Corporate Transformation

Pelabuhan Indonesia, Transformation Journey yang Menantang Pascamerger

Budi Pratomo, Kepala Grup Manajemen Integrasi Pelindo.
Budi Pratomo, Kepala Grup Manajemen Integrasi Pelindo.

Transformasi yang dilakukan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo merupakan bagian dan tindak lanjut dari merger empat perusahaan pengelola pelabuhan BUMN. Sebagaimana diketahui, pada 1 Oktober 2021, PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) digabungkan ke dalam PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), yang kemudian berganti nama menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero).

Kepala Grup Manajemen Integrasi Pelindo Budi Pratomo mengatakan, pascamerger banyak sekali hal yang harus dilakukan. Merger ini dampaknya cukup besar karena menggabungkan empat BUMN pelabuhan yang memiliki banyak sekali cabang dan anak usaha, serta SDM yang kompleks.

“Jadi, dari tahun 2021 sampai saat ini kami melakukan transformasi besar-besaran sesuai dengan jalannya merger,” kata Budi. Setelah merger, Pelindo memiliki 71 cabang di seluruh Indonesia dan menangani 25.960 karyawan.

Melalui penggabungan BUMN pelabuhan tersebut, diharapkan, pertama, Pelindo bisa fokus ke lini bisnisnya dibandingkan wilayah, yakni bisnis peti kemas, non-peti kemas, logistik dan hinterland, marine, serta equipment & port services. Pelindo juga berpotensi meningkatkan performa operasional dan finansial dibandingkan model terpisah, dan bisa mendapat kendali strategis yang lebih baik karena hanya ada satu BUMN pelabuhan.

“Jadi, ada perencanaan keseluruhan untuk jaringan, investasi aset, yang bertujuan besar untuk mengurangi biaya logistik,” Budi menerangkan.

Kedua, tercapainya end-to-end proses dengan menerapkan standard operating procedure (SOP) dan key performance indicators (KPI) yang terstandar di semua pelabuhan. Dengan demikian, diharapkan operasional pelabuhan lebih reliable, efisien, dan dapat menciptakan port network connectivity yang lebih baik di seluruh pelabuhan nasional.

Ketiga, dengan adanya penggabungan, diharapkan alokasi capital expenditure (capex) dan kemampuan finansial bisa berdampak positif dan meningkatkan kondisi neraca keuangan,. Sehingga, investasi-investasi yang dibutuhkan bisa dijalankan secara baik dan sesuai rencana.

Dan, keempat, program perkembangan sumber daya manusia yang terstandar. Adanya program SDM yang terstandar ini untuk mengembangkan kapabilitas pegawai yang berpotensi mengurangi variansi produktivitas.

Kelima, sistem teknologi informasi yang terstandardisasi. Yaitu, menerapkan sistem TI yang seragam di seluruh pelabuhan, kantor, dan fasilitas pendukung kegiatan kepelabuhan di seluruh Indonesia.

Lantas, perjalanan transformasi (transformation journey) dibuat dalam beberapa fase. Fase pertama, proses merger BUMN pelabuhan, yang telah dilakukan sejak Oktober 2021.

Fase kedua, proses pengalihan bisnis dari Pelindo sebagai induk perusahaan kepada subholding sebagai business owner sesuai dengan kluster masing-masing sejak Desember 2021. Fase ketiga, proses inbreng anak perusahaan ke subholding, yakni penginbrengan saham anak-anak perusahaan kepada subholding tiap klaster yang dilakukan sejak Januari 2022.

Dan, fase keempat, proses pemurnian bisnis. Saat ini telah selesai kajian proses pemurnian bisnis seluruh entitas bisnis dalam rangka penataan struktur korporasi di Pelindo Group.

Reorganisasi Pelindo tentu saja merupakan bagian dari transformasi. Budi menjelaskan, Pelindo mencoba menyelaraskan anak-anak usaha; yang memiliki bisnis yang sama disatukan. Hanya saja, tantangannya, setiap anak usaha ternyata memiliki usaha yang banyak.

Contohnya, anak usaha yang menggarap peti kemas, ternyata juga memiliki bisnis properti dan non-peti kemas. “Jadi, yang kami lakukan hingga lima tahun ke depan, akan banyak sekali aksi korporasi untuk melakukan pemurnian. Dari 62 anak usaha ini ditargetkan menjadi sekitar 30, untuk disesuaikan bisnisnya. Karena tidak sehat juga, misal dua anak usaha bersaing di bisnis yang sama,” ungkapnya.

Menurutnya, banyak sekali dampak yang harus dimitigasi dari awal, sehingga harus dibentuk tim mitigasi. Ada dua roadmap yang dibuat Pelindo. Pertama, roadmap transformasi yang isinya adalah inisiatif strategi dan pencapaian pascamerger. Kedua, roadmap pemurnian, dengan tim yang berbeda.

“Di situ kami ditargetkan ada penghematan efisiensi. Jadi, harapannya dengan adanya efektivitas dan perampingan tersebut, ada peningkatan pendapatan. Di sisi lain, ada penurunan biaya dari sisi SDM, TI, maupun pengadaan,” kata Budi.

Untuk mengeksekusi program transformasi, tentu harus ada enabler atau people. Maka, “Setelah merger kami membentuk suatu tim yang disebut Executive Committee (ExCo) yang bertugas melakukan percepatan implementasi integrasi pascapenggabungan. Kami juga menggunakan proven project management framework dan governance untuk mengelola semua aksi transformasi,” dia menambahkan.

Transformasi layanan operasi tersebut, menurutnya, telah mendatangkan benefit yang siginifikan. Bagi Pelindo, mendatangkan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, serta peningkatan kompetensi & knowledge.

Bagi pelanggan, ada pengurangan port stay & cargo stay, optimalisasi berthing window, dan penghematan ship rental cost. “Bagi ekosistem maritim, tentu ini berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik, serta mendukung konektivitas,” ujarnya.

Di samping itu, Pelindo juga melakukan transformasi digital untuk mendukung kinerja dan operasionalnya. “Kami implementasikan single ERP (Enterprise Resources Planning) dari sebelumnya empat ERP di masing-masing Pelindo. Implementasi single ERP yang diiringi dengan standardisasi, sentralisasi, dan otomasi proses back office telah mendorong terbentuknya fungsi shared service untuk proses SDM, pengadaan, dan keuangan sehingga dapat menciptakan biaya yang lebih efisien dengan potensi penghematan,” kata Budi.

Hasil dari transformasi tersebut setidaknya bisa dilihat dari kenaikan di semua lini bisnis, termasuk penumpang. Data dari laporan tahunan 2022 menunjukkan, pendapatan operasional tahun 2022 sebesar Rp 29,70 triliun, meningkat 3,07% dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 28,81 triliun. Kemudian, laba tahun berjalan setelah efek penyesuaian laba merging entity tahun 2022 sebesar Rp 3,91 triliun, meningkat 23,06% dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 3,18 triliun.

Sementara itu, realisasi arus kapal dalam satuan unit tahun 2022 sebesar 290.970 unit, naik 14% dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 254.669 unit. Lalu, realisasi arus peti kemas dalam satuan teus naik 0,95%, dari 17.056.636 teus menjadi 17.220.312 teus.

Arus barang non-peti kemas dalam satuan ton meningkat 9% dari 146.200.809 ton menjadi 159.727.836 ton. Adapun arus barang non-peti kemas dalam satuan MMBTU (million british thermal unit) di tahun 2022 tercatat 8.800.934 MMBTU, tumbuh 12,53% dibandingkan dengan tahun 2021 yag sebesar 7.820.960 MMBTU. Dan, arus penumpang melonjak 86,5% dari 8.056.905 orang tahun 2021 menjadi 15.028.884 orang di tahun 2022.

Dari transformasi tersebut, Pelindo menargetkan, sampai dengan tahun 2025 bisa menghasilkan value creation sebesar Rp 6 triliun melalui program-program yang sudah ditetapkan, seperti optimalisasi financing cost. Sementara di tahun 2022, realisasi value creation-nya sebesar Rp 1,25 triliun, lebih tinggi daripada target yang sebesar Rp 764 miliar.

Budi menegaskan, Pelindo memiliki visi menjadi pemimpin ekosistem maritim yang terintegrasi dan berkelas dunia. Di samping itu, juga punya misi mewujudkan jaringan ekosistem maritim nasional melalui peningkatan konektivitas jaringan dan integrasi pelayanan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. (*)

Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved