Brands

Larutan Penyegar Cap Badak Konsisten Menjaga Kualitas

Jony Yuwono, Direktur Sinde Budi Sentosa.
Jony Yuwono, Direktur Sinde Budi Sentosa.

Rasanya sudah banyak konsumen yang mengenal produk larutan penyegar Cap Badak. Seperti halnya produknya yang telah diakui kualitasnya oleh khalayak konsumen, sejatinya produsennya, yakni PT Sinde Budi Sentosa, juga bukan perusahaan sembarangan. Didirikan oleh Budi Yuwono pada 1978. Sinde Budi memproduksi berbagai macam produk farmasi over the counter (OTC), seperti balsam, salep kulit, puyer sakit kepala, hingga larutan penyegar.

Produk larutan penyegar Cap Badak diluncurkan pada 1981. Boleh dibilang, produk ini merupakan pionir di kategori jamu untuk mengatasi panas dalam. Karenanya, pihak Sinde Budi mesti mengedukasi konsumen. Menurut Jony Yuwono, Direktur Sinde Budi Sentosa, target konsumen dari produk larutan penyegar ini semua kalangan, karena hampir semua orang pernah merasakan gejala panas dalam.

Apa strategi dan resep keberhasilan larutan penyegar Cap Badak hingga saat ini? Menurut Jony, strategi utama produk larutan penyegar dari perusahaannya ini ialah fokus dan konsisten menjaga kualitas. “Karena itu, kami fokuskan investasi pada pengembangan kualitas produk,” ujar Jony, 38 tahun, lulusan master bidang bisnis dari sebuah universitas di Kanada ini.

Sinde Budi memulai operasional pabriknya dengan 40-50 karyawan di Bekasi. Sekarang pabrik ini sudah sangat modern, dengan mekanisme yang ketat terhadap aspek pengawasan mutu (quality control/QC). Sinde Budi kini tengah mempersiapkan pembangunan pabrik baru yang ramah lingkungan di Bogor, dengan luas mencapai 5 hektare. Adapun total karyawannya saat ini sekitar 1.000 orang.

Menurut Jony, fasilitas produksi Sinde Budi telah mengikuti arahan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Produksinya telah mengikuti prosedur Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

Selain kualitas, inovasi juga merupakan kunci sukses larutan penyegar Cap Badak. Menurut Jony, inovasi ada dua macam, yakni inovasi eksternal (yang terlihat dan dirasakan konsumen) dan inovasi internal.

Inovasi eksternal mencakup kemasan, yang berkembang dari kemasan botol beling menjadi kemasan botol plastik dan kemasan kaleng. Lalu, juga ada inovasi dari segi volume, yang kini menyediakan volume 200 ml, 500 ml, dan yang lebih baru 350 ml.

“Di era digital, word of mouth justru lebih penting lagi.” Jony Yuwono, Direktur PT Sinde Budi Sentosa

Juga ada inovasi varian rasa. Di antaranya ada rasa stroberi, anggur, dan apel. Pada 2004, larutan penyegar Cap Badak muncul dengan tiga rasa. Lalu, pada 2006 dimunculkan tiga rasa lainnya, hingga pada 2007 hadir rasa ke-7, yakni rasa lemon.

Inovasi internal yang dijalankan ialah bagaimana lebih efisien lagi dalam produksi. Misalnya, dari segi penggunaan listrik dan air, serta bagaimana mengelola limbahnya. Diungkap Jony, pihaknya sudah mengikuti prosedur CPOTB, menjalankan aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan mengimplementasikan sejumlah standar ISO.

Untuk aspek pemasaran dan promosi, Sinde Budi berprinsip untuk yakin dengan kualitas produknya sendiri. Jony menegaskan, pihaknya tidak ingin overpromise dalam promosinya. “Produk kami adalah produk untuk kesehatan, jadi promosinya tidak bisa berlebihan,” kata putra Budi Yuwono ini.

Jony berpendapat, dalam hal komunikasi pemasaran ini, efek word of mouth marketing justru lebih efektif. Menurutnya, biar konsumen sendiri yang merasakan manfaat dan khasiat produk tersebut yang membicarakannya. “Di era digital, word of mouth justru lebih penting lagi,” ujarnya.

Sinde Budi juga memanfaatkan kanal media sosial untuk mengomunikasikan produknya, seperti Instagram, Facebook dan YouTube.

Kendati begitu, dalam pandangan Jony, yang lebih penting lagi ialah menjaga konsistensi dalam hal kualitas. “Dengan bertambahnya pelanggan kami, konsistensi pada kualitas harus tetap terjaga,” ujarnya. (*)

Joko Sugiarsono & Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved