Business Update

Farmakolog Molekuler Dexa Group Prof. Raymond Tjandrawinata Jadi Saintis Peringkat 1 di Indonesia AD Scientific Index World Top 100 Medical and Health Sciences

Oleh Editor
Farmakolog Molekuler Dexa Group Prof. Raymond Tjandrawinata Jadi Saintis Peringkat 1 di Indonesia AD Scientific Index World Top 100 Medical and Health Sciences

Jakarta – Farmakolog Molekuler Dexa Group dan Unika Atma Jaya yang merupakan pelopor pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), Prof. Raymond Tjandrawinata meraih peringkat nomor satu dalam jajaran saintis bidang farmasi serta bidang kedokteran dan kesehatan untuk wilayah Indonesia.

Penilaian tersebut diberikan oleh The AD Scientific Index, sistem pemeringkat dan analisis yang berdasar pada kinerja ilmiah hingga nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis.

Prof. Raymond banyak melakukan penelitian hingga uji klinik obat baik di dalam negeri maupun di berbagai belahan dunia. Produk-produk hasil riset Prof. Raymond pun tak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga ke mancanegara. Selain mengembangkan OMAI bersama Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) sejak tahun 2005, Prof.

Raymond Tjandrawinata juga banyak meneliti obat berbahan kimia. Penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para sahabat yang telah membantu sehingga saya mencapai ranking pertama di AD Scientific Index World Top 100 Medical and Health Sciences,” ungkap Prof. Raymond yang juga menjabat sebagai Director of Research and Business Development Dexa Group, beberapa waktu lalu.

The AD Scientific Index mengumumkan deretan saintis terbaik dunia dalam situsnya dan diperbarui setiap tahun. Institusi ini memberi penilaian terhadap lebih dari 1,35 juta saintis di 22.350 universitas pada 218 negara.

Ini berarti hasil karya ilmiah Prof. Raymond banyak dijadikan rujukan para peneliti di bidang kefarmasian, kedokteran, dan kesehatan di Indonesia.

Guru besar dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tersebut, telah menjelajahi dunia sains hingga ke negeri Paman Sam. Pada tahun 1991, seorang astronot wanita dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Dr. Millie Hughes-Fulford mengajak Prof. Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1). Proyek tersebut diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam untuk penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.

Prof. Raymond mengembangkan karir dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu hingga tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas Kalifornia, San Francisco. Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era ’80-an, karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika Serikat baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.

Akhirnya pada awal 2000-an, Prof. Raymond terpanggil untuk kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica. Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, (Alm.) Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia. Kemudian di tahun 2005, Prof. Raymond dan para saintis di DLBS mengembangkan OMAI hingga saat ini.

OMAI merupakan produk farmasi kebanggaan Indonesia karena memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 80% dan telah diekspor ke 10 negara di 3 benua.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved