Dahana, Meledakkan Aksi Transformasi di Berbagai Aspek
Nama PT Dahana mungkin kurang akrab di telinga khalayak umum.Maklumlah, BUMN yang satu ini bergerak di bidang bisnis yang tidak umum, yakni sebagai produsen bahan peledak dan jasa peledakan.Kini Dahana merupakan salah satu anggota holding industri pertahanan Indonesia, Defend ID.
Lebih lengkapnya, lini bisnis Dahana meliputi drilling & blasting, explosives manufacturing, drilling & blasing services, serta defence–related services untuk pelanggan di seluruh Indonesia dan dunia. Pada 2022, kontribusi terbesar pendapatan usahanya diperoleh dari lini bisnis drilling & blasting services, dengan kontribusi sebesar 48,3%.
Pelanggannya kebanyakan adalah perusahaan di sektor pertambangan (baik tambang logam, mineral,maupun batu bara),sektor kuari dan konstruksi, serta sektor migas.Dari sektor pertambangan, nama-nama perusahaantop yang menjadi pelanggannya di antaranya PT Bukit Asam, Star Energy Geothermal, KTC Coal Mining & Energy, Schlumberger, Elnusa, dan Adaro.
Dari sektor kuari, pelanggannya adalah kalangan perusahaan di industri semen, aspal, dan penggalian batu andesit. Dari sektor konstruksi, pelanggannya adalah proyek-proyek pembuatan dam, irigasi, terowongan, pendalaman pelabuhan, dan penghancuran gedung-gedung tua.Adapun dari sektor migas,pelanggannya adalah proyek-proyek operasi perforasi casing sumur minyak, dan operasi seismik.Tentu saja,di luar kalangan korporasi itu,Dahana juga punya pelanggan instansi militer.
Menurut Wildan Widarman, Direktur Utama Dahana,dalam proses kerjanya, pihaknya berupaya menjalankan seluruh prosedur dengan memperhatikan aspek keselamatan sesuai dengan aturan perundang-undangan,juga aspek kualitas pekerjaan. Sebagai contoh, prosedur tahapan peledakan meliputi pengambilan bahan peledak, pencampuran amonium nitrat (AN) dengan solar, pengangkutan bahan peledak ke lokasi peledakan, priming, pengisian bahan peledak ke lubang ledak, perangkaian sesuai rencana, aktivitas peledakan, dan pengecekan lokasi pasca–peledakan.
“Kami berkomitmen untuk konsisten dalam memberikan kualitas jasa peledakan yang terbaik, dengan selalu mengutamakan aspek keselamatan,” kata Wildan.
Namun, dia mengakui ada sejumlah tantangan yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. “Ketidakpastian geopolitik saat ini menyebabkan gangguan terhadap produksi dan perdagangan,” ujarnya.
Salah satu bentuk riil tantangannya, harga amonia mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini menyebabkan kelangkaan dan naiknya harga amonium nitrat. Pasalnya, amonia diprioritaskan untuk pembuatan pupuk dibandingkan untuk bahan peledak.
“Kami membangun rasa urgensi semua karyawan terhadap transformasi.”
Wildan Widarman, Dirut PT Dahana
Konsumen amonia saat ini mengendalikan pasokan mereka sendiri,seperti dari Afrika Utara, kawasan Karibia, dan Amerika Serikat. Hal ini tentunya menjadi tantangan di lingkungan industri bahan peledak, khususnya amonium nitrat yang merupakan bahan utama.
Tahun 2019 hingga 2021, kata Wildan, merupakan tahun yang cukup menantang bagi bisnis Dahana, karena terjadinya penurunan pendapatan, sehingga perusahaan tidak berhasil mencapai RKAP yang ditetapkan. “Laba perusahaan juga cenderung menurun karena kenaikan HPP akibat naiknya harga bahan baku,” ujarnya.
Namun di sisi lain, dia melihat Dahana punya potensi untuk berkembang.Di antaranya, jumlahkaryawan usia milenial (<40 tahun) telah mencapai> 50% dari komposisi seluruh karyawan Dahana, yang pada2022 tercatat sebanyak 1.253 orang.
Kemudian,Dahana punya keunggulan dalam hal kemampuanmanufacturing, stock points, dukungan alat operasional produksi, penguasaaan teknologi proses dan rekayasa, sertifikasi kompetensi dan profesi, tersedianyatotal solution & customized service, aliansi strategis dengan supplier dan mitra, serta budaya perusahaan yang kuat.Dahana pun telah mengimplementasikan sistem teknologi enterprise SAP.
Yang jelas, dengan adanya tantangan tersebut,menurut Wildan, pihaknya harus mengayunkan langkah-langkah transformasi dalam berbagai aspek. Yaitu, mulai dari bisnis dan penjualan, teknologi, keuangan, operasional, tata kelola dan budaya, hingga human capital.
Pada aspek bisnis dan penjualan, Dahana melakukan penyesuaian kontrak dan harga jual serta skema penjualan pada konsumen.Lalu, penjualan produk amonium nitrat dilakukan terpisah dari jasa lainnya.Dahana juga melakukan kajian diversifikasi usaha ke arah hulu.
Pada segi teknologi, Dahana mengembangkan dashboard atau aplikasi penjualan dan persediaan secara real time.Perusahaan ini juga melakukan digitalisasi pada proses manajemen human capital, dengan mengembangkan Human Capital Management Information SystemsertaLearning & Knowledge Management.
Di bidang keuangan, langkah yang dilakukan ialah perbaikancash flow management, pengelolaan persediaan secara cermat, percepatan penarikan piutang, penambahan modal kerja dan investasi, sertapencarian alternatif sumber pendanaan yang kompetitif.
Lalu,pada sisi operasional, Dahana mempercepat penyelesaian pabrik amonium nitrat, baik dari sisi teknis maupun administratif, yang sempat tertunda pada Oktober 2022. Di bidang supply chain, Dahana mencoba merangkul pihak-pihak yang biasanya menjadi pesaing untuk masuk ke dalam ekosistem Dahana. Selain itu, perusahaan juga mengamankan pasokan amonium nitrat melalui kontrak suplai dengan produsen lokal dan asing.
Dalam bidang tata kelola, budaya, dan human capital, Dahana melakukan penguatan core value AKHLAK berbasis milenial, refreshment struktur organisasi, dan penerapan perfomance management system(hingga level individu).
“Kami membangun rasa urgensi semua karyawan terhadap transformasi,” ujar Sarjana Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung ini.Caranya, dengan membuat tim untuk terus melakukan konsolidasi dan memonitor program.
Jika dilihat hasilnya, Wildan mengaku transformasi Dahana yang dijalankan sejak 2022 itu membuahkan hasil gemilang. “Untuk pertama kalinya Dahana mampu mencapai pendapatan melebihi Rp 3 triliun pada tahun 2022,”katanya bangga.Tepatnya, BUMN ini mampu mencatat pendapatan Rp 3,32 triliun pada 2022, atau naik 175% dari tahun 2021.
Adapun laba bersih tahun 2022 tercatat Rp 260,7 miliar, melonjak 1.263% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 25,5 miliar. (*)
Jeihan K. Barlian/Sri Niken Handayani