Technology Trends

Ini Resep Mengkreasikan Konten Viral

Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, pesohor yang dikenal publik mengkreasikan konten digital. (Ilustrasi foto : SWA).

Beragam konten viral di media sosial menggugah publik untuk menelusuri lebih lanjut mengenai hal ini. Guna mengkreasikan konten viral yang apik, Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Jakarta SOLID (Sadar Olah Literasi Digital) pada Rabu pekan ini.

Seminar virtual bertemakan Tips Membuat Konten Jadi Viral ini dijabarkan oleh para kreator konten digital, yakni Pala Yuda Seno yang merupakan Digital Content Creator yang menjadi tim kreatif untuk banyak kreator konten di YouTube, Aida Fathira yang merupakan Content Specialist at FAS (Famous All-Star) yang menaungi banyak kreator konten di Youtube seperti Majelis Lucu Indonesia, Kokiku.tv.

Pala Yuda menjabarkan deskripsi mengenai konten viral, yakni konten-konten yang dapat muncul di beranda orang-orang, bahkan tidak berlangganan terhadap konten pembuat. Banyak jenis konten yang dapat menjadi viral, seperti konten edukasi, tutorial, humor, eksperimen, pengalaman, hal konyol, atau mungkin kebohongan (hoaks).

Langkah pertama untuk mendapatkan konten viral adalah dengan melakukan riset pada platform yang ingin kita gunakan. Misalnya, ketika ingin menggunakan TikTok, dapat diperhatikan konten yang disukai banyak publik, sehingga dapat menjadi inspirasi dalam membuat konten berdasarkan dari tren. “Mengikuti trend yang sedang berlangsung juga menjadi salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menjangkau audiens yang telah tertarik dengan tren itu,” ujar Pala dalam keterangannya pada Jumat (18/08/2023).

Konsistensi terhadap pembuatan konten digemari kreatornya itu merupakan salah satu kunci untuk membentuk personal branding. Ini aspek yang penting karena pengguna platform yang tertarik terhadap topik konten yang disukai dan lebih mudah untuk menemukan konten dibuat si kreatornya.

Platform yang banyak digunakan saat ini juga terus berkembang dan berubah. Contohnya adalah Instagram. Dahulu, mengunggah konten dengan rajin, menggunakan banyak tanda pagar, serta memerhatikan jam dan hari tayang merupakan kiat untuk menjadi viral. Saat ini, algoritma Instagram lebih mendorong tren konten viral dalam format video (reels), menggunakan lagu, dan ditambah komedi (premis – punchline). Semakin pendek video, maka semakin bagus. Tetapi, tetap saja kualitas video tetap harus dijaga apik.

Platform TikTok juga mengalami perubahan. Cover lagu dan berjoget dengan menggunakan lagu serta tagar yang populer, merupakan kiat menjadi viral. Saat ini, algoritma TikTok lebih mendorong kreator konten yang rajin untuk mengunggah. Lebih panjang video di TikTok, semakin baik. Selain itu, penggunaan tanda pagar saat ini tidak terlalu diperhatikan oleh TikTok.

Hal ini menunjukkan, konten yang kita buat harus sesuai dengan karakteristik platform yang dituju. Misalnya, ketika ingin mengunggah di Instagram, maka perlu menyesuaikan dengan personal branding kita secara hati-hati. Berbeda dengan TikTok, tidak mengapa untuk mengunggah konten secara acak untuk menjaga konsistensi.

Selanjutnya, Aida Fathira menyampaikan teknis pembuatan koten. Ada 3 tahapan yang perlu dilalui untuk membuat konten, yakni pra-produksi, produksi, dan pasca produksi.

Sumber : Aida Fathira.

Pembuatan strategi sebelum pembuatan konten itu tidak kalah penting dibandingkan dengan eksekusi pembuatan konten itu sendiri. Menentukan topik, menyesuaikan topik dengan target audiens yang ingin kita tuju adalah hal yang penting untuk menentukan kesuksesan konten. Ketika konsep telah matang, persiapan alat, pembuatan konten, proses pasca pembuatan akan lebih mudah.

Formula untuk membuat konten dapat dibagi dalam tiga bagian: pertama, hook: pancingan untuk membuat seseorang tetap melihat konten yang kita buat. Bisa berupa teks, suara, produk. Contoh: Waduh! nyesel banget beli produk ini1. Kedua, body: tubuh konten bertujuan untuk melanjutkan hook yang telah dibuat sebelumnya. Contoh: Ternyata produk ini menggunakan serum X yang ga cocok untuk kulit Y. Ketiga, call-to-Action (CTA). Panggilan untuk melakukan sesuatu. Contoh: Makanya beli produk Z ini aja guys, lebih aman untuk kulit!

Selanjutnya, penggunaan kata kunci dalam video maupun caption akan mempengaruhi visibilitas konten yang dibuat. Hal ini disebabkan Search Engine Optimisation (SEO) yang dapat membuat konten muncul di paling atas hasil pencarian kata kunci tertentu.

Pengulangan kata kunci dengan ditambahkan tanda pagar, juga akan membantu konten yang kita buat untuk dideteksi lebih mudah oleh mesin pencarian berbagai platform yang digunakan, sehingga konten akan lebih terlihat dari hasil pencarian. Selanjutnya, kreator juga dapat memanfaatkan Search Engine Marketing (SEM) atau menggunakan iklan dengan menentukan audiens terlebih dahulu, menggunakan kata kunci yang tepat, dan CTA.

Sebelum menggunakan iklan tersebut, ada baiknya untuk memiliki konten ‘reguler’ terlebih dahulu agar ketika ada yang masuk dalam profil melalui iklan tersebut, pengguna akan lebih tertarik untuk mengikutinya.“Tidak semua konten bagus itu FYP, tidak semua konten FYP itu bagus. Oleh karena itu, kita harus lebih bijak dalam membuat dan mengonsumsi konten, baik yang viral maupun tidak viral,” ujar Aida.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved