Pimpinan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), perusahaan yang berperan sebagai operator dalam pengelolaan ratusan lapangan migas daratan dan lepas pantai dari ujung utara sampai selatan Pulau Sumatera, meyakini bahwa transformasi digital dapat berperan penting untuk membantu kegiatan operasional perusahaan. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini memanfaatkan teknologi digital untuk memastikan operasi yang aman dan efisien serta produksi minyak yang optimal.

Edwil Suzandi, EVP Upstream Business PT Pertamina Hulu Rokan, menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan terobosan dengan mengembangkan sistem berbasis teknologi yang diberi nama Digital and Innovation Center (DICE). Menurutnya, transformasi digital dilakukan pada semua fungsi bisnis, sehingga setiap value chain bisnis dapat dioptimalkan. Mulai dari Asset Development, Drilling, Facility Engineering, Operation & Maintanance, hingga Hydrocarbon Transportation beserta fungsi-fungsi pendukung.

“Semua hal tersebut terangkum lewat DICE yang kami kembangkan guna memantau informasi agar proses operasi lebih efisien dan dapat menjadi pendukung dalam pengambilan keputusan,” kata Edwil.

PHR menyiapkan anggaran khusus untuk mendukung transformasi digital, yakni sebesar 35%-45% dari total bujet fungsi teknologi informasi (TI), agar program transformasi digital di Wilayah Kerja (WK) Rokan dapat berjalan dengan baik, andal, dan aman.

Edwil menjelaskan, transformasi digital merupakan perjalanan yang dimulai PHR sejak kurang-lebih dua dasawarsa terakhir. Sejak itu, perusahaan terus berinovasi untuk mentransformasi bisnis hulu migas. Seiring berjalannya waktu, beragam inovasi dan terobosan terus dilakukan untuk mendapatkan pola transformasi digital yang mumpuni dan bisa mendukung cita-cita perusahaan.

Secara faktual, pandemi Covid-19 turut mendorong percepatan transformasi digital di WK Rokan. “Kami melakukan transisi infrastruktur, aplikasi, dan data dalam mengoperasikan bisnis minyak dan gas secara remote pada masa puncak pandemi yang bisa kami monitor lewat DICE,” katanya.

Roadmap transformasi PHR dibangun berdasarkan tiga komponen utama: people, process, dan teknologi. Perjalanan selama dua dasawarsa itu menguatkan fondasi ketiga pilar tersebut, sehingga para ahli di PHR mampu membangun transformasi digital yang berkelanjutan hingga saat ini.

Secara umum, menurut Edwil, transformasi digital bertumpu pada resource internal yang selalu update pada perkembangan teknologi. Namun, juga mendapatkan masukan dari mitra penyedia teknologi.

Proses implementasi transformasi digital PHR dijalankan oleh lintas tim TI dan fungsi bisnis. Diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan bisnis, prioritisasi, lalu kesepakatan bersama tentang inisiatif yang akan dikerjakan. Tata kelola terkait transformasi digital juga dibuat sebagai acuan bersama.

“Secara umum, capaian dan kematangan dari perjalanan transformasi digital di PHR WK Rokan sudah menuju tahap inovatif dan adaptif.”
Edwil Suzandi, EVP Upstream Business PT Pertamina Hulu Rokan

“Kami juga membangun dan memiliki Digital & Technology Steering Team yang memberi arah setiap kebijakan penerapan teknologi sesuai roadmap bisnis. Tim ini terdiri dari perwakilan semua stakeholder dalam proses operasi di WK Rokan. Ini untuk memastikan agar digitalisasi bisa menyentuh semua komponen dan lebih tepat guna untuk bisnis,” papar Edwil.

Dari segi people, PHR terus mengomunikasikan pentingnya menjalani proses digitalisasi tersebut. Hal ini penting karena terkadang manfaat digitalisasi ini tidak dirasakan langsung oleh karyawan yang bersangkutan, tapi sangat penting untuk perusahaan dan unsur bisnis yang lain.

Contohnya, ketika terjadi proses digitalisasi untuk pencatatan parameter produksi di lapangan, manfaat digitalisasi ini justru dirasakan oleh tim petroleum dan tim fasilitas yang bisa mengakses data tersebut dari kantor untuk analisis yang lebih lanjut.

Implementasi transformasi digital di PHR WK Rokan dijalankan secara bertahap dan agile, berdasarkan prioritas kebutuhan bisnis, serta selaras dengan standardisasi di Pertamina Group secara keseluruhan. Proses-proses bisnis yang kritis (critical) dari setiap fungsi menjadi prioritas untuk dibuatkan inovasi solusi digital yang terintegrasi, termasuk aspek infrastruktur teknologi, fondasi data, governance, organization capability, serta kolaborasi mitra strategis.

Edwil menyampaikan, setiap tahun 60 lebih inovasi digital dari banyak fungsi dihasilkan, dan lebih-kurang 90% bisnis proses critical sudah terdigitalisasi yang menghasilkan nilai yang cukup signifikan untuk mendukung faktor keselamatan dan kepatuhan (safety and compliance), pengeboran yang masif, serta operasi yang unggul hingga untuk memenuhi kepuasan pemangku kepentingan stakeholder dan peningkatan kemampuan yang berkelanjutan. “Secara umum, capaian dan kematangan dari perjalanan transformasi digital di PHR WK Rokan sudah menuju tahap inovatif dan adaptif,” katanya.

Saat ini aktivitas produksi bisa dilihat kapan saja lewat DICE, yakni melalui dashboard yang bahkan sudah dilengkapi dengan informasi lain untuk memudahkan analisis. Hal lain adalah pemanfaatan artificial inteligence dan machine learning untuk memberikan rekomendasi jadwal rig, pemilihan rute peralatan berat (heavy equipment), serta pemilihan sumur (well) untuk injeksi yang optimal. “Sebelumnya, rekomendasi dilakukan secara manual di mana membutuhkan waktu yang lebih panjang dan hasil yang tidak selalu konsisten dan optimal,” ungkap Edwil.

Adapun sejumlah manfaat lain yang dirasakan dapat dilihat dari segi peningkatan tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud). Beberapa contoh tangible dalam hal meminimalkan kehilangan produksi (lost production), optimalisasi pemilihan well injeksi, efisiensi proses bisnis, serta otomatisasi kegiatan yang repetitif. Sementara intangible dalam hal safety, compliance, dan juga moral karyawan merasa terlindungi, karena adanya sistem yang membantu mengawasi dan menjaga pekerjaan agar selalu terkait dengan peraturan yang berlaku.

“It is a journey. A journey that is worth taking every step,” ujar Edwil. Menurutnya, upaya digitalisasi berdasarkan pengalaman, bukan sesuatu yang bisa terjadi dalam waktu singkat.

Ke depan, digitalisasi akan tetap dilanjutkan dengan selalu melihat kebutuhan bisnis serta teknologi baru yang tepat guna. “Targetnya, agar PHR menjadi perusahaan yang kompetitif dan terdepan di industri minyak dan gas,” kata Edwil tandas. (*)

Jeihan K. Barlian dan Vina Anggita