Ini Penyebab Indonesia Naik Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Atas
Bank Dunia menaikkan posisi Indonesia dari negara berpenghasilan menengah bawah (lower middle income country) menjadi negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country). Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia yang cepat pascaterdampak pandemi Covid-19 telah berhasil membawa Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas pada tahun 2022 hingga saat ini.
Hal tersebut dikatakan Presiden Jokowi saat menyampaikan Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangannya pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR RI Tahun Sidang 2023-2024 yang digelar di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI.
Presiden menyatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pemulihan ekonomi yang cepat dan konsisten pascapandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tujuh kuartal terakhir, sejak akhir 2021, secara konsisten berada di atas 5%.c“Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Semester I 2023, ekonomi nasional tumbuh 5,1%. Inflasi Indonesia juga semakin terkendali dan mencapai 3,1% sampai dengan Juli 2023,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga menekankan pentingnya strategi dan kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan lanskap global yang sangat cepat, khususnya karena pergeseran geopolitik. Kondisi ini dapat menciptakan disrupsi rantai pasok yang meningkatkan risiko krisis pangan, energi, serta keuangan dunia.
“Konstelasi global harus disikapi dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif. Kebijakan ekonomi dan fiskal harus mampu mentransformasi ekonomi untuk menghadapi tantangan hari ini dan ke depan. Ketahanan pangan dan energi serta transformasi manufaktur menjadi sangat penting. Di sisi lain, industri pertahanan harus dibangun secara kompetitif untuk menjawab kebutuhan pertahanan keamanan Indonesia,” ujar Presiden.
Jokowi menambahkan, saat ini dunia juga dihadapkan pada potensi krisis akibat perubahan iklim. Untuk itu, transisi ke penggunaan energi hijau perlu dilaksanakan secara progresif, namun tetap adil dan terjangkau.
“Potensi nilai ekonomi hayati Indonesia harus kita manfaatkan sebagai faktor penting dalam mengembangkan dan meningkatkan investasi ekonomi hijau di dalam negeri. Disrupsi ini harus dihadapi dengan strategi yang tepat. Pembangunan kualitas sumber daya manusia, infrastruktur fisik dan nonfisik terkait teknologi informasi harus ditingkatkan. Struktur penduduk muda akibat bonus demografi, kita manfaatkan secara maksimal,” ujar Jokowi dengan nada tegas.
Jokowi mengungkapkan tingkat pengangguran turun dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,45% pada Februari 2023. Kemudian tingkat kemiskinan juga terus menurun hingga menjadi 9,36% pada Maret 2023. Begitu juga dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04% pada Maret 2022 menjadi 1,12% pada Maret 2023.
Selain itu, Presiden menyampaikan, kebijakan fiskal Indonesia juga termasuk salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia juga lebih rendah dibandingkan sejumlah negara, seperti Malaysia yang sebesar 66,3%, Tiongkok 77,1%, dan India 83,1%.
“Defisit fiskal Indonesia sudah kembali di bawah 3% PDB, satu tahun lebih cepat dari rencana awal. Rasio utang Indonesia juga salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN, bahkan sudah menurun dari 40,7% PDB di tahun 2021 menjadi 37,8% per Juli 2023,” ujarnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id