Trends Economic Issues

Galon Berbahan BPA Picu Masalah Janin dan Perkembangan Anak

BPA atau Bisphenol A merupakan zat kimia yang sejak tahun1940-an sudah digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi. BPA awalnya banyak dipakai untuk memproduksi barang rumah tangga, seperti botol minum, tempat makan, mainan anak, pipa air, termasuk galon air minum.

Namun, saat ini penggunaan BPA sebagai kemasan pangan sudah dilarang di banyak negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Swedia, dan Australia. Di Indonesia sendiri, regulasi tentang batasan maksimal BPA pada kemasan masih belum ketat dan mengikuti aturan lama.

Mengutip data European Food Safety Authority (EFSA) pada 2023 yang menjelaskan bahwa pihaknya menurunkan batas toleransi BPA pada galon, yaitu 0,0002 mikrogram per kilogram berat badan. Angka itu menurun 20.000 kali dari aturan sebelumnya. “EFSA sebelumnya diketahui juga membatasi migrasi BPA sebesar 0,05 ppm. Sementara di Indonesia, BPOM masih menggunakan aturan lama yang menetapkan batasan migrasi BPA sebesar 0,6 ppm,” kata Guru Besar Universitas Airlangga Prof. Dr. Junaidi Khotib.

Bahkan, menurutnya, temuan BPOM sepanjang 2021-2022 menunjukkan masih ada enam daerah di Indonesia yang kandungan BPA pada galon isi ulangnya lebih dari batas yang ditentukan. Lebih jauh Junaidi mengatakan ada beberapa efek samping dari penggunaan BPA untuk kesehatan.

Pertama, menganggu perkembangan janin.Berdasarkan laporan program toksikologi nasional di AS pada 2008, ditemukan bahwa BPA berdampak pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin dan bayi. BPA bisa masuk lewat plasenta, ASI, susu botol atau makanan dan minuman yang terkontaminasi BPA. Kedua, memperlambat perkembangan anak.

“Kandungan BPA yang masuk berlebihan ke dalam tubuh bisa memperlambat perkembangan tinggi dan berat badan serta perkembangan saraf,” kata Junaidi. Selain itu, BPA dapat mengganggu sistem reproduksi, contohnya anak laki-laki akan pubertas lebih awal dan anak perempuan bisa tertunda pubertasnya. Ketiga menggangu perilaku dan tumbuh kembang anak. Contohnya, dia menyebutkan, menyebabkan perilaku depresif, hiperaktif, dan ansietas. BPA juga dapat memengaruhi senyawa otak, seperti dopamin, serotonin, dan hormon tiroid.

Oleh karena itu, orang tua diharapkan bisa lebih waspada dan memastikan dengan baik setiap barang yang masuk ke mulut anak terbebas dari BPA atau BPA free. Khususnya pada penggunaan galon air minum di rumah yang harus BPA free atau sebagai alternatifnya lebih baik menggunakan plastik PET. “Sebisa mungkin kita bijak dalam memilih galon yang BPA free. Tujuannya agar menghindar dari efek jangka panjang yang bisa timbul,” kata dia menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved