LSPR Institute Dorong Komunikasi Aktif Kebersamaan ASEAN
LSPR Institute of Communication & Business (LSPR Institute) kembali menyelenggarakan konferensi internasional, The 5th LSPR International Conference on Communication and Business-ICCB) di Kuta, Bali, Jumat (29/9), menyerukan perlunya meningkatkan komunikasi yang lebih aktif untuk menunjukkan manfaat besar dari rasa kebersamaan sesama anggota ASEAN, khususnya pendidikan, perempuan dan bisnis. Hal itu penting dilakukan mengingat globalisasi menghasilkan kompleksitas dan ketidakpastian di berbagai sektor kehidupan manusia.
Pendiri LSPR Institute dan penggagas konferensi komunikasi internasional, Prita Kemal Gani mengungkapkan penguatan rasa memiliki sebagai komunitas bersama ASEAN harus dapat memberikan bukti yang nyata sebagai perwujudan sesungguhnya akan identitas ASEAN.
“Hal itu penting untuk memberikan ‘sense of purpose’ atau manfaat bagi masa depan ASEAN dan masyarakat ASEAN itu sendiri”, tutur Prita di hadapan 200 peserta konferensi internasional yang berasal dari Indonesia, United Kingdom, Malaysia, The Republic of The Philippines, Vietnam, Belanda, United States of America, Pakistan, Thailand, People’s of Republic of China, People’s Republic of Bangladesh, Spanyol, Brazil, Nigeria.
Sesuai dengan ASEAN Communication Master Plan 2018-2023, berbagai strategi komunikasi dengan sasaran audiens yang jelas menurut Prita akan memberikan manfaat yang nyata, cepat dan berkesinambungan.
“Dalam peta komunikasi ASEAN tersebut ada sejumlah target audiens yang perlu mendapatkan fokus serius, mulai dari sektor pendidikan, perempuan dan anak-anak, bisnis, kelompok disabilitas, key influencers, dan pemerintah hingga media. Pesan utamanya adalah masyarakat yang terintegrasi, damai dan stabil dan kesejahteraan bersama,” kata Prita yang juga dikenal sebagai tokoh PR nasional.
Prita menegaskan, komunikasi yang baik dapat mengantarkan kesuksesan dalam bisnis dan juga persoalan kemasyarakatan lainnya. Masyarakat berkebutuhan khusus perlu mendapat tempat dan kesempatan yang lebih adil. Peran perempuan yang belum signifikan dalam pengambilan keputusan, dan produktivitas bisnis yang masih kecil di antara sesama ASEAN hingga peran media yang harus didorong untuk memberikan manfaat positif bagi komunitas ASEAN dan internasional.