United Tractors, Kembangkan Talenta Digital untuk Akselerasi Transformasi Digital
PT United Tractors Tbk. (UT) mengimplementasikan digitalisasi sejak 2017. Perseroan mengembangkannya sebagai salah satu strategi bisnis utama di United Tractors Group. Digitalisasi ini meningkatkan keunggulan operasional (operational excellence) yang berdampak positif terhadap pengalaman konsumen melalui transformasi operasional.
Loudy Irwanto Ellias, Direktur UT, mengatakan bahwa transformasi digital dan pengembangan teknologi di UT merupakan langkah adaptif untuk merespons perubahan agar bisnis perseroan tetap relevan dan tumbuh berkesinambungan. “Tujuan digitalisasi adalah konsisten memberikan value terbaik kepada para pelanggan serta meningkatkan kualitas pelayanan konsumen. Digitalisasi di UT mendukung operasional konsumen lebih efektif, produktif, dan mencatatkan lowest lifetime cost per total output,” tutur Loudy.
Perusahaan pemasok alat-alat berat dan pertambangan ini merancang digitalisasi di tahun 2016. Setahun berikutnya, perusahaan ini membentuk tim digital. Tim ini fokus mempraktikkan serangkaian program digitalisasi yang memberikan nilai tambah (value added) kepada operasional dan pelayanan pelanggan.
Tatkala Covid-19 mewabah di tahun 2020, tim ini berkontribusi kepada perusahaan karena menghemat working capital dan meningkatkan penjualan. Karyawan UT di lini lainnya pun cepat merespons perubahan di masa pandemi lantaran digitalisasi sudah beroperasi.
UT mengimplementasikan peta jalan (roadmap) transformasi digital dengan membenahi lini operasional. Kemudian, manajemen melakukan utilisasi teknologi dan memperkuat kompetensi SDM yang berkesinambungan. Kedua aspek ini dijadikan landasan dasar untuk memberikan nilai tambah kepada konsumen.
Loudy menyampaikan, di fase awal transformasi digital, UT meningkatkan kompetensi digital dari para ahli. ”Setelah kemampuan tim kami memadai, semua kami lakukan secara mandiri,” ujarnya.
Inisiatif digital ini terus digalakkan di tahun berikutnya. Manajemen UT mendorong pegawainya menguasai aspek operasional yang selaras dengan perkembangan tren teknologi. Evaluasi dan diskusi antara tim digital dan manajemen dilakukan untuk mengentaskan beragam kendala dan memetik hasil optimal.
Para pemimpin perusahaan berpartisipasi aktif meluangkan waktunya pada proses pengembangan digitalisasi ini. “Seluruh unit akan follow the example dari digitalisasi terbaik di internal,” ungkapnya.
Beragam dinamika dan kendala dihadapi manajemen. Misalnya, sengitnya persaingan merekrut dan mempertahankan pegawai berkemampuan digital. Persaingan di bursa kerja ini memantik tingginya permintaan karyawan bidang teknologi informasi (TI) dibandingkan pasokan (supply). Imbasnya, perusahaan lainnya menyodorkan gaji yang lebih tinggi untuk merayu talenta ini agar pindah karier.
Loudy dan tim bersiasat untuk mengantisipasi dinamika ini. Contohnya, UT memberikan pelatihan dari titik awal kepada pegawai TI. “Mereka disediakan environment untuk belajar dan berkembang, sehingga punya kecenderungan lebih loyal dengan turnover yang lebih rendah. Jalan ini yang dipilih kami untuk mempertahankan talenta digital,” tutur Loudy.
Transformasi ini beriringan dengan perubahan metode kerja karyawan. Keterampilan pegawai digeser menjadi profesional yang memberikan solusi digital dari yang bersifat administratif.
“Lalu, kami fokus untuk memastikan pekerjaan yang dampak finansialnya besar, seperti sales, inventory yang bisa dilakukan dengan bantuan insight dari analytics sehingga bisa dilakukan dengan lebih efektif. Tim operasional kami sejauh ini beradaptasi dengan cukup cepat, bisa melihat manfaat dari inisiatif yang dilakukan terhadap efektivitas pekerjaannya, sehingga adopsi inisiatif, implementasi, dan impact bisa kami kejar,” Loudy menjelaskan.
Saat ini, pegawai di unit penjualan atau inventori bisa mengusulkan sejumlah inisiatif bisnis terbaru kepada tim digital. Hal inilah yang menjadikan digitalisasi UT semakin berkembang.
Tim digital yang solid mempermulus transformasi digital di UT. Beragam inovasi dan terobosan bisnis dikreasikan. Loudy meyakini, tujuan transformasi digital ini antara lain menghemat biaya serta menakar lebih akurat rencana investasi dan penjualan.
“Tujuan tim adalah menghasilkan impact, bukan menghasilkan produk. Justifikasi atas investasi yang dilakukan juga menjadi mudah karena menghemat cost dan additional sales yang dihasilkan bias terukur dan selalu dipantau,” katanya.
Contoh nyata digitalisasi terekam di tim sales UT. Dulu, tim ini mencari peluang penjualan hanya melalui proses canvassing ke pelanggan. Saat ini, UT sudah membangun sales prediction engine.
“Secara berkala tim sales kami mendapat daftar pelanggan yang diprediksi akan melakukan pembelian. Dikombinasikan dengan pengetahuan mereka, prioritas kunjungan dan proses sales menjadi lebih mudah dan efektif,” kata Loudy.
Kemudian, transformasi digital juga mengubah tugas-tugas yang sifatnya administratif lantaran hal ini sudah otomatisasi, mendorong visibility detail atas operational bisnis yang sangat memudahkan untuk pengambilan keputusan strategis, dan analisis data. “Cukup fundamental perubahannya dan seluruh organisasi bisa merasakan manfaat digitalisasi. Sebagai perusahaan yang pelanggannya tersebar sampai ke pelosok Indonesia, teknologi digital ini telah memudahkan interaksi kami dengan pelanggan tanpa kendala jarak dan waktu. Semua layanan kami mulai dari penjualan, perbaikan, hingga monitor penggunaan alat-alat berat pelanggan cukup klik di smartphone,” paparnya.
UT, lanjut Loudy, sudah melakukan transformasi digital di seluruh proses unit kerja. “Dengan telah melakukan transformasi digital, UT mampu memprediksi peluang bisnis ke depan dengan menggunakan analytics atau machine learning,” ungkapnya.
Anak perusahaan PT Astra International Tbk. ini berikhtiar untuk memutakhirkan digitalisasi seiring dengan dinamika bisnis dan perkembangan teknologi. Yang pasti, digitalisasi memangkas biaya operasional dan berkontribusi terhadap penjualan. Laba bersih UT pada kuartal I/2023 mencapai Rp 5,3 triliun, naik 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,3 triliun. (*)
Infografis
Before Transformasi Digital
Pekerjaan bersifat administratif
Pelayanan pelanggan semimanual
Tim penjualan melakukan canvassing ke pelanggan
After Transformasi Digital
Pekerjaan sudah diotomatisasi
Pelayanan pelanggan terkoneksi ponsel
Tim penjualan bisa memprediksi pelanggan yang akan membeli dengan sales prediction engine.
Mudah melakukan keputusan strategis
Vicky Rachman & Darandono