Management Trends zkumparan

Transformasi Digital PNM jadi Hot Business Perusahaan ke Depan

Sunar Basuki Direktur Operasional, Digital dan Teknologi Informasi PT Permodalan Nasional Madani (Foto: Ihsan Sulaiman/Mix Marcom)

Transformasi yang dilakukan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) tidak terlepas dari visi perusahaan yang ingin mentransformasi nasabah dengan menyediakan pembiayaan, jaringan, dan intelektual. Ini dilakukan utnuk membantu nasabah, khususnya, nasabah perempuan pra sejahtera naik kelas.

PNM dibentuk untuk mengkoordinasi penyaluran kredit setelah masa krisis moneter tahun 1998. Fungsinya sendiri adalah menyalurkan kredit-kredit program yang diberikan oleh pemerintah yang kami salurkan ke lembaga pembiayaan bank maupun non-bank. Di tahun 2008, PNM melakukan transformasi besar dengan meluncurkan produk pembiayaan yang dinamakan ULaMM. Produk pembiayaan mikro tersebut disalurkan langsung ke nasabah.

“Kami berubah dari yang tadinya menyentuh lembaga keuangan menjadi langsung ke nasabah,” kata Sunar Basuki Direktur Operasional, Digital dan Teknologi Informasi PT Permodalan Nasional Madani dalam Conference & Awarding Indonesia Best Business Transformation 2023 Transform to Win the Exciting Future: The Secret Formula of Successful Business Transformation yang diselenggarakan oleh SWA Media Group (31/08/2023).

Setelah sukses menjalankan program ULaMM, PNM terus melakukan inovasi bisnis dengan meluncurkan program membina ekonomi keluarga pra-sejahtera (Mekaar). Jika ULaMM berfokus pada penyaluran kredit mikro dan pelatihan, maka Mekaar adalah antitesis dari perbankan dengan masuk ke segmen unbankable. Progressnya, dalam tiga tahun pertama, Mekaar menjadi pembiayaan berbasis kelompok terbesar di Indonesia dengan total empat juta nasabah. “Dua tahun kemudian, 2021, nasabah PNM sudah melampaui Grameen bank yang didirkan oleh Muhammad Yunus, dengan total nasabah 9,4 juta dan 14,8 juta nasabah per Agustus 2023 ini,” ujarnya.

Sunar menambahkan 100 persen dari nasabah PNM adalah perempuan dan harus berkelompok dalam proses pembiayaanya. Dia mengatakan ini dilakukan karena PNM adalah pembiayaan tanpa agunan sehingga dibutuhkan kedisiplinan dan membentuk social engineering dalam prosesnya. Pembiayaan rakyat miskin, menurutnya, penuh resiko karena tidak ada jaminan. Sehingga satu-satunya yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk kelompok dan membentuk modal sosial.

Hasilnya, dalam tujuh tahun, NPL pembiayaan Mekaar tercatat hanya sebesar 0,15 persen. “Nasabah kami mulai dari pedagang keliling, pedagang kaki lima, pedagang kios bahan makanan, pengerajin, pemilik kebun kecil,” kata Sunar dalam paparannya. Rendahnya pendidikan masyarakat juga menjadi salah satu tantangan PNM dalam melakukan digitalisasi.

Sunar menceritakan digitalisasi yang diilakukan adalah dengan memberikan akses layanan, mengurangi kesenjangan digital, dan menjaga daya tahan ekonomi masyarakat. “Kami percaya digitalisasi akan menjadi hot of business perusahaan.” Adapun aplikasi super apps Mekaar Digi memiliki fitur pencairan dana secara cashless, sosialisasi, dashboard monitoring, uji kelayakan nasabah, hingga pembentukan buku tabungan bekerjasama dengan BRI. “Hal ini tentunya mempercepat proses dan meningkatkan produktivitas karyawan PNM,” ujarnya.

Sunar menambahkan people akan selalu menjadi penggerak perusahaan. Hal ini membuat PNM selalu melakukan improvement dalam proses Human Capital Development setiap tahunnya agar kapabilitas perusahaan dalam transformasi perusahaan berhasil dengan baik. selain memiliki 14,8 juta nasabah, dia mengatakan, PNM juga memiliki 73 ribu karyawan, dimana 60 ribu-nya adalah Account Officer pembiayaan pendamping lapangan. Dalam demografinya, 93 persen dari mereka adalah perempuan dan 99% kelompok milenial.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved