Book Review

Menguatnya Ancaman terhadap Kelangsungan Peradaban

Oleh Editor

Judul Buku : Megathreats: Ten Dangerous Trends that Imperil Our Future and How to Survive Them

Pengarang : Nouriel Roubini

Penerbit : Little, Brown and Company

Cetakan : Pertama, Oktober, 2022

Tebal : 320 halaman

Sebagai ekonom, Nouriel Roubini dikenal karena berhasil membuat prediksi yang akurat dan tajam tentang datangnya krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008. Sebelum krisis tersebut terjadi, dia telah memberikan banyak peringatan tentang datangnya bahaya gelembung di sektor perumahan di Amerika Serikat (AS) serta potensi dampaknya pada perekonomian negara itu dan dunia.

Pada tahun 2006, dia telah memprediksi resesi global yang akan datang dalam berbagai tulisannya dan terbukti benar di kemudian hari. Di sepanjang kariernya, dalam kurun waktu lebih dari empat dekade, ia selalu bergulat dengan masalah gejolak keuangan global yang bisa mengancam kestabilan dunia.

Sekarang dia membuat prediksi lagi. Prediksi yang lebih muram dan mengerikan karena dampak kerusakan yang diakibatkannya lebih besar dan bersifat global. Tidak hanya satu, tapi sekarang terdapat sepuluh ancaman global yang akan menghantui manusia di masa depan yang sangat sulit penanganannya.

Tidak dapat dimungkiri, setiap hari kita memang akan menghadapi ancaman dalam berbagai bentuknya. Namun, ancaman global yang dikemukakan Roubini ini bukan hal yang sederhana dan biasa saja.

Berbagai ancaman yang bisa menghancurkan kelangsungan peradaban umat manusia di masa depan itu: populasi penduduk di negara maju yang semakin menua dengan cepat, migrasi skala global dari negara berkembang ke negara maju, deglobalisasi yang menyebabkan banyak negara lebih mementingkan kepentingan dalam negerinya saja, meningkatnya biaya manufaktur akibat banyak proses manufacturing kembali lagi ke negara maju, kompetisi yang tidak sehat antara AS dan Cina, perang baru antar-superpower seperti perang Rusia-Ukrania, perubahan iklim global, pandemi global yang mungkin akan terjadi lagi, kesenjangan pendapatan dan utang yang semakin meningkat, serta ancaman yang disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Berbagai ancaman itu disebut dengan istilah “megathreats” yang didefinisikan sebagai beberapa masalah yang dapat mengakibatkan kerusakan dan penderitaan secara global dan tidak dapat dipecahkan dengan cepat, murah, dan mudah. Tantangan yang dihadapi begitu besar, kompleks, dan luas dalam bidang ekonomi, keuangan, politik, geopolitik, perdagangan, teknologi, kesehatan, dan iklim. Untuk menghadapinya, perlu langkah besar dan terpadu dari semua negara yang ada di dunia ini guna mencegah datangnya bencana besar yang dapat menghancurkan peradaban kita saat ini.

Jika ditelaah secara lebih mendalam, sebenarnya sebagian besar ancaman yang dihadapi saat ini semuanya berasal dari hasil karya dan ulah manusia sendiri. Berbagai kemajuan dan kemudahan yang kita nikmati bersama hingga saat ini ternyata memiliki harga yang harus dibayar dan bisa membawa konsekuensi yang membahayakan di masa depan.

Masalah dalam berbagai bidang menjadi semakin besar, kompleks, dan saling berkaitan. Ini mengakibatkan berbagai kemajuan yang telah dicapai sebelumnya di bidang ekonomi, kesehatan, hubungan antarnegara, dan lain sebagainya mulai memudar.

Karenanya, kita harus mulai membiasakan diri dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai ancaman yang mengharuskan kita selalu meningkatkan kewaspadaan. Jangan mudah terlena dengan situasi yang ada.

Sebagai contoh, kita pernah berpikir bahwa epidemi penyakit menular telah ditaklukkan manusia dengan berbagai kemajuan di sektor kesehatan. Namun, pandemi Covid-19 yang baru lalu menyadarkan kita bahwa ancaman terhadap umat manusia masih akan terus bermunculan dari berbagai arah yang sulit kita diprediksi.

Berbagai masalah yang timbul semakin membuat frustasi karena seakan-akan setiap solusi dan kemajuan yang kita hasilkan selalu mendatangkan ancaman yang lebih besar dan semakin sulit diatasi. Solusi di masa lalu malah bisa mendatangkan ancaman yang lebih besar di masa depan.

Sebagai seorang ekonom ternama dunia, Roubini menempatkan utang sebagai ancaman pertama yang harus diwaspadai. Berdasarkan data dari Institute of International Finance, utang global pada akhir tahun 2021 telah mencapai lebih dari 350% Produk Domestk Bruto global. Ini adalah tanda yang sangat jelas tentang adanya bahaya ekonomi dunia di masa depan. Ini berpotensi menimbulkan resesi global.

Dengan kondisi seperti itu, banyak negara, perusahaan, bahkan individu yang akan memiliki lebih banyak utang dibandingkan dengan kesanggupan mereka untuk membayarnya. Akar dari ini semua, penduduk dunia selalu didorong untuk melakukan tindak konsumsi yang berlebihan. Bahkan, banyak dari mereka melakukan konsumsi dari utang.

Terlihat jelas bahwa pada akhir tahun 2021, banyak negara telah berada dalam posisi utang yang meningkat, defisit fiskal, dan kebijakan moneter longgar yang sewaktu-waktu bisa meledak. Perlu pemimpin yang berani menaikkan tingkat suku bunga untuk mencegah meletusnya gelembung ekonomi.

Namun, dengan munculnya berbagai pemimpin dunia yang memiliki kecenderungan populis, hal tersebut sepertinya tidak akan terjadi. Banyak kebijakan negara yang hanya berorientasi jangka pendek, dengan mengabaikan berbagai risiko besar yang terjadi dalam jangka panjang.

Berbagai ketidakstabilan situasi keuangan global saat ini disebabkan oleh para pemimpin yang serakah, bankir abal-abal, konsumen yang ceroboh, regulasi yang lemah, salah menilai risiko, dan pemerintah yang hanya berorientasi jangka pendek. Kondisi saat ini lebih buruk daripada yang terjadi pada tahun 2006 ketika diramalkan akan terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008.

Persoalannya, kita semua sering mudah lupa terhadap bencana yang pernah terjadi, tidak belajar dari apa yang terjadi di masa lalu. Padahal, belajar dari masa lampau dapat meningkatkan kewaspadaan di masa depan.

Masalah besar lainnya terkait dengan perubahan situasi demografi global. Demografi global menunjukkan kecenderungan semakin meningkatnya jumlah orang tua dibandingkan dengan orang muda. Ini akan menimbulkan masalah ekonomi yang serius karena di masa depan beban yang harus ditanggung untuk membiayai penduduk usia tua semakin meningkat, sementara itu pendapatan pajak dan produktivitas yang dimiliki cenderung semakin menurun.

Terdapat generasi sandwich, yang harus membiayai orang tua dan sekaligus anak-anak mereka. Meningkatnya harapan hidup dan kemajuan kesehatan yang dulu dianggap sebagai sesuatu yang baik, tiba-tiba menjadi sebuah mimpi buruk tersendiri.

Dalam menghadapi masalah yang besar dan berat, tidak ada solusi atau obat yang enak. Setiap solusi memerlukan pengorbanan tertentu yang tidak setiap pihak mau dan mampu menanggungnya. Apalagi, jika tingkat pengorbanan yang dituntut dirasa terlalu berat.

Misalnya, menurunkan tingkat utang akan menyebabkan pihak peminjam harus mengurangi tingkat pengeluarannya dalam berbagai barang dan jasa. Ini akan menyebabkan turunnya pertumbuhkan ekonomi, dan kemampuan membayar utang juga akan mengecil.

Dengan tingkat teknologi yang kita miliki sekarang, upaya keras untuk mengatasi efek pemanasan global saja akan mensyaratkan pelambatan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Kombinasi antara kebijakan bunga rendah dan kurangnya pengawasan menghasilkan perilaku yang sembrono.

Kita terjebak dalam perangkap utang yang tidak mudah pilihan penyelesaiannya. Ini terjadi karena kita terlalu serakah, memaksakan pertumbuhan yang tinggi secara terus-menerus di masa lalu, yang akibatnya harus ditanggung oleh generasi di masa depan.

Ketika kebijakan pelonggaran mata uang telah membuat nilai mata uang sedemikian murah dalam waktu yang lama, tidak diperlukan analisis yang canggih untuk dapat meramalkan akan terjadinya ledakan gelembung ekonomi di masa depan. Kondisi ini akan mendatangkan bom waktu yang bisa sewaktu-waktu meledak.

Semua permasalahan ini, jika bisa diandaikan seperti penyakit, sudah seperti kanker, telah menyebar ke seluruh tubuh, dan pelan tapi pasti menggerogoti tubuh kita dan menyebabkan kematian yang tidak terhindarkan lagi. Dengan situasi ekonomi yang ada saat ini, persoalan tentang meletusnya gelembung ekonomi tidak lagi terkait dengan masalah kapan gelembung ekonomi itu akan meletus, tapi lebih pada seberapa besar bencana atau rasa sakit yang nantinya mampu kita tanggung bersama ketika bencana itu benar-benar terjadi.

Ketidakpastian di masa depan sangatlah tinggi. Namun, setidaknya dengan membaca analisis yang telah diberikan oleh Roubini ini, kita menjadi lebih waspada dan selalu siap terhadap segala kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian hal ÿang lebih buruk bisa dihindari. Masa depan peradaban umat manusia saat ini sangat tergantung pada keberhasilan dunia dan kita semua dalam menemukan solusi atas ancaman yang kita hadapi saat ini.

Eko Widodo*) Peresensi adalah Staf Pengajar Program Studi Magister Administrasi Bisnis,

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved