Fransetya Hasudungan Hutabarat, Memacu Profitabilitas dan Sukses Galang Dana US$ 3 Miliar
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) per 12 Juni 2020 ditetapkan sebagai subholding Refining & Petrochemical dari PT Pertamina (Persero). Pertamina mendorong KPI meningkatkan profitabilitas agar menyokong cita-cita Pertamina sebagai perusahaan energi berkelas global. Fransetya Hasudungan Hutabarat, yang ditunjuk sebagai Direktur Keuangan KPI, meresponnya dengan menggulirkan berbagai langkah strategis.
Fransetya dan tim berupaya merealisasi sejumlah target bisnis prioritas KPI. Yakni, pembangunan proyek kilang dan petrokimia, termasuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR). Kemudian, pembangunan kilang hijau (green refinery), pengembangan bisnis petrokimia, dan optimalisasi belanja modal (capital expenditure/capex). KPI mengelola enam unit kilang minyak yang usianya cenderung sudah uzur.
Guna mengoptimalkan aset menjadi profit, Fransetya mengkreasikan target bisnis dan memasok beragam data historis serta proyeksi bisnis yang relevan kepada tim manajemen KPI. “Saya aktif menyediakan ini sebagai sebagai acuan data insight dan foresight agar manajemen mengambil keputusan dan tindakan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan,” tutur Fransetya yang dipercaya sebagai CFO KPI sejak 2020.
Dia berpartisipasi aktif melakukan hal tersebut untuk mengakselerasi profitabilitas KPI. “Saya mendapatkan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan transformasi mindset dari cost center menjadi profit center,” katanya.
Sebelum menjadi subholding, KPI merupakan salah satu unit bisnis di Pertamina yang menjadi cost center dalam proses bisnis BUMN itu. Setelah menjadi subholding, KPI mengemban amanah menjadi profit center sehingga bisa memberikan kontribusi laba kepada Grup Pertamina.
Selama menjabat sebagai CFO KPI, Frasentya berupaya menjadikan perusahaannya sebagai mitra bisnis strategis agar mencapai visi menjadi perusahaan perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia. Sejumlah tantangan bisnis diresponsnya dengan cermat. Misalnya, pengalihan aset kilang Pertamina ke KPI dan sumber pendanaan yang terbatas.
Di sisi lain, KPI dipercaya mengelola beberapa mega proyek pembangunan kilang atau Proyek Strategis Nasional yang membutuhkan pendanaan sangat besar. Misalnya saja, RDMP Balikpapan, GRR Tuban, dan proyek Petrochemical Olefin Trans-Pacific Petrochemical Indotama.
Fransetya dan tim menciptakan sejumlah cara untuk menjaring pendanaan. “Pada kondisi ini, KPI berhasil menarik perhatian para lender untuk memberikan pendanaan untuk mega proyek tersebut, khususnya untuk proyek RDMP Balikpapan yang pada 19 Juni 2023 telah berhasil melaksanakan signing loan agreement dengan tiga export credit agencies dan 22 bank. Pendanaan untuk proyek ini dengan status kelebihan permintaan (oversubscribed) dari para calon lender hingga sebesar 142% atau US$ 4,39 miliar dari kebutuhan pendanaan US$ 3,1 miliar,” dia menjabarkan. Ini merupakan terobosannya selama berkarier di KPI.
Kiprah Fransetya di KPI yang patut diacungi jempol ialah meningkatkan profitabilitas, mendapatkan fasilitas pinjaman secara bilateral dengan salah satu commercial bank hingga US$ 120 juta, dan mencegah penurunan laba perusahaan hingga US$ 206 juta melalui penerapan metode baru (finished product approach) dalam memitigasi dampak Cost or Market Whichever is Lower (COMWIL) terhadap laba perusahaan.
“Saya juga menyusun laporan laba atau rugi prediktif sebanyak dua kali dalam sebulan guna memberikan foresight yang dapat digunakan tim manajemen ataupun tim operasional dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan korektif untuk meningkatan kinerja keuangan perusahaan,” dia menjelaskan.
Di sisi lain, Fransetya dan manajemen berkolaborasi dan bersinergi untuk meningkatkan produktivitas dan mengubah budaya kerja karyawan KPI. Ini dilakukan agar mereka menyokong transformasi perusahaan untuk mencetak laba. (*)
Vina Anggita & Vicky Rachman