Trends Economic Issues

DBS Catat Kenaikan AUM 17% per Juni 2023

Credit Suisse ahun 2020 menyebutkan segmen nasabah prioritas di Indonesia berpotensi mengalami perkembangan signifikan. Hal ini diamini oleh Data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mencatat kenaikan 5,3 persen (YoY) pada jumlah simpanan atau menjadi Rp621 triliun per Mei 2022. Sementara Juni 2023, jumlah tabungan nasabah dengan saldo Rp500 juta hingga Rp5 miliar juga meningkat 7,33 persen hingga 9,32 persen dalam dalam tiga tahun terakhir.

Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung dalam paparannya mengatakan, potensi tersebut merupakan hal yang wajar karena sebagai human being, mereka pasti memikirkan masa depan. “Ketika seseorang sudah menginjak level tertentu, dimana dia punya spare atau saving. Dia pasti akan mulai berpikir. Itu hal yang natural saja,” kata dia.

Mereka yang sudah bisa saving, menurutnya, akan mulai tertarik untuk mencari interest setinggi-tingginya. Namun tetap memperhatikan kemanan dan jaminan dari produk. Perbankan adalah salah satu institusi yang dilirik untuk menyimpan uang karena aman dan dijamin oleh Lembaga Simpanan Negara (LPS). “Edukasi kepada mereka itu penting. Mereka harus terus diberikan pengetahuan akan keamanan dan jaminan. Jika edukasinya sudah jalan, maka kesempatan yang muncul akan sangat luar biasa,” ujarnya.

Rudy menjelaskan Asset Under Management (AUM) Bank DBS meningkat 17 persen per juni tahun ini dari juni tahun lalu. Rata-rata kenaikan tersebut, kata dia diatas data LPS yang tercatat naik 7 persen. “Jadi kita mungkin sedikit diatas LPS, sedikit diatas industri which is bagus lah saya rasa.” Meskipun begitu, Rudy mengatakan potensinya masih sangat besar untuk digarap. Salah satu strategi yang digunakan Bank DBS untuk menggarap potensi tersebut adalah dengan lebih mendekatkan diri pada konsumen. Karena menurutnya, penting untuk menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap bank.

Di tahun ini, Bank DBS menargetkan pertumbuhan kinerja bisnis di atas 20 persen mengingat potensi yang dimiliki Indonesia masih cukup besar. Apalagi, kata dia, ditambah pandemi yang telah berakhir. “Saya rasa GDP growth kita juga menunjukkan hal yang sama. Infrastruktur juga semakin bagus, pertumbuhan ekonomi bagus. Ini adalah kesempatan yang besar untuk kami,” ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi investasi, Rudy menjelaskan yang terbesar saat ini dipegang oleh obligasi pemerintah diikuti reksadana dengan proporsi 60 persen dan 40 persen. Obligasi, kata dia, masih menjadi primadona karena memberikan imbal hasil yang pasti. “Dari sisi number of transaction, kenaikannya bisa 20 persen, dimana rata-rata mereka membeli Rp100 juta,” ujarnya menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved