Kebakaran di Bromo Timbulkan Kerugian Rp89,7 Miliar Bagi Sektor Pariwisata
Kebakaran yang terjadi di kawasan Gunung Bromo akibat penggunaan suar oleh wisatawan menimbulkan kerugian senilai Rp89,7 miliar pada sektor pariwisata. Apa langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya hal serupa di kemudian hari?
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya, mengungkapkan kebakaran di kawasan Gunung Bromo yang termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Provinsi Jawa Timur, menimbulkan potensi kerugian senilai Rp89,7 miliar dari sektor pariwisata.
Kerugian itu dihitung berdasarkan empat hal. Pertama adalah jumlah kunjungan atau kuota wisatawan per hari. Kedua, yaitu harga atau jenis tiket. Ketiga, biaya ketika wisatawan berkunjung ke destinasi dan keempat adalah lama waktu penutupan TNBTS.
“Intinya selama 13 hari dari potensi kehilangan tiket dan spending berjumlah Rp89,76 miliar,” katanya dalam acara The Weekly Brief Kemenparekraf, Senin (25/9).
Nia menjelaskan ada empat hal yang dilakukan untuk pemulihan kawasan Gunung Bromo pascakebakaran yaitu rehabilitasi fisik, ekonomi, sosial, dan manajemen. “Karena Bromo menjadi pusat wisata yang masuk ke dalam 10 wisata prioritas di Indonesia,” jelasnya.
Kemenparekraf juga telah berkomunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk merehabilitasi kawasan Gunung Bromo yang terbakar akibat ulah pengunjung.
“Kami tentu yang akan memasarkan agar Bromo kembali dinikmati oleh wisatawan dan pelaku ekonomi kreatif,” ujar Nia.
Pengamat: Kebakaran Berdampak pada Keberlanjutan Lingkungan TNBTS
Sementara itu pengamat pariwisata Sari Lenggogeni mengatakan selain kerugian pariwisata, kebakaran itu juga berdampak terhadap keberlanjutan lingkungan di kawasan TNBTS.
“Nilai yang dihitung Kemenparekraf adalah dampak langsung. Nilai yang paling hilang adalah nilai keberlanjutan lingkungannya. Recovery branding bahwa kawasan Gunung Bromo yang terbakar sudah membaik itu yang justru menjadi pekerjaan rumah. Angka keberlanjutan lingkungannya memiliki efek domino yang tinggi,” katanya kepada VOA.
Kebakaran tersebut juga bakal memengaruhi daya tarik wisatawan atas green tourism di kawasan Gunung Bromo. “Nilainya justru hilang karena tidak ada lagi yang dilihat,” imbuhnya.
KLH Siap Rehabilitasi
Dikutip dari laman resmi KLHK, Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan pihaknya akan melakukan rehabilitasi dari segala aspek di kawasan Gunung Bromo pascakebakaran di areal tersebut.
“Apa yang penting sekarang ini menurut saya adalah rehabilitasi atau pemulihannya dari segala aspek yakni fisik, ekonomi, sosial, dan manajemen. Kemudian bagaimana public education,” ujar Siti saat meninjau kawasan Gunung Bromo, Sabtu (23/9).
Rehabilitasi itu dilakukan usai kawasan Gunung Bromo mengalami kebakaran yang disebabkan adanya suar dari sesi foto prewedding pada 6 September 2023. Kejadian itu mengakibatkan area lahan yang terbakar mencapai 989 hektare.
Siti menjelaskan areal kawasan Bromo yang terbakar berada di medan yang beragam. Oleh karena itu, pihaknya sedang mempelajari bagaimana upaya pemulihan yang efektif untuk mengembalikan ekosistem di kawasan Bromo yang terdampak.
“Kami juga melihat bagaimana pemulihan itu dilakukan dengan intervensi dan yang suksesi alami itu masih dipelajari karena medannya beragam. Apalagi ada sabana pasir kira-kira itu 6 ribu hektare dari 50 ribu. Jadi banyak aspek termasuk kita dalam konteks dan lain-lain,” jelasnya.
Bukan hanya itu KLHK juga akan menggandeng sejumlah ahli dari berbagai universitas untuk berupaya mengembalikan ekosistem di kawasan yang terbakar.[aa/em]
Sumber: VoAIndonesia.com