Trends

SKK Migas Selenggarakan Forum Leadership Hulu Migas 2023

Leadership Forum SKK Migas (Foto: Gigin W. Utomo)

Sektor migas masih menjadi andalan sebagai mesin ekonomi secara nasional. Indonesia berpotensi bisa mandiri energi. Tidak lagi tergantung minyak import. Bahkan bisa menyusul kesuksesan Amerika yang bisa berubah dari importir menjadi ekportir migas.

Optimisme tersebut disampaikan Wakil kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, saat membuka Forum Leadership Hulu Migas 2023 Lead to Win dengan tema Human Resource Chalanges to Realize The Oil Production Target of 1 Million Bareel of Oil Per Day. Forum ini berlangsung di Ballroom Hyat Hotel Yogyakarta, 11-12 September.

Menurut Nanang, forum leadership tersebut sengaja diadakan guna mensukseskan pencapaian target produksi minyak 1 juta barrel perhari dan gas 12 milliar kaki kubik perhari. Acara tersebut diikuti para eksekutif dari berbagai perusahaan yang bergerak di sektor industry Hulu Migas di seluruh Indonesia.

Nanang menjelaskan bahwa melalui forum yang telah berlangsung untuk kedua kalinya ini para stakeholders sector migas dapat merajut kesepahaman dan saling bersinergi untuk bersama-sama bekerja keras mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).

Diungkapkan juga bahwa peningkatan kebutuhan minyak dan gas akan terus meningkat. Oleh karena itu, meskipun secara prosentase kontribusi minyak dan gas akan menurun, namun dari aspek volume kebutuhan minyak dan gas justru meningkat. Dari data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak di tahun 2050 akan meningkat 139% dan kebutuhan gas meningkat 298% dibandingkan kebutuhan saat ini.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut SKK Migas telah menyiapkan roadmap melalui rencana strategi Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0 dalam mencapai target hulu migas. Selain target produksi di atas, ada peningkatan multiplier effect. “Setiap pengeluaran kegiatan hulu migas memberikan dampak positif bagi industri penunjang hulu migas, UMKM dan menggerakkan perekonomian di daerah,” ungkap Nanang.

Sementara itu, sejalan dengan target pemerintah mencapai Nett Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat, maka investasi sektor hulu migas secara simultan akan berupaya memastikan pertumbuhan dilakukan secara berkelanjutan.

Menurut Nanang, sudah ada beberapa perusahaan perminyakan yang menjalankan implementasi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Beberapa perusahaan tersebut antara lain British Petroleum, yang akan disusul oleh INPEX, Repsol, Genting Oil dan lainnya. Selain itu, juga ada kegiatan lain dengan cara offset, seperti penanaman pohon yang di tahun 2023 ditargetkan bisa mencapai 2 juta pohon.

Nanang juga menjelaskan salah satu faktor penting untuk menunjang peningkatan produksi adalah faktor teknologi. Faktor teknologi inilah yang menjadikan Amerika saat ini telah sukses mengembangkan industry minyak dan tidak lagi menjadi importir. Sebaliknya Amerika telah sukses menjadi ekportir berkat kemampuan mengembangkan teknologi perminyakan.

Ditegaskan Nanang bahwa Indonesia suatu saat bisa mengikuti jejak Amerika menjadi ekportir migas. “Pemanfaatan teknologi akan mendorong peningkatan produksi migas nasional di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan produksi minyak yang saat ini masih di bawah kebutuhan,” Nanang menjelaskan.

Pemerintah terus memberikan dukungan sehingga meningkatkan iklim investasi di sektor hulu migas. Hal ini dirasakan dengan investasi hulu migas yang cepat pulih pascapandemi Covid-19, sehingga di tahun 2022 investasi mencapai US$ 12,3 miliar. Untuk tahun 2023 ditargetkan mencapai US$ 15.5 miliar, atau meningkat 26% sementara di level global investasi tumbuh sebesar 6,5%. “Hal ini menunjukkan bahwa daya saing hulu migas Indonesia terus membaik sehingga di masa yang akan datang akan semakin tinggi lagi investasi hulu migas yang masuk ke tanah air,” jelasnya

Menutup sambutannya, Nanang berharap setelah berlangsungnya Forum Leadership Hulu Migas para peserta yang terdiri dari utusan para stakeholders migas di Indonesia akan mendapat insight agar dapat dijadikan pelajaran, masukan dan bahkan inovasi yang dapat dibagikan ke masing-masing perusahaan.

Forum leadership tersebut menghadirkan para pembicara yang experts dari dalam hingga luar negeri. Mereka antara lain David M.R. Covey, expert global terkemuka dalam bidang Leadership Development yang telah menulis buku terkenal: Trap Tales: Outsmarting the 7 Hidden Obstacles to Success. Melalui materinya, David menyampaikan berbagai kendala kesuksesan dan strategi untuk mengatasinya dalam mencapai kesuksesan.

Sementara itu, Andrew Tani, CEO AndrewTani & Co, menggarisbawahi pentingnya faktor manusia, terutama dalam hal mindset dan pola perilaku, untuk mencapai target produksi sejuta BOPD. Adapun Ika Sastrosoebroto, CEO Prominent PR, menekankan pentingnya penguatan peran flag carrier demi memperkuat aspek kepemimpinan di dalam perusahaan. Dan, Apung Sumengkar, Co-Founder dan Managing Director Sajid Consulting, menguraikan pentingnya perubahan budaya perusahaan dalam melakukan turnaround manakala perusahaan menghadapi krisis.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved