Profile

Ditahan KPK, Ini Kiprah Karen Agustiawan Saat Menjadi Dirut Pertamina

Mantan Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan (ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom).
Mantan Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan (ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom).

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dalam kasus pengadaan Liquefied Natural Gas (LNG) pada 2011-2021.

“Maka KPK menindaklanjuti laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi berdasarkan data dan informasi yang sebelumnya dikumpulkan serta diselidiki. Untuk kebutuhan penyidikan 20 hari pertama terhitung sejak 19 September 2023 sampai 8 Oktober 2023 di Rumah Tahanan Negara KPK,” kata Ketua KPK Firli Bahuri, Selasa, 19 September 2023.

Menanggapi hal itu, pengacara Karen, Luhut MP Pangaribuan menyatakan, persoalan yang menimpa kliennya sesungguhnya merupakan aksi korporasi. Karen memimpin Pertamina selama lima tahun, pada periode 2009-2014. Selama menjadi Dirut Pertamina, Karen juga memiliki sejumlah prestasi.

Lantas, seperti apa kiprah Karen Agustiawan ketika menjadi Dirut PT Pertamina?

Karen ditunjuk sebagai orang nomor satu di jajaran dewan direksi PT Pertamina pada 5 Februari 2009. Dia menggantikan posisi Ari Hernanto Soemarno dan menjabat hingga 1 Oktober 2014. Berkat jabatannya itu, Karen Agustiawan menjadi Dirut Pertamina wanita pertama hingga akhirnya disusul oleh Yenni Andayani dan Nicke Widyawati.

Karen pernah dinobatkan sebagai The Most 15 Influential Female Executives in the Oil and Gas Industry versi lembaga Terrapin yang bermarkas di London pada 2013. Eksekutif perempuan yang sukses masuk dalam daftar tersebut merupakan pemimpin dari perusahaan minyak dan gas bumi (Migas) dengan pengaruh kuat serta menjadi teladan bagi para perempuan di seluruh dunia.

Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan masuk ke dalam jajaran 50 Most Powerful Women in Business pada posisi ke-6 menurut majalah Fortune Global pada 2013. Keberhasilan itu memperbaiki prestasi yang sama di tahun sebelumnya, yaitu pada peringkat ke-19.

Fortune menilai Karen berhasil mengelola Pertamina dengan memanen laba bersih US$ 2,7 miliar sehingga masuk peringkat 122 Fortune Global 500. Dengan peningkatan prestasi itu, dia juga dianggap layak menjadi satu dari 9 wanita pebisnis berpengaruh yang mengalami perubahan terbesar (big movers and newcomers).

Karen Agustiawan menerima penghargaan Kartini Award di sektor energi dan sumber daya mineral pada peringatan Hari Kartini, 21 April 2009. Selain Karen, Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi saat itu, Evita H Legowo juga memperoleh penghargaan yang sama di antara 100 Wanita Inspiratif Indonesia dari berbagai kategori lainnya.

Melalui BUMN Award 2013, Pertamina berhasil membawa pulang 4 penghargaan sekaligus, meliputi Pemimpin BUMN Berdaya Saing Terbaik 2013 kategori Bisnis Global, BUMN Energi dan Sumber Daya Mineral Berdaya Saing Terbaik Pertama, Implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN Non-Terbuka Berdaya Saing Terbaik ke-2, dan Pelayanan Publik BUMN Berdaya Saing Terbaik ke-2.

Selama menjabat, Karen membawa Pertamina untuk mengusung visi sebagai perusahaan energi kelas dunia dan pemenang di Asia pada 2025 dengan aspirasi Energizing Asia. Dia juga mengantarkan Pertamina memperoleh laba bersih tertinggi sepanjang sejarah, yaitu mencapai Rp 25,89 triliun dengan skor penerapan Good Corporate Governance 93,51 pada 2012.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor minyak mentah selama 2009-2012 mengalami penurunan, yaitu masing-masing 15.303 ribu ton, 14.249 ribu ton, 13.253 ribu ton, dan 12.550 ribu ton. Kemudian, jumlah impor minyak mentah di masa kepemimpinan Karen kembali melonjak pada 2013-2014 menjadi 16.015 ribu ton dan 16.185 ribu ton.

Di bawah komando Karen Agustiawan, Pertamina memulai penggunaan gas alam cair (LNG) untuk bahan bakar bagi rumah tangga dan sektor transportasi di Indonesia. Program awal itu dijalankan melalui uji coba kendaraan anak usaha PT Badak NGL serta tiga unit kompor rumah tangga.

“Hari ini merupakan titik awal pemanfaatan LNG bagi sektor transportasi serta rumah tangga. Dimulai dari kendaraan operasional Badak NGL, diharapkan bisa menjadi contoh kedepannya untuk diperluas pemanfaatannya, baik di sektor transportasi maupun rumah tangga,” kata Karen dalam keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa, 7 Agustus 2012.

Karen Agustiawan juga mengubah paradigma bisnis LNG Pertamina yang sebelumnya berpatokan pada ekspor menjadi pemanfaatan di dalam negeri. Hal itu dimulai sejak pengoperasian Floating Storage Regasification Unit Nusantara Regas 1 pada 24 Mei 2012, sebagai penyimpan, terminal, dan regasifikasi LNG pertama di Indonesia.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved