Industri perbankan syariah semakin atraktif dari tahun ke tahun. Ini mengindikasikan masyarakat semakin kesengsem terhadap layanan perbankan syariah. Beragam indikatornya tecermin dari sejumlah variabel, semisal nilai aset bank umum syariah (BUS) pada Juni 2023 mencapai Rp 541,07 triliun atau tumbuh 17,88% dari Rp 458,99 triliun di periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pencapaian positif BUS lainnya tercermin dari kinerja pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK). Pada Juni tahun ini, pembiayaan yang disalurkan senilai Rp 343,23 triliun, tumbuh 21,8% dari Rp 281,65 triliun di Juni 2022. DPK melonjak sebesar 10,91% atau menjadi Rp 422,42 triliun di Juni 2023 (year on year).

Berbagai pihak optimitis kinerja pembiayaan dan DPK di akhir tahun melanjutkan performa di tahun sebelumnya. Pembiayaan dan DPK bank syariah pada 2022 itu masing-masing naik sebesar 20,44% (Rp 322,59 triliun) dan 12,93%, menjadi Rp 429,02 triliun jika dibandingkan tahun 2021.

OJK mencatat pangsa pasar perbankan syariah mencapai 7,09%. Sisanya, dipegang oleh perbankan konvesional yang menguasai pangsa pasar industri perbankan,yakni 92,91%. Adapun, BUS atau bank syariah menggenggam pangsa pasar sebanyak 66,30% dari total pangsa pasar perbankan syariah tersebut. Unit usaha syraiah (UUS) dan bank perekonomian rakyat syariah (BPRS) masih-masing mengempit pangsa pasar sebesar 31,19% dan 2,51%.

Berbagai pihak tersenyum lantaran performa bank syariah kian kinclong. Kendati demikian, regulator menghimbau perbankan syariah untuk berinovasi agar bisa menangkap peluang bisnis dan memperdalam akses publik terhadap layanan jasa keuangan syariah di masa mendatang.

OJK pada Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI) mendorong percepatan pengembangan perbankan syariah dengan mengoptimalkan ekosistem digital. Akselerasi digitalisasi itu dipacu agar merespons pergeseran perilaku masyarakat terhadap perkembangan teknologi.

Lantaran demikian, perbankan syariah didorong untuk berinovasi agar tetap relevan di era digitalisasi ini. “Dalam menghadapi dinamika global serta adanya perubahan kondisi pemulihan pasca pandemi Covid-19, industri jasa keuangan (IJK) Syariah banyak memanfaatkan optimalisasi keberadaan ekosistem syariah dan pemanfaatan digitalisasi untuk dapat terus bertumbuh,” ujar Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK pada laporan bertajuk Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2022 yang dikutip SWAonline pada Minggu (8/10/2023).

Pada aspek makro ekonomi syariah, pemerintah menyiapkan rencana induk (masterplan). Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menerbitkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024.

Kajian di rencana induk ini mengindetifikasi peluang perbankan syariah, diantaranya populasi penduduk muslim yang besar sekali, modernisasi teknologi dan informasi, serta dukungan regulator. Sejumlah tantangannya adalah penetrasi pasar dan literasi publik terhadap perbankan syariah dan optimalisasi teknologi yang relatif minim.

Hawa segar menerpa perbankan syariah lantaran literasi dan inklusi keuangan syariah mencatat tren prositif. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 yang dipublikasikan OJK menyebutkan indeks literasi keuangan syariah di tahun lalu itu mencapai 9,14%, lebih tinggi dari 8,93% di 2019. Kemudian, tingkat inklusi keuangan syariah naik menjadi 12,12% dari sebelumnya 9,10% pada periode survei tahun 2019.

Terkereknya hal ini merupakan momentum emas untuk bank syariah agar memutakhirkan layanananya guna menjangkau para nasabah, misalnya nasabah dari segmen milenial.Yuswohady, praktisi pemasaran dan Managing Partner Inventure, menjelaskan ada 5 aspek pergeseran muslim milenial atau 5S yaitu Spiritual, Safety, Screen, Self-Expression, dan Social.

Perihal digitalisasi, Yuswohady menyebutkan adopsi digital kalangan muslim milenial mengalami perluasan (widening) dan pendalaman (deepening) di seluruh aspek kehidupan mereka mulai dari bekerja, belajar, bermain, bersosialisasi, beribadah hingga berderma.

Kemudian, Survei Inventure-Alvara 2023 yang dirilis pada Februari 2023 menyebutkan usia bank syariah di Indonesia sudah lebih dari 30 tahun. Tapi pangsa pasarnya tak pernah beranjak dari angka 6% dari total aset perbankan di Indonesia. Survei ini mencatat 6% responden yang memiliki produk bank syariah. Menariknya, dari angka 6% tersebut, reponden memilih produk syariah adalah karena spiritual benefit, seperti menghindari riba, sesuai ajaran agama, dan menentramkan hati.

Agar pangsa bank syariah tak terhambat di kisaran 6% dan mampu berekspansi ke pangsa pasar bank konvensional, maka bank syariah harus fokus menawarkan functional benefit. Artinya, tak lagi sebatas menekankan nilai-nilai spiritual. Tapi secara kongkret menawarkan fungsi dan kemanfaatan seperti fitur bermanfaat, channel yang masif, atau pelayanan prima.

Penciptaan ekosistem digital dapat memberikan keunggulan kompetitif kepada bank syariah untuk menarik nasabah dan memenuhi kebutuhan nasabah. Digitalisasi dan inovasi diharapkan mampu mendukung akselerasi perbankan syariah dan dapat digunakan untuk menciptakan ekosistem dan bersinergi dengan sektor lainnya sehingga menciptakan ekosistem yang lebih efisien.

Memutakhirkan Fitur dan Keamanan Digital

Guna mengapresiasi tren itu, BUS atau bank syariah memutakhirkan layanan dan sistem keamanan digital. PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah), misalnya, mengembangkan pembukaan rekening online melalui BCA Syariah Mobile. Fitur terbaru pada aplikasi digital ini memudahkan nasabah membuka rekening tanpa harus menyambangi kantor cabang BCA Syariah. Nasabah yang membuka rekening di BCA Syariah cukup melakukan melalui aplikasi BCA Syariah Mobile dan mengisi data secara elektronik. Ini langkah adaptif anak usaha PT Bank Central Asia Tbk untuk merespons perkembangan teknologi. BCA Syariah berupaya memberikan solusi praktis bagi nasabah dalam membantu memudahkan transaksi keuangan sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup nasabah.

Tak hanya itu, semua informasi nasabah yang terekam dijamin kerahasiaannya dan keamanannya oleh BCA Syariah. “Dengan pengembangan dan inovasi yang berkelanjutan, kami berharap dapat mempermudah masyarakat untuk menjangkau produk BCA Syariah melalaui kanal perbankan elektronik. Hal ini juga menjadi komitmen BCA Syariah untuk mendukung pertumbuhan inklusi keuangan syariah di Tanah Air,” kata Direktur BCA Syariah Lukman Hadiwijaya di Jakarta, Kamis (12/9/2023).

Lukman, dalam keterangan tertulisnya ini, menyebutkan , BCA Syariah secara berkelanjutan melakukan modernisasi layanan digital dengan mengembangkan berbagai fitur yang makin mudah diakses oleh nasabah. “BCA Syariah menyadari salah satu yang menjadi perhatian dalam transformasi digital adalah faktor keamanan dalam bertransaksi. Kami terus memastikan infrastruktur teknologi di BCA Syariah memenuhi standardisasi yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan nasabah dalam menggunakan fitur-fitur yang ada di platform digital BCA Syariah,” Lukman menambahkan.

Sertifikasi ISO 27001:2013. (Foto : BCA Syariah).

Transaksi digital di industri perbankan, termasuk bank syariah di Indonesia kian berkembang dari waktu ke waktu. Kehadiran teknologi tersebut sangat membantu menjangkau nasabah baru dan meningkatkan penetrasi layanan keuangan syariah di Indonesia. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi digital banking di Indonesia sampai dengan Juli 2023 senilai Rp 5.035,37 triliun, tumbuh 15,5% dibandingkan n periode yang sama pada 2022. Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan transaksi digital.

Untuk transaksi nasabah di BCA Syariah, Lukman menyampaikan jumlah transaksi di BCA Syariah selama semester 1/2023 mencapai 6 jutaan transaksi dan 63% transaksi nasabah di mobile banking. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan transaksi layanan perbankan elektronik saat ini menjadi kebutuhan mutlak bagi nasabah. BCA Syariah pun menempa mental berinovasi seiring dengan pengembangan sistem keamanan digital.

Contohnya, BCA Syariah memperoleh sertifikasi ISO 27001:2013 yang diserahkan oleh Direktur Utama PT TÜV SÜD Indonesia, Yuan Bambang Handayana, kepada Direktur BCA Syariah itu. Sertifikasi ini menjadi salah satu langkah yang tepat untuk BCA Syariah guna memastikan keamanan informasi tetap terjaga selama proses bisnis.

Yuan mengatakan penerapan ISO ini dapat memberikan nilai tambah dan memberi dampak yang positif kepada BCA Syariah dalam menjalankan operasional dan pengelolaan sistem keamanan informasi. Sertifikasi ISO 27001:2013 yang diperoleh oleh BCA Syariah meliputi ruang lingkup penyediaan aplikasi program infrastruktur API (Application Programming Interface) dan Host to Host Network.

Sertifikasi ISO ini menandakan komitmen BCA Syariah untuk memperkokoh Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) yang sesuai dengan standar SNI ISO/IEC 27001:2013. Lukman mengatakan maraknya kejahatan siber, maka pengamanan data menjadi perhatian utama BCA Syariah.” Dengan ISO 27001:2013 yang diterima oleh BCA Syariah, kami berharap dapat memperkuat kepercayaan nasabah bertransaksi dengan BCA Syariah,” sebutnya.

Pada kesempatan ini, BCA Syariah yang berisinergi dengan PT Indonesia Digital Identity (VIDA) meyakini perkembangan teknologi digital di sektor keuangan saat ini terus berkembang dan makin memudahkan pelaku industri keuangan menjangkau nasabah-nasabah baru secara mudah, cepat, dan akurat. Managing Director VIDA, Adrian Anwar, mengatakan VIDA sebagai perusahaan penyedia layanan identitas digital berbasis sertifikat elektronik dengan memberikan metode layanan identitas digital yang nyaman bagi pelanggan bisnis dan individu.

Dia menegaskan VIDA memastikan data nasabah di industri keuangan terlindungi dengan baik sehingga nasabah lebih percaya diri dalam menjalankan aktivitas layanan keuangan melalui platform digital. Sebagai penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) yang berinduk pada Kementerian Komunikasi dan Informasi, VIDA menyediakan sertifikat elektronik dan tanda tangan digital yang aman dan terpercaya kepada individu maupun lembaga untuk dapat berinteraksi di ekosistem digital Indonesia secara aman dan terpercaya.

VIDA telah melakukan lebih dari 1,8 juta proses verifikasi biometrik dan liveness detection, dengan proses sampai dengan 10 transaksi per detik. “Produk kami telah digunakan oleh puluhan perusahaan teknologi digital dari berbagai industri seperti layanan finansial, e-commerce, transportasi, telekomunikasi dan bidang kesehatan,” tutur Adrian.

Pada kesempatan terpisah, Daniel David Parsaoran Decision Science Consultant di PPM Manajemen, mengatakan pengoptimalan data menawarkan banyak manfaat, pengoptimalan data juga memiliki banyak tantangan. Beberapa rintangan umum yang dihadapi korporasi dalam mengejar pengoptimalan data yang antara lain mencakup keamanan data dan privasi.“Perusahaan harus mematuhi peraturan perlindungan data yang ketat dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi informasi sensitif,” ujarnya

Dia menjabarkan beberapa praktik utama untuk memaksimalkan efektivitas pengoptimalan data, yaitu menentukan tujuan, mengintegrasikan data dari berbagai sumber, menerapkan tata kelola data yang baik, berinvestasi dalam kualitas data, serta memprioritaskan langkah-langkah keamanan data.

Adapun, laba BCA Syariah pada semester I/2023 t tumbuh sebesar 62,9%. Pertumbuhan yang solid ditunjukkan pada semua indikator kinerja finansial baik pada aset, pembiayaan, maupun DPK. Aset BCA Syariah sampai dengan Juni 2023 tumbuh 21,9% mencapai Rp 13,4 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 12,7 triliun.

Pertumbuhan aset BCA Syariah didukung oleh penyaluran pembiayaan yang meningkat sebesar 11,4% mencapai RpRp7,9 triliun dan perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 26,0% mencapai Rp10,0 triliun. Perusahaan berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp94,8 miliar dan laba setelah pajak/laba bersih Rp 73,9 miliar atau tumbuh sebesar 62,9%.

Presiden Direktur BCA Syariah, Yuli Melati Suryaningrum, mengatakan pertumbuhan dana murah menjadi salah satu upaya BCA Syariah untuk meningkatkan profitabilitas melalui penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana yang optimal.