Strategy

Menarini Asia-Pacific Pilih Indonesia sebagai Pusat Manufaktur Regional

Pelepasan ekspor Menarini. (Foto: Audrey/SWA)

Perusahaan biofarmasi Eropa Menarini Asia-Pacific (“Menarini”) hari ini (26/10) meresmikan produksi perdana produk farmasi/obat bebas (‘over the counter’) buatan Indonesia yang ditujukan untuk pasar mancanegara. Untuk merayakan pengiriman perdana Dermatix® Ultra Wound Treatment Gel dalam berbagai ukuran tabung (7G, 15G dan 30G) untuk pengobatan luka atau bekas luka ke Korea Selatan, Menarini menggelar peresmian pusat manufaktur ekspor di PT. Menarini Indria Laboratories (“MiLab”) di Cikarang, Jawa Barat.

Fasilitas MiLab seluas 15.000 kaki persegi (setara dengan 4.570 meter persegi) ini mendukung kemampuan Menarini dalam memproduksi produk kesehatan berkualitas tinggi di Indonesia untuk diekspor ke seluruh penjuru Asia-Pasifik. Produk farmasi seperti obat cair, obat padat, obat topikal dan alat kesehatan akan dikirimkan ke Korea Selatan.

Pengiriman perdana batch pertama sebanyak 90.000 unit dilakukan secara seremonial di pelataran laboratorium sekaligus pabrik perseroan yang berlokasi di Cikarang Selatan. Menarini akan mengirimkan total 90.000 unit Dermatix ke negeri gingseng dengan jumlah batch 42 pengiriman ekspor dan jumlah pada akhir tahun 30.000 unit. Menarini juga berencana memperluas ekspor ke 11 negara di Asia-Pasifik termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Taiwan, Myanmar, Kamboja, Hong Kong, Australia, Tiongkok, dan Vietnam.

Budaya perusahaan yang diadopsi Menarini menjadikannya mampu merespons perubahan, beradaptasi dan memperkuat kemampuan manufakturnya untuk menghadapi berbagai tantangan seperti pandemi COVID-19. Menarini telah berinvestasi dalam peralatan manufaktur baru dan memperoleh lisensi dan sertifikasi internasional, termasuk sertifikasi ISO 45001 untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, ISO 14001 untuk Sistem Manajemen Lingkungan, dan sertifikasi Halal untuk semua bentuk dosis (sediaan setengah padat, obat topikal, obat padat, obat cair, dan alat kesehatan) dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

Penerapan teknologi baru juga meningkatkan kemampuan manufaktur MiLab, dengan sekitar 3,5 juta produk yang dibuat tahun lalu. Dengan hampir 100 orang staf, MiLab siap untuk mempercepat pertumbuhannya seiring dengan peningkatan produksi untuk pasar ekspor, dengan diharapkan penciptaan lapangan kerja di bidang manufaktur, pengendalian kualitas, penelitian dan pengembangan, logistik, distribusi, dan administrasi.

Fasilitas MiLab yang ditingkatkan mengadopsi teknologi canggih seperti pemantauan online terhadap suhu dan kelembapan secara terus-menerus, pengawasan CCTV, dan pengelolaan kontrol akses kunci untuk meningkatkan produktivitas operasional fasilitas. Menarini juga telah menerapkan praktik berkelanjutan dalam kegiatan operasionalnya dengan pemasangan sistem panel surya 75KW yang mengurangi hingga 200 kg emisi CO2 per hari, mengurangi konsumsi air hingga dapat menghemat hingga 40 m3 air per bulan, dan mengolah air limbah untuk menghilangkan semua bahan aktif farmasi.

Selain itu, Menarini telah meningkatkan kualitas alat kendali mutu untuk memastikan kepatuhan yang ketat terhadap peraturan integritas data terbaru. Inisiatif-inisiatif ini menciptakan sistem yang memastikan kemampuan manufaktur berkualitas tinggi dan sesuai standar internasional yang mencakup praktik berkelanjutan dan mencerminkan masa depan manufaktur farmasi di Indonesia.

Prof.dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Wakil Menteri Kesehatan RI, mengatakan, “Layanan kesehatan merupakan fokus utama Pemerintah Indonesia, dan kami berkomitmen tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Industri farmasi yang kuat sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat-obatan dan produk kesehatan berkualitas bagi masyarakat Indonesia. Kami menyambut dengan hangat kerja sama dan investasi internasional dalam sektor penting ini, dan kami sangat senang Menarini Asia-Pacific hadir di Indonesia untuk mendukung enam pilar transformasi kesehatan Indonesia melalui pusat manufaktur farmasi yang mutakhir.”

Nurul Ichwan, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Investasi RI (BKPM), mengatakan, industri farmasi merupakan salah satu industri strategis dan fokus dalam Making Indonesia 4.0 karena memiliki efek berganda. Industri ini memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi komoditas dan bahan baku yang tersedia di dalam negeri. Kesempatan kerja serta transfer keterampilan dan teknologi juga terbuka. Selain itu, Industri farmasi akan mengurangi ketergantungan kita terhadap obat impor, apalagi apabila industri ini mampu menjadikan Indonesia sebagai hub untuk pasar internasional. Dengan demikian, kualitas industri di Indonesia akan ikut terangkat sesuai standar internasional dan menjadi bagian rantai pasok global.

Sejak Menarini pertama kali membuka kantornya di Indonesia hampir tiga dekade yang lalu, Menarini dan Menarini Indria Laboratories telah mendapat dukungan luar biasa dari Pemerintah Indonesia untuk terus bertumbuh dan berkembang.

“Kami telah lama menantikan ekspor perdana produk farmasi ‘Made in Indonesia‘ ke kawasan Asia, dan visi ini akhirnya menjadi kenyataan. Pendirian pusat manufaktur regional yang berlokasi strategis di Indonesia sejalan dengan tujuan kami untuk melayani permintaan yang terus tumbuh akan produk farmasi berkualitas tinggi di Indonesia serta menjadi gerbang ke Asia-Pasifik dan pasar global di masa depan,” ujar Idham Hamzah, Presiden Direktur PT Menarini Indria Laboratories dalam konferensi pers, Kamis (27/10/2023).

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved