Hijack Sandals, Brand yang Sukses dari Kebiasaan di Kampus
Bandung memang terkenal dengan kota penghasil brand fesyen yang mumpuni, mulai dari pakaian, tas, hingga alas kaki. Sebut saja beberapa produk yang sudah memiliki tempat di hati pecinta fesyen seperti 3Second, Bloods, Greenlight, Kalibre, Adorable Project, Brodo, serta brand sandal Hijack Sandals besutan Zaky Gufron (CEO) dan Fahmi Faisal (CMO).
Projek bisnis Hijack Sandals resmi dimulai pada 2010. Pendiri Hijack Sandals Zaky Gufron memiliki kebiasaan memakai sandal saat ke kampus. Saat itu Zaky tengah berada di pengujung masa-masa studi. Satpam sering mengusir Zaki karena kebiasaannya tersebut, karena di kampus tidak boleh memakai sandal.
“Waktu saya kuliah tahun 2010, kebetulan semester akhir dan sedang mengerjakan skripsi juga bersama partner saya, Zaki. Dia cukup ikonik di kampus karena dia satu-satunya orang yang memakai sandal ke kampus,” kata CMO Hijack Sandals Fahmi Faisal saat WhatsApp MSME Summit di Jakarta beberapa waktu lalu.
Fahmi melihat kebiasaan temannya tersebut unik. Saat itu di Bandung sedang tren brand sepatu kulit keren seperti Brodo dan lain-lain, namun tidak ada yang membuat sandal ‘keren’, padahal sandal dipakai oleh semua orang di mana-mana, hampir ada di setiap rumah. Memakai sandal merupakan budaya yang ada sejak dulu.
“Kurangnya sorotan pada alas kaki yang signifikan secara budaya membuat kami memulai usaha kami. Alih-alih mengikuti tren, kami melawan arus dan mulai membuat sandal. Perjalanan kami dimulai karena kami percaya dalam melestarikan budaya,” tulis keterangan Hijack Sandals di laman resminya.
Dari gagasan itulah projek bisnis Hijack Sandals dimulai pada tahun 2010 dengan modal terbatas, hanya Rp5 juta. Bahkan mereka tidak mampu membayar sewa ‘gubuk’ yang digunakan untuk tempat produksi, yang jika hujan bocor dan bisa membasahi komputer. “Jadi kami bagi hasil sama yang punya tempat itu, saking enggak ada modalnya,” kata Fahmi kepada SWA Online usai WhatsApp MSME Summit 2023.
Zaki dan Fahmi mengumpulkan uang jajan kuliah untuk bisa membeli bahan baku di Cibaduyut yang merupakan sentra pembuatan sepatu. Saat mendatangi perajin pun, Zaky dan Fahmi hanya mampu membeli ketengan dengan jumlah yang sangat sedikit.
“Kami develope seadanya, polanya buat sendiri, sol sendiri lalu dijual sendiri di kampus, nawarin ke teman-teman sendiri,” ujar Fahmi mengenang awal mula merintis bisnis Hijacks Sandals. Perlahan produk yang dibuat diterima dan disukai pelanggan dan akhirnya Hijack Sandals masih eksis hingga saat ini.
Fahmi menceritakan pihaknya terus melakukan terobosan ide-ide sandal yang baru agar tidak monoton. Ide desain bisa berasal dari berbagai referensi, mulai dari budaya negara lain, saran teman-teman, budaya dalam negeri, tanya teman-teman yang di luar juga. Hijack Sandals juga terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan bisnis.
13 tahun berjalan, kini Hijack Sandals berkembang pesat dan memiliki tiga toko di Bandung, Jakarta, dan Sanur Bali. Bahkan pada Maret 2023 lalu, Hijack Sandals buka toko pertamanya di Jepang. Saat ditanya mengenai kunci tetap mempertahankan bisnis di masa up and down Fahmi mengaku motivasinya karena menyukai apa yang selama ini dikerjakan. Masing-masing menjalani tugas yang berbeda, Zaky sebagai CEO dan Fahmi sebagai marketing. “Tapi kami berdua tuh sangat passionate dan memiliki visi yang jauh,” ujarnya.
Fahmi mengungkapkan Hijack memiliki visi untuk memiliki toko-toko di semua benua yang ada di dunia. “Kami pengen visi kita yang selanjutnya adalah ada di setiap benua, ada titik distribusi di setiap benua. Eropa sudah ada channel di sana, titik distribusi di Asia di Jepang, Filipina, Thailand. Terus kami pengen ke Afrika. USA on the road yang mudah-mudahan tahun ini kejadian,” ujarnya.
Persentase pasar Hijack Sandals 60 dalam negeri dan 40 luar negeri. Di dalam negeri, konsumen biasanya beli ritel, sementara luar negeri grosir. Per bulan Hijack Sandals terjual hingga 5.000 pasang.
Hijack kini tak hanya menjual sandal tetapi juga menjual aksesoris sandal. Harga produk aksesoris berkisar Rp19.000 hingga 199.000, sementara harga sepasang sandal mulai dari Rp300.000 hingga Rp2.990.000.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id