My Article

Digitalisasi Produksi bagi UMKM

Oleh Editor
Digitalisasi Produksi bagi UMKM
Jusuf Irianto, Guru Besar Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga

Oleh: Jusuf Irianto, Guru Besar Manajemen SDM di Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga

Jusuf Irianto, Guru Besar SDM di Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga

Ramai diberitakan Menteri Koperasi dan UKM menyatakan transformasi digital untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menyisakan persoalan serius. Digitalisasi hanya fokus marketing tak menyentuh produksi dan fungsi lainnya. Urusan produksi seperti terabaikan sehingga digitalisasi tak optimal bagi kemajuan usaha.

Transformasi digital digadang mampu memajukan usaha. Namun karena bersifat parsial mengakibatkan UMKM sulit naik kelas. Tranformasi digital UMKM sekadar fokus pada bidang pemasaran produk UMKM mampu menjangkau pasar lebih luas hingga tingkat internasional.

Digitalisasi bagi UMKM parsial alias tak terintegrasi. Padahal keberhasilan bisnis di era digital tergantung pada integrasi semua fungsi berbasis digital agar tujuan bisnis dapat dicapai lebih efektif. Transformasi digital harus menyasar pada semua fungsi.

Selain pemasaran, ada fungsi-fungsi lain dalam unit usaha meliputi produksi, keuangan, tata kelola SDM, riset dan pengembangan, dan lainnya. Integrasi semua fungsi melalui digitalisasi mampu memengaruhi kesuksesan bisnis.

Terdapat berbagai masalah yang menghambat transformasi digital mulai dari hulu hingga hilir. Permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM mengintegrasikan fungsi produksi di hulu dan marketing di hilir sebenarnya telah diidentifikasi oleh berbagai pihak, termasuk para ahli.

Para ahli menyebut tantangan terbesar transformasi digital adalah keterbatasan SDM dalam menguasai teknologi. SDM dituntut memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan di era industri digital agar mampu mendukung keberhasilan.

Sejalan dengan pendapat para ahli, Bank Indonesia (BI) menemukan masalah terkait SDM. Penyelesaian masalah SDM seperti tak pernah tuntas. Hinggi kini SDM yang bekerja di UMKM tak memiliki kesiapan dan kompetensi memadai hingga mampu menggunakan teknologi mutakhir.

Selain SDM bermutu rendah, transformasi digital juga terhambat keterbatasan akses modal. Berbagai peluang penguatan modal dari perbankan, lembaga keuangan, atau sumber lainnya tak dapat dimanfaatkan karena UMKM tak memiliki bekal cukup memenuhi berbagai syarat formal.

Keterbatasan pengembangan modal akhirnya memengaruhi penyediaan infrastruktur dan sistem yang dibutuhkan UMKM untuk melakukan transformasi digital. Hal ini diperparah oleh faktor eksternal yakni penyediaan infrastruktur untuk mengakses internet belum merata.

Pemerintah dan stakeholders terkait perlu hadir membantu UMKM mengatasi berbagai masalah. Asistensi juga mengarahkan transformasi digital UMKM menuju integrasi kegiatan operasional menyasar fungsi produksi.

Digitalisasi Produksi

Digitalisasi produksi atau manufaktur diartikan sebagai penggunaan teknologi digital mendukung proses menghasilkan suatu komoditas. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu proses produksi.

Digitalisai produksi mampu mengubah lanskap binis. Di masa lalu terdapat ratusan hingga ribuan pekerja terlibat proses produksi barang. Dalam proses produksi massal tersebut, tampak bahwa tenaga manusia memiliki sejumlah keterbatasan.

Kelemahan manusia dapat mengurangi performa produk yang dihasilkan. Tak jarang produk UMKM dikerjakan sembarangan, tak teliti, dan inkonsisten. Akibatnya mutu barang sangat rendah dan tidak mampu menarik minat pembeli.

Manusia memiliki kekurangan dari sisi ketahanan kerja. Dalam bekerja, manusia bisa letih, lelah, bahkan bosan. Kalau lelah, tak dapat bekerja dengan teliti dan konsisten mempertahankan mutu hasil kerja.

Dengan tekonologi berbasis AI, jumlah dan mutu hasil produk lebih konsisten. Konsistensi jumlah dan mutu hasil produk lebih akurat untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen. Perubahan revolusioner produksi menjamin pasokan dan permintaan produk lebih seimbang.

Digitalisasi proses produksi melibatkan penerapan berbagai jenis teknologi. Di era digital kini muncul berbagai istilah populer seperti big data, Internet of Things (IoT), dan cloud computing. Berbagai jenis teknologi tersebut lazim digunakan untuk digitalisasi proses manufaktur.

Digitalisasi manufaktur terdiri berbagai aspek antara lain pembaharuan dan peningkatan proses produksi dengan menggunakan teknologi digital. Contoh pembaharuan produksi adalah penggunaan IoT untuk pengumpulan data dari mesin dan peralatan produksi secara real-time.

Tujuan pengumpulan data adalah untuk kepentingan analisis produksi secara digital. Hasil analisis kemudian akan digunakan untuk mengoptimalisasikan kinerja mesin, mengidentifikasi masalah berupa kerusakan/kegagalan proses, dan meningkatkan efisiensi kegiatan produksi.

Digitalisasi manufaktur mengintegrasikan sistem operasional. Berbagai komponen dalam proses produksi saling terhubung memperkuat sinergi antara mesin, SDM, dan manajemen. Sinergi ketiga unsur ini mendukung pengambilan keputusan lebih cepat dan tepat.

Namun, tak mudah bagi pelaku UMKM untuk mengawali digitalisasi produksi. Butuh peran pemerintah guna memfasilitasi UMKM lebih mudah melaksanakan tranformasi digital secara bertahap. Tahap digitalisasi produksi terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan.

Langkah-langkah Digitalisasi Produksi

Digitalisasi produksi merupakan kebutuhan. Sebagai langkah pertama adalah melakukan identifikasi dan analisis kebutuhan digitalisasi. Analisis bersifat evaluatif dengan mengidentifikasi bagian yang perlu diperbaiki dan menetapkan tujuan digitalisasi produksi.

Berdasarkan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai, atas fasilitasi pemerintah, pelaku UMKM memilih teknologi yang sesuai dengan kondisi internal. Terdapat berbagai jenis teknologi yang tersedia untuk otomatisai produksi yang harus dipilih sesuai kondisi UMKM.

Sebagai langkah kedua, penentuan teknologi harus didukung ketersediaan infrastruktur teknologi sebagai pendukung digitalisasi proses produksi. Infrastruktur tersebut meliputi jaringan internet, hard/soft-ware, serta back-up system yang bertujuan menjamin keamanan data.

Langkah ketiga adalah pengumpulan dan analisis data. dalam langkah ini, pelaku UMKM mengidentifikasi data dari berbagai sumber. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara cermat sebagai basis dalam proses pengambilan keputusan yang rasional dan objektif.

Setelah analisis data, langkah keempat adalah integrasi sistem sebagai inti digitalisasi. Integrasikan berfungsi menghubungkan sistem tata kelola produksi, supply chain dan distribusi, marketing, SDM, serta keuangan guna memastikan aliran data dan koordinasi lebih efektif.

Selanjutnya langkah kelima adalah uji-coba dan implementasi. Dalam langkah ini dilakukan identifikasi potensi masalah diikuti penyesuaian dan memastikan sistem dapat berjalan dengan baik sebelum digitalisasi produksi diimlementasikan secara definitif.

Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi fokus pada kinerja sistem beserta dampaknya. Tujuannya adalah memastikan digitalisasi berada pada track yang benar sesuai kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan.

Semua langkah digitalisasi dapat dilaksanakan jika pelaku UMKM paham dan terampil. Pemerintah perlu menyediakan pelatihan yang diperlukan. Pelaku UMKM terus dibina mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan menjamin keberkelanjutan usahanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved