Adopsi Teknologi Asia Lebih Cepat Ketimbang Negara Barat

Adopsi teknologi

Citi melalui Citi Global Perspectives & Solutions (Citi GPS) merilis laporan terbaru bertajuk Asia As a Time Machine to The Future. Laporan tersebut memperkirakan bahwa Asia mengadopsi teknologi baru 8 hingga 12 tahun lebih cepat dari negara Barat, menjadikannya seperti mesin waktu menuju masa depan.

Citi GPS mengkaji bagaimana Asia menjadi mesin waktu yang dapat memimpin kawasan lain ke dunia bisnis, hiburan, dan kesehatan yang baru. Laporan tersebut secara khusus melihat tujuh area, yakni super apps, mobile payment, social commerce, short-form videos, eSports, webtoons, dan digital health yang saat ini merupakan elemen penting di pasar Asia.

Meskipun infrastruktur secara historis kurang berkembang dibandingkan dengan Barat, namun konektivitas internet Asia yang tinggi, demografi masyarakat perkotaan yang muda dan semakin makmur, serta semangat kewirausahaan membuat kawasan ini mengadopsi banyak teknologi dengan lebih cepat. Dengan cara ini, Asia memberikan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan pada perekonomian Barat yang lebih maju.

Beberapa faktor utama yang mendorong adopsi teknologi yang lebih cepat di Asia diantaranya infrastruktur yang kurang berkembang, khususnya di bidang ritel, perbankan, dan layanan kesehatan; serta penetrasi internet yang tinggi, generasi muda yang merupakan digital natives, urbanisasi, pertumbuhan kelas menengah, dan semangat kewirausahaan.

Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia mengatakan, adopsi teknologi seluler telah memungkinkan negara-negara di Asia untuk mengeksplorasi dan mengembangkan bentuk baru perdagangan digital.

Di Indonesia, pendapatan dari salah satu super app terkemuka di tanah air telah menyumbang 2% PDB Indonesia pada tahun 2020, sedangkan pendapatan Meta dan Twitter masing-masing berkontribusi sebesar 0,5% dan 0,02% dari PDB AS pada tahun 2021. “Hal ini menunjukkan peluang ekonomi yang dimiliki oleh negara kita pada pertumbuhan digital,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (24/08/2023).

Berdasarkan studi, super apps telah berkembang di wilayah Asia dalam skala yang belum terlihat di wilayah lainnya. Lima aplikasi super teratas di Asia memiliki lebih dari 2,8 miliar pengguna aktif.

Batara berharap, laporan ini akan memberikan wawasan baru tentang perbedaan adopsi teknologi antara Asia dan negara Barat saat ini, serta kemungkinan bagaimana teknologi yang sama akan membentuk pasar Barat di masa depan.

Beberapa bidang utama di mana Asia saat ini lebih unggul dibandingkan negara Barat adalah super apps aplikasi seluler yang mengintegrasikan banyak fungsi di bawah satu payung unik untuk Asia, namun ada di mana-mana di seluruh wilayah.

Didorong oleh demografi yang lebih muda dan adopsi digital yang tinggi, pengguna Asia memiliki keleluasaan dalam memanfaatkan berbagai super apps dan menikmati kenyamanan, kemudahan penggunaan, dan banyak layanan yang mereka sediakan.

Asia juga merupakan pemimpin global dalam pembayaran mobile, online dan offline. Menurut FIS, dompet digital/seluler menyumbang hampir 70% dari nilai e-commerce di Asia pada tahun 2021, lebih dari dua kali lipat Amerika Utara atau Eropa. Selain itu, untuk pembelian yang dilakukan di toko fisik di Asia, hampir setengah (44%) transaksi dilakukan menggunakan dompet digital/ponsel, yang empat hingga lima kali lebih tinggi daripada di negara Barat.

Sementara social commerce adalah bagian dari e-commerce yang menawarkan platform terintegrasi dengan fitur sosial kepada konsumen, sehingga memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menarik dan interaktif. Asia adalah wilayah pertama yang mengadopsi berbagai bentuk social commerce, seperti live streaming e-commerce.

Menurut Insider Intelligence, Amerika Serikat diperkirakan akan menyamai tingkat penetrasi social commerce China tahun 2018 pada tahun 2026, menunjukkan bahwa China sekitar delapan tahun ke depan dalam social commerce. Video pendek telah merevolusi cara orang mengonsumsi konten video dan para pembuat konten dalam membuat kontennnya.

Monetisasi video pendek telah dipercepat di Cina, terutama melalui TikTok. Mengingat kesuksesan format video ini, raksasa teknologi Barat cenderung mengembangkan produk mereka sendiri dengan fitur serupa seiring dengan meningkatnya persaingan untuk pengguna dan anggaran iklan.

Webtoons kartun digital yang dioptimalkan untuk tampilan seluler berasal dari Asia, di mana industri ini masih mendominasi, dan sekarang memasuki pasar Barat. Lalu skala maupun penetrasi layanan kesehatan digital di Asia juga tinggi dan telah menyentuh sekitar 1,5 miliar orang di Asia (dalam hal jumlah pengguna platform) dan basis penggunanya pun terus berkembang.

Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa tingkat adopsi layanan kesehatan digital dinegara berkembang di Asia naik 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan di Amerika Serikat. Asia yang terus memimpin dunia dalam adopsi teknologi menunjukkan bahwa tren dan teknologi yang terlihat di kawasan Asia saat ini dapat berfungsi sebagai mesin waktu menuju masa depan yang diharapkan oleh negara Barat di tahun-tahun mendatang.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id

# Tag