Si Manis di Balik BonChon
Michelle E. Surjaputra. Itulah namanya. Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, gadis muda nan manis ini sudah punya bisnis yang lumayan bagus: restoran cepat saji asal Korea, BonChon Chicken.
Inspirasi mengembangkan bisnis ini diperolehnya saat menempuh studi di Amerika Serikat. “Saat kuliah, setidaknya saya dua kali sebulan nongkrong di BonChon. Di New York ada sekitar tujuh gerai BonChon,” ujar kelahiran Jakarta 15 November 1988 yang lulusan New York University- Leonard N. Stern School of Business ini.
Namun, Michelle tak langsung membawa BonChon. Sekembalinya ke Indonesia, dia sempat magang di perusahaan ayahnya. Juga, pernah magang di AXA Advisory, Bank Indonesia dan UBS. Ide BonChon baru muncul saat mengunjungi mal-mal di Jakarta. “Saya pikir, kenapa tidak saya bawa BonChon ke Indonesia? Apalagi, di Indonesia sedang tren yang serba Korea dan orang Indonesia suka makan ayam,” kata Michelle mengenang.
Awalnya, dia agak grogi berbisnis karena tak punya pengalaman sama sekali dengan waralaba. Lantas, mengapa tak bergabung dengan bisnis orang tua? “Bisnis orang tua bidang manufaktur metal. Itu bukan bidang saya. Saya lebih suka industri gaya hidup,” ungkapnya.
Mantap dengan pilihannya, dia pun mencoba memberanikan diri menulis minat bekerja sama yang dikirimkan ke pihak BonChon Chicken melalui website. Apa respons mereka? Rupanya, menurut GM-nya, BonChon sudah sering menerima tawaran permohonan master franchise untuk di Indonesia. “Tetapi, saya diberi kesempatan membuat business plan,” katanya. Beruntung, Michelle sangat terbiasa membuat business plan, sehingga dia bisa membuat setebal 50 halaman hanya dalam tiga hari. “Mereka terkesan dengan proposal saya,” dia mengenang.
Akhirnya, segalanya berlangsung cepat dan seperti sebuah keajaiban. Begitulah kesan Michelle. Agustus 2011, dia memasukkan proposal, Oktober sudah diminta ikut pelatihan, bulan November keluar izin, dan di bulan Januari 2012 gerai pertama BonChon di Jakarta dia buka. Cukup cepat. Gerai pertama BonChon Chicken dibuka di Grand Indonesia di bawah naungan PT Michelindo Food International sebagai pemegang master franchise BonChon Chicken untuk Indonesia.
Setelah itu, Michelle bergerak cepat. Bersama kawan-kawannya yang bertindak sebagai investor, dia segera beraksi. “Saya dan beberapa teman. Tetapi, tak sampai lima orang,” katanya. Bermula dari Grand Indonesia, BonChon kini berjumlah tujuh gerai yang tersebar di mal-mal kelas atas seperti City Walk Sudirman, Living World Alam Sutera, Supermal Karawaci, Gandaria City, Central Park dan Kota Kasablanka. Setelah itu, akan segera menyusul gerai di Kemang Village dan Beachwalk Bali.
Menyasar segmen pelanggan kelas A dan B, Michelle menjelaskan, keunikan BonChon terletak pada kesegaran bahan makanannya, termasuk dapur. “Di sini ayamnya tidak ada proses pembekuan, tak menggunakan bahan kimia dalam bumbu ayam,” ujarnya penuh bangga.
Menurut Utomo Njoto, pengamat waralaba, kalau BonChon ingin kian membesar, akan lebih cocok bermain di segmen menengah ketimbang di segmen A. “Penetrasi mereka cukup cepat. Tidak mudah untuk secara konsisten buka satu gerai per bulan,” katanya. Namun untuk menjadi bisnis yang solid, Utomo menyarankan Michelle lebih memperkuat dari sisi organisasi dan tim, apalagi bila hendak menjalankan sub-franchising. “Butuh kemampuan sistem, infrastruktur organisasi dan pembiayaan,” ujar Utomo.
Saran Utomo sangat mengena. Bagi Michelle, tantangan terbesar untuk mengembangkan bisnisnya adalah bagaimana memastikan BonChon Indonesia bisa mengikuti standar BonChon internasional. Dia ingin menjadikan BonChon Indonesia sebagai BonChon terbaik di dunia. Untuk itulah, dia intens terlibat dalam operasional perusahaan. Dia selalu rapat setiap pagi di kantor dan setiap gerai dia datangi setidaknya dua kali dalam sebulan. Michelle berencana akan terus berekspansi dan setiap bulan membuka satu gerai baru.
Sudarmadi/Denoan Rinaldi