SWA100

Adaro Energy Indonesia, Perusahaan Energi Terintegrasi yang Berekspansi ke Bisnis Hijau

Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk.

Sebagai perusahaan energi yang terintegrasi, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. tampaknya selalu siap menghadapi kondisi fluktuatif bisnis batu bara. Manajemen perusahaan ini menyebutkan, pihaknya berupaya terus fokus dan secara konsisten menjaga struktur permodalan serta meningkatkan keunggulan operasional, produktivitas, dan efisiensi, untuk bisa memberikan return terbaik bagi para pemegang sahamnya.

Di tahun 2022, kondisi pasar yang positif mendukung kinerja emiten berkode saham ADRO ini. Adaro mencatat rekor tertinggi pendapatan sepanjang 2022 sebesar US$ 8,10 miliar (setara dengan Rp 123,7 triliun), atau naik 103% dibandingkan periode sebelumnya. Sementara capaian laba bersih di 2022 sebesar US$ 2,83 miliar (setara dengan Rp 43,2 triliun) atau naik 175% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kami senantiasa fokus pada keunggulan operasional dan mempersiapkan perusahaan untuk pertumbuhan jangka panjang agar tetap bertahan sebagai mitra yang andal bagi pelanggan maupun pemangku kepentingan lainnya,” kata Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Garibaldi Thohir yang dikenal dengan nama Boy Thohir.

Bisnis Adaro telah berkembang dari hanya satu unit tambang batu bara menjadi satu grup perusahaan energi terintegrasi dengan berbagai cabang bisnis di Indonesia dan Australia. Antara lain, bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan aktivitas pendukung pertambangan lainnya, energi terbarukan dan tidak terbarukan, serta mineral dan pengolahannya.

Pimpinan perusahaan ini percaya bahwa transisi Indonesia ke energi baru dan terbarukan serta percepatan ekonomi hijau berbasis teknologi akan membawa perubahan penting yang positif bagi masa depan negeri ini. “Sebagai perusahaan penyedia energi nasional, Adaro ingin mengambil peran penting untuk mendukung transformasi ekonomi Indonesia,” kata Boy Thohir kepada SWA.

Karena itu, Adaro pun memanfaatkan peluang pengembangan ekonomi hijau. Langkahnya ialah mengembangkan dan mendiversifikasi bisnis dengan bertransformasi menjadi tiga pilar bisnis.

Pertama, Adaro Energy yang membawahkan seluruh bisnis yang telah membawa Adaro Group menjadi salah satu perusahaan energi terbesar. Kedua, Adaro Minerals yang mengelola bisnis batu bara metalurgi, sumber daya mineral, serta smelter aluminium yang sedang dibangun di kawasan industri hijau Kalimantan. Dan ketiga, Adaro Green yang fokus mengembangkan berbagai sumber energi baru dan terbarukan.

Menurut Boy, struktur yang baru ini memperpanjang rantai pasokan Adaro yang terintegrasi vertikal, sehingga dapat mengakomodasi ekspansinya ke sektor bisnis hijau. Struktur baru ini juga semakin memperkuat pengendalian biaya serta manajemen risiko, serta memungkinkan Adaro Group menangkap berbagai peluang demi mempertahankan keberagaman sumber pendapatan untuk menjamin keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang.

Untuk dapat menarik investor agar semakin percaya berinvestasi di saham ADRO, perusahaan ini punya kiat-kiat dengan berfokus pada keunggulan operasional, serta meningkatkan efisiensi dan eksekusi strategi. “Kami fokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan, sekaligus fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan yang telah memiliki kontrak jangka panjang,”kata Boy.

“Kami senantiasa fokus pada keunggulan operasional dan mempersiapkan perusahaan untuk pertumbuhan jangka panjang.”

Garibaldi “Boy” Thohir, Presdir PT Adaro Energy Indonesia Tbk.

Dalam beberapa tahun terakhir, Adaro telah mempersiapkan langkah-langkah transformasi bisnis berkelanjutan untuk menangkap peluang pertumbuhan ekonomi hijau. Salah satunya melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), yang bersama mitra kerjanya sedang membangun smelter aluminium dengan kapasitas 500.000 ton per tahun untuk tahap pertama.

Menurut Boy, pihaknya melihat bahwa permintaan untuk aluminium secara global akan terus meningkat, seiring dengan kenaikan permintaan atas produk-produk yang memerlukan aluminium seperti baterai dan mobil listrik.

Smelter aluminium terbesar di Indonesia ini konstruksinya diperkirakan memakan waktu 24 bulan dan diharapkan bakal memberikan dampak positif bagi Indonesia, yaitu untuk mengurangi impor aluminium, memberikan proses dan nilai tambah terhadap produk alumina, meningkatkan pendapatan negara, serta berkontribusi terhadap upaya Indonesia untuk menjadi pusat industri kendaraan listrik.

Adaro menyadari adanya perhatian dari para investor dan para pemangku kepentingan yang semakin besar terhadap faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dari suatu perusahaan. “Karena itu, perusahaan berinvestasi besar di aspek lingkungan dan sosial, serta serius terhadap aspek tata kelola dengan menerapkan praktik penambangan yang baik,” katanya.

Salah satu catatan penting lainnya, sejak IPO pada 2008 Adaro selalu konsisten membayar dividen kepada pemegang saham. “Bahkan, di siklus industri yang terendah, perseroan tidak pernah mengabaikan pembayaran dividen,” ungkap Boy.

RUPST pada tahun 2023 menyetujui pembayaran dividen total US$ 1 miliar, atau setara dengan 40% laba tahun 2022, yang sebesar US$ 2,49 miliar. Sebagian diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan untuk program pembelian kembali saham perseroan. (*)

Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved