Capital Market & Investment Trends Economic Issues

Smelter Alumina Mempawah Ditargetkan Beroperasi Komersial 2025

Progres pembangunan smelter Mempawah fase I. (dok Mind ID)

BUMN Holding Industri Pertambangan Mind ID menggarap industri pertambangan dari hulu sampai hilir, salah satunya dengan hilirisasi industri pertambangan. Dan upaya meningkatkan proses hilirisasi yakni dengan mempercepat pembangunan pabrik peleburan atau smelter.

Mind ID melalui anak perusahaannya, PT Inalum menargetkan bisa segera merampungkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase I di Mempawah, Kalbar pada Semester II 2024 mendatang. Setelah SGAR Mempawah fase I rampung, target operasi komersial akan mulai berjalan efektif pada 2025.

Pembangunan proyek SGAR fase I yang dimulai pada 2019 tersebut rencananya bisa rampung dan mulai beroperasi pada 2023, tapi kini target penyelesaian pabrik pengolahan bijih bauksit jadi alumina mundur dan ditargetkan selesai pada semester II 2024. Pengerjaan proyek pembuatan pabrik peleburan bauksit menjadi alumina ditargetkan menyentuh 80% masa konstruksi pada akhir 2023 nanti.

Sekretaris Perusahaan Mind ID, Heri Yusuf mengatakan alumina yang dihasilkan SGAR Mempawah fase I nantinya bakal menjadi bahan baku smelter aluminium milik PT Inalum di Kuala Tanjung berkapasitas hingga 1 juta kilo ton per annum (KTPA). Jumlah alumina tersebut bisa menjadi 500 ribu ton aluminium.

“Ini merupakan tantangan Mind ID melalui anak perusahaan kami, PT Inalum untuk segera menyelesaikan SGAR Mempawah fase I. Ketika nanti smelter bauksit ini sudah resmi beroperasi, maka kita bisa menyambung seluruh rantai bisnis bauksit menjadi alumunium baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor,” ucap Heri.

Proyek senilai US$830 juta tersebut diharapkan bisa menjadi solusi masalah terputusnya rantai bisnis bauksit menjadi aluminium. Menurut Heri, saat ini hasil tambang bauksit PT Antam dikirim dulu ke negara tetangga untuk dilebur jadi alumina, baru kemudian diangkut lagi ke smelter aluminium.

“Setelah nanti rampung, harapannya melalui SGAR Mempawah ini bisa menyambung rantai bisnis bauksit jadi aluminium yang menjadi salah satu bahan utama baterai EV (kendaraan listrik) di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki potensi industri kendaraan listrik yang cukup besar,” katanya.

Setelah SGAR Mempawah fase 1 rampung, PT Inalum melalui anak perusahaannya, PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), berencana melanjutkan pengerjaan SGAR Mempawah fase II dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 2 juta ton. PT BAI merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan saham PT Inalum dengan porsi 60% dan PT Antam 40%.

Strategi yang diusung Inalum dan Antam dalam melanjutkan pengerjaan SGAR fase II yakni dengan melakukan pencarian mitra strategis untuk menggarap SGAR fase II. “Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan brownfield dan greenfield expanion dari smelter aluminium,” ujarnya.

Selain itu, kata Heri, Inalum juga sudah mengajukan kembali proyek SGAR Mempawah fase I untuk ditetapkan kembali menjadi salah satu proyek strategi nasional (PSN). Sebelumnya, pemerintah mencabut protek pengerjaan SGAR Mempawah dari daftar PSN melalui terbitnya Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 pada Juli 2022 lalu.

Pencabutan tersebut berlandaskan karena proyek yang ditaksir menelan investasi US$1,7 miliar tersebut molor cukup lama karena adanya masalah dari para pemegang konsorsium EPC, yakni BUMN asal China, China Aluminium International Engineering Corporation Ltd. (Chalieco) sebesar 75% dan sisanya PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP).

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved