemah dan tentu pada akhirnya mempengaruhi kondisi dan kinerja perekonomian global,” ungkap Sri Mulyani.

Neraca perdagangan Indonesia (NPI) masih mencatatkan surplus hingga bulan ke-38, meskipun ekspor melambat sejalan dengan pelemahan global. Surplus NPI pada Juni 2023 mencapai US$ 3,45 miliar.Sedangkan, NPI pada Januari-Jun 2023 mencapai US$ 19,93 miliar.

Kinerja ekspor di bulan lalu tahun ini tercatat senilai US$ 20,61 miliar, turun 21,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. sementara impor tercatat US$ 17,15 miliar turun 18,3% di periode tersebut. Sementara itu, konsumsi listrik bisnis tumbuh kuat sebesar 13%,m namun konsumsi listrik sektor industri turun 5,3%,

Dari segi konsumsi, leading indicator perekonomian juga masih kuat. Optimisme masyarakat per Juni 2023 terjaga di angka 127,1, serta Mandiri Spending Index kembali normal (156,1). Selain itu, Indeks penjualan riil tumbuh 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu .

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved