Technology Trends

Honeywell Kenalkan Teknologi Andalan untuk Turunkan Emisi CO2

Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan kerangka peraturan pemerintah untuk mendorong penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida (CO2) hingga pengunaannya.

Negara kita juga memiliki banyak sumber industri CO2, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pengolahan gas alam, kilang minyak dan pabrik kimia. Dengan banyaknya sumber daya penyimpanan geologis yang berpotensi menjadi lokasi penangkapan karbon di penjuru negeri, beberapa proyek terkait telah dimulai dan sebagian besar ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum tahun 2030. “Indonesia memiliki formasi geologi yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon secara permanen dengan menggunakan teknologi yang tepat,” kata Dr. Luky Yusgiantoro, Staf Ahli Ketua SKK Migas.

Menurutnya, dekarbonisasi industri hulu dan berat merupakan langkah penting untuk mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060. Peraturan pemerintah Kementerian ESDM 2/2023 yang tahun ini diperkenalkan bertujuan untuk memotivasi dan memfasilitasi industri hulu di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon. SKK Migas akan terus berperan aktif dalam penerapan CCS/CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage) di Indonesia di wilayah kerja hulu migas.

Guna mendukung hal tersebut, Honeywell perkenalkan serangkaian teknologi dan solusi terkait penangkapan karbon, atau CCUS terbaru mereka. Teknologi dan solusi CCUS yang dihadirkan Honeywell termasuk manajemen emisi dari hulu hingga hilir bagi industri-industri beremisi tinggi seperti minyak dan gas, energi, baja, semen, kilang, bahan kimia, dan petrokimia. Dengan teknologi Honeywell CCUS tersebut, pelaku industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau, dan memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca.

Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun, atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil. “Teknologi Honeywell siap untuk menangkap emisi karbon dioksida dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah agar dapat digunakan untuk beragam aplikasi, seperti pengambilan minyak bumi atau menjadi bahan baku untuk produksi bahan bakar sintetis yang berkelanjutan,” ujar Steven Lien, Presiden Honeywell Asia Tenggara dan Chief Commercial Officer High Growth Regions.

Dia menambahkan, penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon. “Industri berat Indonesia lainnya juga bisa memulai pengurangan emisi gas rumah kaca mereka. Mereka dapat menggunakan teknologi teruji yang sesuai dengan skala dan kesiapan fasilitas operasional mereka. Teknologi-teknologi Honeywell yang siap mendukung termasuk Leak detection & Remediation, dan Energy efficiency & Optimization,” ujar Sofia Subur, Country Manager UOP Indonesia.

Dengan menerapkan teknologi dan solusi yang tepat bagi bisnis mereka, industri berat non-hulu dapat melakukan bagian mereka sekarang untuk mengurangi emisi karbon mereka.

Teknologi-teknologi Honeywell lainnya yang dapat membantu Indonesia mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 termasuk: Blue Hydrogen via penangkapan CO2; Bahah-bahan terbarukan (Renewable Fuels) yang dibuat dari e-methanol/ethanol, biomassa serta lemak, minyak, pelumas: Baterai penyimpanan daya (Battery Energy Storage System); dan pendauran plastik (Plastics Circularity) yang menggunakan pendauran kimia canggih.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved