Capital Market & Investment

Perputaran Dana Pemilu Berpotensi Capai Rp 355 Triliun, Cermati Reksa Dana Ini

Ilustrasi foto : Bareksa

Indonesia akan menghadapi Pemilu 2024 untuk memilih presiden, legislatif dan kepala daerah secara serentak untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pesta demokrasi ini diperkirakan dapat mendorong belanja masyarakat dan mendorong ekonomi melalui dana kampanye, yang menjadi sentimen positif bagi pasar modal Indonesia termasuk investasi reksa dana.

Terdapat potensi perputaran dana di sektor riil sekitar Rp 355,5 triliun dari kampanye pemilu yang akan dilaksanakan menurut estimasi Credit Suisse, setara dengan 1,9% produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Hal ini diharapkan bisa memberi sentimen positif ke pasar saham, yang tercermin dari indeks harga saham gabungan (IHSG).

Christian Halim, Head of Investment Bareksa, mengatakan dalam lima kali penyelenggaran pemilu itu, IHSG sebanyak lima kali menguat sepanjang tahun pemilu, dengan rata-rata return sebesar 45,3%. Berdasarkan data PT Syailendra Capital, IHSG selalu naik dalam 9 bulan menjelang hari pemilihan presiden. “Secara historis, indeks saham (IHSG) dapat mencetak kinerja positif selama tahun pemilu. Investor dapat memanfaatkan peluang kenaikan dengan membeli reksadana berbasis indeks saham,” kata Christian dalam risetnya di Jakarta, Senin (7/8/2023)

.

Sumber : Jagartha

Selain itu, sejak awal tahun hingga3 Agustus 2023), investor asing telah melakukan pembelian di pasar saham sekitar Rp 23,83 triliun. Saham yang dibeli investor asing mayoritas adalah saham berkapitalisasi besar yang memiliki kinerja keuangan stabil seperti perbankan konvensional dan sektor konsumer.

Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya, turut menyoroti sejumlah sektor saham berkinerja unggul ketika pemilu, yaitu finansial, konsumen dan media. Menurutnya, sektor finansial akan mendapat dorongan dari pembiayaan proyek untuk menjaga kepercayaan publik dan data ekonomi tetap bagus, sehingga mendorong penyaluran kredit. “Sementara itu, sektor konsumen mendapat angin segar dari dana kampanye yang digunakan untuk berbelanja barang kebutuhan pokok. Kemudian, sektor media dan telekomunikasi terdorong karena adanya iklan kampanye kandidat melalui TV, media cetak maupun elektronik,” jelas Erik.

Sumber : Syailendra Capital.

Sejumlah faktor di luar pemilu yang mempengaruhi pasar domestik, seperti kondisi ekonomi dan inflasi Amerika Serikat, serta kebijakan bank sentral global dan Bank Indonesia. “Bank sentral AS kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada September tetapi keputusan akan bergantung terhadap data ekonomi yang keluar. Sementara itu, BI menunggu langkah The Fed dengan kecenderungan akan memangkas suku bunga lebih cepat daripada The Fed,” kata Erik.

Mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Chief Executive Officer Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh merekomendasikan investor kaya alias high net worth individual (HNWI) khususnya yang memiliki profil risiko agresif, untuk membeli reksa dana saham yang memiliki eksposur di sektor yang diuntungkan dari pemilu. “Ini adalah kesempatan yang bagus bagi investor agresif dan long-term untuk membeli reksa dana saham hingga tahun depan,” ucapnya

Dia juga menyarankan reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk menjaga stabilitas portofolio sembari menunggu The Fed atau BI akan mengumumkan untuk memangkas suku bunga. Untuk investor konservatif atau yang mengutamakan likuiditas disarankan untuk menaruh asetnya di reksadana pasar uang.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved