Profile Entrepreneur

Tapak Tilas Purwa Tjaraka Membesarkan Studio Musik

Purwa Tjaraka, Pendiri Purwa Caraka Music Studio (Foto: Dok. Pribadi)

Mengikuti kursus musik dianggap keputusan tepat untuk mengembangkan keterampilan musik tambahan di luar jam sekolah. Para murid diajarkan secara personal maupun kelompok dengan belajar di tempat kursus. Pengalaman baru didapatkan di tempat kursus tidak hanya belajar, tetapi mendapatkan teman-teman baru dan lingkungan baru.

Belajar di tempat kursus memang menyenangkan. Selain difasilitasi oleh instruktur yang berkompeten di bidang musik, anak-anak diberikan kesempatan untuk menunjukkan hasil belajar mereka melalui ujian kenaikan tingkat dan konser untuk para murid. Di dalam kursus musik hanya mengajarkan satu jenis keterampilan saja, misalnya gitar elektrik, gitar klasik, piano, drum, vokal, dan biola.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Purwa Tjaraka, seorang musikus dan komponis turut andil dalam mencari, menemukan dan mendidik talenta-talenta berbakat di bidang musik dengan membuka tempat kursus Purwa Caraka Music Studio (PCMS). Didirikan sejak 35 tahun lalu, PCMS masih eksis hingga saat ini, mempertahankan visi dan misi dalam berinovasi dan berkontribusi memberikan yang terbaik untuk seluruh murid, khususnya dalam menghadirkan musik anak-anak.

Purwa bercerita sebelum membangun studio musik sendiri, dia sempat bekerja selama 7 tahun dengan Hendra Wijaya sebagai Wakil Direktur Musik untuk membina sekolahnya. “Pada 1988, saya belum fokus untuk memanajemen tempat kursus yang saya drikan karena banyak kegiatan musik seperti ada rekaman dan acara di televisi. Pengalaman yang pernah saya dapatkan ketika bekerja tersebut menjadi dasar dalam membangun tempat kursus musik,” ujar Purwa saat ditemui SWA Online, beberapa waktu lalu, di Tangerang.

Cabang pertama PCMS ada di Bandung, terletak di Jalan Mangga. “Tahun ke 10-11 berdiri, saya baru fokus untuk mengubah manajemen kantor dan membuka cabang kedua. Namun, kala itu saya dihadapi dengan pemilik rumah tidak ingin menyewakan tempatnya untuk dipakai saya. Akhirnya, saya mengalihkan dana untuk membeli rumah pribadi sebagai tempat kursus musik di Jalan Sriwijaya No. 44. Di tahun ke-12, saya punya peluang untuk membuka cabang ketiga di Jakarta. Dari sinilah perkembangan PCMS mulai berjalan signifikan,” ujar pria berkumis ini.

Ketika membuka cabang di Jakarta, Purwa memfokuskan diri untuk melebarkan bisnisnya dengan ada yang memakai skema waralaba. “Ada yang diambil sendiri, ada yang tidak. Tergantung possibility dari situasi dan kondisi setiap daerah yang berbeda. Ada daerah yang tidak saya kenal, saya melibatkan orang lain untuk bekerja sama dan bisa waralaba. Dengan menggunakan skema waralaba ini, PCMS sukses membuka 15 cabang. Tapi cabang yang saya pegang sendiri ada 27.” Purwa menjelaskan.

Perjalanannya tidak mudah dalam membesarkan PCMS, Purwa dihadapkan dengan kesulitan bagaimana cara mengelola manajemen perusahaan dengan benar seperti mengelola personalia, mengelola sistem keuangan, memakai sistem data entry dan pernah mengalami kehilangan uang yang cukup besar. “Bekal pengalaman tersebut, saya dan tim akhirnya bisa mengelola manajemen perushaan dengan baik dan perhari ini PCMS sudah mempunyai 87 yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan akan dibuka yang ke 88 di Pakuwon City Mall, Surabaya tanggal 1 Agustus 2023. Jarak dari setiap cabang PCMS, ada sekitar 6 km minimum. Tergantung situasinya, tergantung situasi trafik ada juga yang 3 km ini untuk banyak dilalui pemotor,” ujar musisi kelahiran Beograd, 31 Maret 1960 ini.

Tantangan lain, di tengah disrupsi digital, PCMS juga dituntut untuk memasarkan produknya tidak lewat koran tetapi melalui kekuatan media sosial (Instagram, TikTok, YouTube dan Facebook) dengan mengandalkan teknologi digital. Purwa menyadari, rekomendasi dan komentar atau review netizen di media sosial merupakan strategi pemasaran yang tepat untuk terus membangun kepercayaan konsumen khususnya generasi milenial, gen Z dan generasi setelahnya.

Kecintaannya terhadap musik dan keinginannya untuk terus mencetak generasi penyanyi dan pemain musik andal tanah air, membuatnya tidak menyerah dengan setiap masalah yang membelit PCMS. Keberadaan PCMS terbukti membawa dampak positif bagi masyarakat. Terlebih, sebanyak 75 persen murid di Purwa Caraka berasal dari kalangan pelajar.

Peserta didik di PCMS rerata anak sekolah dengan usianya mulai 4-5 tahun hingga usia tak terhingga. Untuk mempertahankan kepercayaan terhadap konsumen, Purwa menerapkan cara seperti kualitas pengajarannya, guru, sarana dan prasarana yang memadai. “Contohnya saja saya juga ikut terlibat dalam menyeleksi pengajar atau tutor yang akan mengajar di PCMS. Saya melihat riwayat pendidikan dan pekerjaan serta karakter calon tutor dalam membimbing peserta didik.,” ujar pria lulusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung.

Menurut Purwa, memilih guru musik yang baik, sejatinya harus bisa memainkan alat musik dengan baik, berbicara yang baik (tidak menyakitkan/kasar), mampu memotivasi dan menjadi pendamping yang setia dalam mengajarkan musik pada peserta didik. Mengajarkan musik tentunya berbeda dengan mengajarkan fisika dan matematika.

“Pengajar diharuskan mampu membedah teknik-teknik pembelajaran musik yang dialami siswa dan menerapkannya dengan metode-metode terbaik, dalam bentuk studi perorangan maupun studi kelompok. Mereka bukan hanya memahami musik, melainkan juga mengerti proses tumbuh kembang dan teknik pembelajaran pada anak-anak khususnya untuk anak usia dini. Kurikulum yang diterapkan berdasarkan sebuah pengalaman panjang yang didasari oleh satu, faktor akademis dua, faktor pengalaman. Pengalaman ini macam-macam nih, ada pengalaman di dalam konteks materi. Ada pengalaman dalam konteks yang sifatnya perilaku pelanggan,” Purwa menerangkan.

PCMS memahami bahwa musik adalah salah satu aspek yang memiliki manfaat besar untuk kesehatan raga dan mental seseorang. Oleh karena itu, untuk melatih kepercayaan diri dan menampilkan keahlian para peserta didiknya, Purwa juga sering mengadakan pertunjukan besar setiap lima tahun sekali dan memilih peserta didik untuk tampil di festival internasional. “Contohnya Rimar Callista, kami pernah mengajak dia untuk tampil pada festival yang diadakan di Vietnam. Terbaru dan perdana setelah pandemi, nanti saya dipercaya untuk mengadakan Asia Pacific Art Festival di Bali pada akhir September ini sebagai eksekutornya dan mengajak beberapa anak didik terbaik dari PCMS,” jelasnya.

Untuk diketahui, murid terbanyak PCMS ada di Kalimantan yakni di Banjarmasin, Balikpapan, Cinere, Depok; BSD, Tangerang dan Kemang Pratama, Bekasi. Sudah banyak talenta penyanyi dan pemusik yang dilahirkan dari PCMS. Sebut saja Joey Alexander penyanyi jazz yang sekarang menetap di New York, Amerika; Rimar Callista, pemenang ajang pencarian bakat salah satu televisi lokal dan yang baru viral mendapatkan tiket Golden Buzzer di ajang pencarian bakat di Amerika, Putri Ariani. “Saya bangga dengan mereka bisa mengharumkan Indonesia bisa mengikuti ajang pencarian bakat hingga ke kancah internasional. Saya berharap juga ada nama-nama lain seperti mereka yang mengharumkan Indonesia dengan karya-karya yang dihasilkannya,” ungkap Purwa.

Purwa juga telah menata sistem manajerial dalam studio ini dengan menempatkan dua anaknya. “Mereka saya masukkan ke sini. Kebetulan yang pertama dulu belajar di Australia yang fokus studinya ke TV production karena dia lebih senang film. Di PCMS juga banyak produksi-produksi yang sifatnya seperti itu konten di sosial media. Anak yang kedua, lulusan sarjana musik pernah belajar di New York, sekarang jadi pengajar atau dosen di Universitas Pelita Harapan. Anak yang ketiga, lulusan arsitek dan sekarang sudah menetap di Los Angeles. Ada dua anak yang saya masukin ke PCMS dikasih peran, tapi tidak langsung jadi bos. Mereka belajar sistem manajerial di sini seperti apa,” jelas Purwa. Hingga anak-anaknya ‘matang’ secara profesional, Purwa baru rela melepas.

Harapan ke depan, agar PCMS dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan minat musik di Indonesia. Serta menciptakan musisi yang paket komplit yakni bisa mengekspresikan diri secara terampil, kreatif, dan artistik. “Saya ingin mengembangkan seluas-luas mungkin di dalam konteks bahwa bagaimana mengembangkan brand itu lebih ketimbang bagaimana mendapatkan uangnya. Bahwa kebanggaan sebagai yang punya legacy gitu ya, karena ini brand besar. Kemudian, menambah dan membuka 6 cabang PCMS di Jawa, Sumatera dan Papua, untuk lokasinya belum bisa saya sebutkan.” Purwa menerangkan tentang mimpinya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved