My Article

Corporate Social Innovation di Era Digital

Oleh Editor
Corporate Social Innovation di Era Digital
Jusuf Irianto, Guru Besar Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga

Oleh: Jusuf Irianto, Guru Besar di Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga

Jusuf Irianto, Guru Besar Dep. Adm. Publik FISIP Universitas Airlangga, Pengurus MUI Jawa Timur

Di era digital saat ini, masyarakat di Indonesia menghadapi masalah terkait literasi digital. Tingkat literasi digital di Indonesia hanya 62% alias paling rendah jika dibandingkan negara ASEAN lainnya dengan rerata mencapai 70%. Bahkan negara di luar ASEAN, Korea misalnya sudah mencapai 97%.

Sementara itu, hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) tahun 2022 menunjukkan Indeks Literasi Digital mencapai 3,54 atau mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya 3,49.

Indeks tersebut diukur dari aspek budaya, etika, skill, dan keamanan digital. Secara umum ada peningkatan aspek budaya, etika, dan skill digital. Namun aspek keamanan (safety) masih rendah sehingga perlu ditingkatkan untuk agar masyarakat tidak menderita kerugian akibat kejahatan.

Literasi rendah berakibat kemampuan mengakses teknologi digital sangat terbatas. Dalam transaksi perekonomian berplatform digital, masyarakat belum mampu terlibat maksimal. Selain itu, masyarakat juga sering tertipu tawaran pinjaman atau investasi on-line yang ternyata bodong.

Sebab itu, langkah cepat perlu ditempuh guna mengejar ketertinggalan. Literasi digital harus ditingkatkan agar masyarakat dapat terlibat aktif dalam perekonomian digital dan terhindar dari berbagai ancaman penipuan atau kejahatan siber lainnya.

Namun, sungguh tak mudah memulai langkah untuk meningkatkan literasi digital bagi masyarakat. Pemerintah tak dapat berdiri sendiri mengatasi ketertinggalan masyarakat di era digital. Butuh kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dan industri serta organisasi lainnya.

Saat ini ratusan organisasi nir laba terlibat dalam Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak dalam GNLB, pemerintah membangun komitmen sehingga masyarakat mampu memasuki era digital secara lebih bijak dan bertanggungjawab.

Corporate Social Innovation

Pimpinan perusahaan perlu memikirkan keterlibatan aktif dalam GNLB maupun kegiatan lain bertujuan meningkatkan literasi digital masyarakat. Jika literasi meningkat, dunia usaha bakal mendapat berkah berupa smart customer yang dapat mendongkrak kinerja bisnis perusahaan.

Untuk itu, perusahaan dapat berperan sebagai inovator membantu warga memahami teknologi digital secara utuh. Perusahaan mendukung peningkatan literasi digital secara inovatif berdasarkan konsep Corporate Social Innovation (CSI) melalui program inklusi digital.

Program inklusi digital digagas dan dilaksanakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi di bawah naungan Kemenkominfo. Tujuan program ini adalah untuk mengurangi kesenjangan dan digital divide dalam masyarakat.

Dengan program inklusi digital semua warga diharapkan memperoleh kesempatan merata dalam memperoleh akses ke bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial budaya secara digital. Program inklusi digital sejalan dengan spirit akselerasi pencapaian Indonesia Digital tahun 2024.

CSI merupakan solusi efektif mengatasi berbagai kebutuhan masyarakat di era digital sesuai program pemerintah. Dalam CSI perusahaan mengembangkan sejumlah gagasan, cara, proses, dan hasil yang inovatif dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas warga.

Bagi perusahaan, pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat menciptakan nilai tambah berupa peningkatan citra (image building). Bahkan citra perusahaan tak sekadar kian harum di depan masyarakat, namun CSI juga mengarahkan pada keunggulan kompetitif.

Daya saing perusahaan secara berkelanjutan tak sekadar dapat diraih melalui efisiensi dan produktifitas, namun juga dipengaruhi prinsip kebersamaan dalam memecahkan masalah yang dialami masyarakat. Kebersamaan ini akan memicu pengembangan bisnis perusahaan.

Sejalan dengan komitmen perusahaan mendorong inklusi digital secara berkelanjutan, pimpinan dapat berinisiatif mewujudkan program literasi digital dengan berbagai kegiatan awal. Pada tahap pertama, perusahaan membantu menyediakan instrumen yang dibutuhkan.

Instrumen tersebut dapat berupa hardware dan software yang terkoneksi internet dengan sasaran spesifik, misalnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Penyediaan komputer bertujuan membangun bisnis seraya meningkatkan literasi digital pelaku UMKM.

Di tengah upaya penyediaan komputer, melalui CSI perusahaan menyusun program lain terkait peningkatan literasi digital. Program berupa pendidikan, pelatihan, atau pengembangan SDM sebagai pelaku usaha bertujuan meningkatkan skill digital bagi UMKM atau kelompok masyarakat lain yang membutuhkan.

Dengan CSI pula perusahaan membuka akses luas bagi masyarakat agar lebih paham atau melek teknologi digital. Tingkat literasi digital ideal yang semakin luas menjangkau seluruh lapisan masyarakat merupakn kontribusi perusahaan mengatasi kesenjangan digital. Masyarakat pun mampu beradaptasi dengan perubahan yang semakin kompleks di era digital seperti saat ini.

CSI untuk literasi digital dirancang khusus guna memberikan edukasi tentang risiko dan dampak teknologi digital. Dengan edukasi, masyarakat memiliki panduan dalam memanfaatkan teknologi digital lebih aman sekaligus terhindar dari berbagai bentuk kejahatan yang merugikan.

Sementara itu, pimpinan perusahaan harus memahami pula bahwa CSI merupakan langkah maju yang tak sekadar untuk kegiatan yang bersifat sosial. Program dalam CSI juga relevan dengan kepentingan bisnis utama (core business).

Dapat diambil sebagai misal adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa kesehatan. Bisnis utama layanan kesehatan adalah menyediakan dokter, perawat, obat-obatan, serta fasilitas kesehatan lainnya. Semua komponen ini tak mudah diakses oleh warga khususnya di daerah terpencil.

Untuk membuka akses layanan kesehatan lebih mudah, melalui CSI perusahaan berinovasi membuka pasar baru memanfaatkan tekologi digital. Hal ini mendorong pertumbuhan bisnis sekaligus meningkatkan standar kehidupan masyarakat lebih sehat dan produktif.

Kemuliaan akan diraih perusahaan melalui program-program CSI. Hanya dengan berperan aktif meningkatkan literasi digital bagi UMKM serta berinovasi dalam pelayanan kesehatan secara digital, perusahaan dapat meraih berbagai kemajuan dan semakin dekat dengan masyarakat. Apalagi jika CSI juga menyentuh bidang berbeda, misalnya, pendidikan dan lainnya.

CSI merupakan terobosan dalam bisnis sehingga dapat menghasilkan kreasi nilai sosial dan lingkungan yang lebih tinggi sekaligus memicu keuntungan finansial. Sebab itu, sudah saatnya para pimpinan perusahaan mulai berpikir untuk mengadopsi CSI sebagai pendekatan dalam berbisnis lebih efektif di era digital saat ini.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved