Google Play dan Android Dorong Pertumbuhan App Economy di Indonesia
Indonesia telah menjadi pemimpin dalam ekonomi seluler global, dengan lebih dari 200 juta pengguna Internet seluler pada 2022. Menurut penelitian, sistem operasi dan platform distribusi aplikasi seperti Android dan Google Play yang mendorong fenomena ini.
Saat ini, masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam per-hari dalam mengonsumsi konten, berkomunikasi secara online, dan melakukan transaksi online. Tren ini diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan jumlah kenaikan pengguna internet yang diperkirakan akan mencapai 265 juta pengguna pada tahun 2028, hall ini yang akan menjadi katalisator kebangkitan App Economy di Indonesia.
Dalam lanskap digital yang terus berkembang, Android dan Google Play menawarkan platform yang terintegrasi, hemat biaya, mempunyai sistem pengembangan aplikasi yang sederhana, pengelolaan dengan waktu yang singkat serta menyediakan struktur pembayaran yang fleksibel. Menurut laporan terbaru yang diterbitkan oleh Access Partnership, ‘Accelerating the app economy in Indonesia: Android and Google Play’s impact in Indonesia’, kehadiran Android meningkatkan keragam dan inovasi industri, menurunkan harga smartphone, dan memperluas pilihan konsumen.
Peran Google Play dalam ekspansi ini sangat penting, karena telah membantu perkembangan Indonesia dalam menjangkau audiens global dan menawarkan rata-rata 23 aplikasi baru yang dapat diunduh setiap harinya. Keamanan pengguna juga tetap terjaga dalam perlindungan Google Play, yang telah memindai 125 miliar aplikasi untuk menjaga keamanan pengguna internet.
Abhineet Kaul, Direktur Access Partnership mengatakan, “Keterjangkauan dan aksesibilitas yang lebih baik ini telah menyebabkan 97 juta lebih masyarakat Indonesia dapat mengakses Internet melalui smartphone, menghasilkan kontribusi sebesar Rp 653 triliun (US$ 44 miliar) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 5 tahun terakhir dibandingkan jika Android tidak ada di pasar”.
Menurut laporan tersebut, pengguna Android menyukai aksesibilitas, kemampuan beradaptasi, dan pengalaman pengguna ekosistem Android secara keseluruhan. Walaupun tidak memakai smartphone dengan sistem Android, non-Android user tetap menggunakan aplikasi Google yang telah terpasang pada device mereka. Hal ini didukung dengan data yang menunjukan bahwa 97% pengguna akan senang hati mengunduh aplikasi Google jika aplikasi tersebut tidak terpasang di perangkat smartphone mereka. Lebih dari satu juta pengguna telah mengunduh aplikasi populer seperti KitaLulus dan Bicarakan.id, hal ini menunjukkan pentingnya aplikasi tersebut saat Indonesia bertransisi ke lingkungan pascapandemi.
“Selain itu, ekosistem terbuka seluler yang diciptakan oleh Google Play dan Android telah menciptakan lapangan kerja di sektor aplikasi dan pekerja lepas di Indonesia, mendukung sekitar 162.000 pekerjaan, termasuk pekerjaan langsung, tidak langsung, dan pekerjaan tambahan”, lanjut Abhineet
Meskipun industri aplikasi yang sedang berkembang di Indonesia, menawarkan potensi inovasi dan kemakmuran yang luar biasa, industri ini juga menghadapi hambatan besar yang memerlukan perhatian. Laporan ini menyoroti beberapa tantangan utama termasuk aksesibilitas digital, terbatasnya adopsi digital di kalangan UMKM, dan kurangnya pekerja terampil di bidang teknologi. Selain itu, 80% penduduk Indonesia masih kekurangan akses internet yang dapat diandalkan. Kesenjangan yang krusial ini memerlukan investasi besar dalam infrastruktur yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah yang paling terpencil sekalipun. Digital Indonesian Roadmap 2021-2024 telah membahas beberapa arah strategis, mulai dari investasi pengembangan infrastruktur digital yang inklusif, aman, dan ekspansi.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, hanya 32% yang menggunakan alat digital sehingga telah tertinggal dari tren global. Memfasilitasi adopsi digital di kalangan UMKM melalui hibah yang ditargetkan dan program pelatihan yang komprehensif dapat mendorong pertumbuhan dan ketahanan ekonomi. Belajar dari keberhasilan inisiatif di Korea dan Malaysia, memfasilitasi sektor ini melalui hibah, investasi, dan program pelatihan komprehensif memiliki potensi yang sangat besar.
Kekurangan pekerja di bidang teknologi saat ini, sekitar 600.000 setiap tahunnya, mendorong perlunya Indonesia untuk meningkatkan keterampilan digital. Peningkatan keterampilan ini krusial bagi pengembang aplikasi agar tetap kompetitif. Laporan ini menunjukkan bahwa 23% pedagang yang disurvei menyadari pentingnya pelatihan keterampilan digital untuk kesuksesan jangka panjang. Kolaborasi antara pengembang aplikasi seperti GO-Academy, Bangkit, #JuaraAndroid, Google Play x Unity, dan Indie Games Accelerator membantu meningkatkan keterampilan yang mendukung pertumbuhan ekonomi aplikasi di Indonesia. Selain itu, menciptakan ekosistem inovasi teknologi dan mendukung perkembangan kota pintar dapat meningkatkan peran Indonesia sebagai pusat teknologi terkemuka di kawasan ini.
Pengamat ekonomi digital Fitra Faisal menanggapi laporan baru tersebut,” Dengan menerapkan kebijakan-kebijakan ini secara strategis, Indonesia dapat mengatasi tantangan dan sepenuhnya mengeluarkan potensi dari ekonomi aplikasinya. Upaya ini memastikan bahwa kemajuan yang dicapai di dunia digital menjangkau seluruh pelosok negeri, mendorongnya menuju masa depan digital yang tidak meninggalkan siapa pun.”
Swa.co.id