Technology Trends

Ini Alasan BRI Tidak Terburu-Buru Beralih ke Full Digital

Transformasi digital yang dijalankan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) tidak lantas membuat perseroan terburu-buru mengubah model operasional dan bisnisnya menjadi fully digital. Pilihan BRI untuk tidak beralih menjadi fully digital karena kondisi masyarakat Indonesia sebagian besar masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai. “Bila memang masyarakatnya belum fully digital, kami tidak bisa mendigitalkan,” kata Direktur Utama BRI Sunarso.

Sunarso pun memberikan bukti bahwa masyarakat masih senang bertransaksi menggunakan uang tunai. Menurutnya Agen BRILink setahun volume transaksinya mencapai Rp1.300-1.400 triliun.

“Ini adalah bukti bahwa masyarakat kita masih banyak yang senang bertransaksi pakai cash dan kemudian lewat agen. Kalau kami fully digital-kan semua, terus mereka siapa yang melayani?” ungkapnya.

Sunarso mengungkapkan, perseroan pun telah memiliki strategi untuk menyasar masyarakat yang masih gemar bertransaksi secara tunai. Namun di sisi lain juga dapat terus melayani masyarakat yang sudah gemar bertransaksi secara digital.

“Apa yang kami kerjakan sekarang, itulah yang kita sebut Hybrid Bank Strategy, dan Hybrid Bank Strategy itu yang paling sederhana adalah agen. Agen (BRILink) itu untuk menjawab karakteristik nasabah mikro. Mereka ternyata lebih senang ber-bank lewat agen daripada langsung datang ke bank,” ucap Sunarso.

Di sisi lain, BRI juga terus memperkuat aplikasi digital banking BRImo. Saat ini, pengguna BRImo mencapai 27,8 juta dengan nilai transaksi BRImo sekarang tumbuh 76,3%. Artinya transaksi lewat BRImo itu sudah mencapai Rp1.896 triliun.

“BRImo bisa kami pakai untuk apa saja. Mulai dari bangun tidur sampai tidur di malam hari. Kebutuhan transaksi bisa dilayani pakai BRImo dengan lebih dari 100 fitur di dalamnya,” ucapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved