Youngster Inc. StartUp

Alner, Penyedia Kemasan Guna Ulang untuk Bumi dan Bisnis

Co-founder dan CEO Alner Bintang Ekananda. (foto Ubaidillah/SWA)

Semakin hari, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan semakin tinggi. Hal ini membawa keuntungan bagi bisnis-bisnis yang fokus pada keberlanjutan dan berkonsep ekonomi sirkular seperti Alner (dulu Koinpack), sebuah perusahaan yang menyediakan platform untuk sistem kemasan guna ulang.

Alner didirikan oleh Bintang Ekananda (32) di Jakarta pada 2020 dengan nama Koinpack. Pembuatan bisnis ini karena dirinya melihat fakta bahwa jenis sampah plastik yang sangat sulit didaur ulang secara ekonomis seperti sachet dan pouch beredar sangat luas di masyarakat, sedangkan tingkat daur ulang di Indonesia rendah.

“Masalah persampahan di Indonesia sangat besar. Lalu upaya pengendalian sampah itu hanya dalam bentuk reaktif daur ulang. Daur ulang penting juga, cuma ini bukan satu-satunya cara mengurangi sampah,” ujarnya.

Berdasar pengalamannya di Inggris, di mana sistem reusable sudah lebih established. Ada namanya sistem deposit, di mana orang bisa mengembalikan kemasan mereka ke retailer lalu dapat uang. Bintang berpikir bahwa ini peluang yang sangat bagus untuk di Indonesia, jadi tidak hanya mengurangi sampah tetapi juga dapat nilai ekonomi.

Bergabung bersama Enviu, Bintang membangun bisnis ini dari nol. Dirinya mulai dengan 50 botol kemasan dan dua poin penjualan. Pada Agustus 2020, inisiatifnya ini mendapat Best Startup AIS Innovation Challenge. Pada Januari 2021, Bintang meluncurkan layanan pengiriman ke rumah.

Enviu adalah studio ventura sosial yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Di Indonesia, Enviu mendirikan ventura-venturanya melalui program bernama Zero Waste Living Lab yang berfokus pada solusi reuse untuk pencegahan kemasan plastik sekali pakai.

Pada 2021, perusahaan rintisan ini terus berkembang dengan menggandeng brand FMCG global seperti P&G. Selanjutnya mendapat banyak pencapaian, mulai dari memenangkan Alibaba Cloud Accelerator and iF Social Impact, serta memiliki 20 poin penjualan dan menawarkan 50 SKU (Stock Keeping Unit).

Tahun 2022, Bintang mengamankan dana hibah US$450.000 dari ADB & kemitraan dengan WIPRO. Menutup tahun 2022, juga mendapat dana hibah dari NREF sebesar US$142.000. Lalu, tahun 2023, Koinpack berubah nama menjadi Alner.

“Karena Koinpack kurang meng-capture misi Alner, lalu juga sering dikaitkan dengan cryptocurrency. Mitra-mitra kami juga mayoritas ibu-ibu menengah ke bawah sering salah tulis. Alasan ini yang akhirnya buat kami cari nama baru, Alner itu artinya alternative contain,” kata Bintang saat wawancara dengan SWA Online di kantor Alner di bilangan Kemang, Jakarta.

Konsep Bisnis

Alner menyediakan produk-produk harian rumah tangga seperti sabun, sampo, deterjen, cairan pencuci piring dari brand-brand yang sudah familiar di masyarakat dalam kemasan yang bisa dikembalikan dan digunakan ulang. Konsep bisnis Alner mirip dengan langganan air minum isi ulang yang menggunakan galon yang dapat dikembalikan. Alner bekerja sama dengan brand untuk mendistribusikan produk brand tersebut dengan kemasan yang disediakan oleh Alner.

“Jadi orang bisa beli produk melalui Alner atau mitra Alner. Nanti jika produknya habis, kemasannya bisa dikembalikan. Dicuci dulu, lalu digunakan ulang. Kemasan yang digunakan bisa dilacak berapa kali dipakai. Ini poin penting dalam circularity,” kata Bintang yang juga alumni University of Leeds, Inggris bidang energi terbarukan dan lingkungan.

Kepada perusahaan FMCG, Alner menawarkan alternatif kemasan. Di mana perusahaan bisa memasarkan produk seperti biasa, tetapi dengan sistem kemasan yang lebih ramah lingkungan. Perusahaan tidak perlu selalu memproduksi kemasan, hanya perlu membayar jasa servis kemasan, seperti (kemasan) disewakan ke FMCG. “Jasanya itu termasuk mengumpulkan dari market atau pelanggan dan jasa membersihkannya,” ujarnya.

Untuk para customer, Alner menawarkan cara untuk mengurangi sampah dan belanja lebih hemat. Saat orang membeli produk di Alner, maka akan mendapatkan harga yang 5-10% lebih murah. Produk-produk FMCG bisa didapatkan di website resmi Alner maupun e-commerce.

“Di e-commerce itu peluang untuk menjangkau konsumen baru. Jadi nanti setelah beli di e-commerce, tim Alner akan menghubungi (saat produknya habis) untuk menyarankan agar selanjutnya membeli produk di Alner langsung. Saat mengantar produk baru, kurir Alner akan sekalian ambil kemasan yang kosong. Layanan ini tersedia di Jabodetabek,” ucap Bintang.

Saat ini sudah ada sekitar 20 brand FMCG (lokal dan internasional) yang bekerja sama dengan Alner dan sudah memiliki 170 SKU. “Jadi misal sabun ada ukuran yang berbeda, itu kami hitung masing-masing,” ungkap Bintang.

Terbaru, Alner berkolaborasi dengan Unilever untuk mendistribusikan tiga produk Unilever. Konsumen bisa membeli produk Unilever di bank sampah mitra Alner dengan membawa kemasan sendiri. “Ini baru kami sebut model refill atau isi ulang, biasanya model reuse,” ucap Bintang.

Selain memberikan dampak bagi lingkungan dengan mencegah penggunaan kemasan sekali pakai, Alner juga memberikan dampak sosial. Alner telah memberdayakan perempuan yang memiliki bank sampah, yang biasanya hanya mengumpulkan sampah, diajak untuk menjadi reseller produk, margin yang didapatkan 5-10%.

“Setahun belakangan, 170 mitra kami menghasilkan revenue sekitar US$34.000 per tahun. Sementara saat ini mitra kami sudah ada 206 yang tersebar di Jabodetabek,” ujarnya.

Dalam mengembangkan model bisnis baru ini di Indonesia, Bintang mengaku tantangan terbesar ada pada mengubah kebiasaan atau behaviour change, serta edukasi mengenai pentingnya menjaga bumi dengan menggunakan kemasan yang bisa digunakan ulang. Kesadaran itu masih perlu ditumbuhkan, untuk itu kami kerja sama dengan bank sampah.

“Mereka (bank sampah) bisa mengedukasi pembeli. Dibandingkan dengan warung yang memiliki waktu singkat, banka sampah bisa memiliki waktu yang cukup panjang untuk berbicara kepada konsumen,” ujarnya.

Tahun ini Alner menargetkan bisa memperluas titik poin penukaran hingga 500 titik, sehingga bisa melayani 5.000 customer dan tingkat pengembalian kemasan di atas 70%. Alner juga menargetkan agar tingkat pengembalian kemasan mencapai 70%.

“Sekarang (tingkat pengembaliannya) masih fluktuatif. Di bulan-bulan tertentu bisa sampai 80%, nanti turun lagi. Sebenarnya orang itu tidak selalu membuangnya, ternyata sama mereka dikumpulkan sampai banyak nanti baru ditukar bahkan mereka bisa sampai belanja gratis,” ungkap Bintang.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved