CSR Corner

Inalum Merangkai Ekonomi Sirkular, Menyulam Potensi Warga Sekitar

Ani Boru Siahaan menenun ulos di Desa Adat Ragi Hotang Meat, Kabupaten Toba, Sumatera Utara pada Selasa, 17 Oktober 2023. (Foto : Vicky Rachman/SWA).

Siang itu, Ani Boru Siahaan (66 tahun) menenun ulos di Desa Adat Ragi Hotang Meat. Desa ini merupakan salah satu kawasan di Desa Wisata Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Pada siang hari yang berhawa sejuk itu, kedua tangan dan kaki Ani cekatan menggerakkan alat tenun tradisional.

Setahap demi setahap, Ani mengkreasikan benang berwarna biru ini menjadi kain ulos bermotif simereur bercorak liris. Kain ulos yang sedang ditenun Ani ini berdimensi 1×20 meter. Para perajin ulos menenun ulos pada Senin-Jumat di setiap pekan.

Pada akhir pekan, Ani biasanya menghabiskan waktu bersama 14 cucunya.Ani adalah salah satu dari 400 perajin ulos di desa ini. Tetangganya, Risneria Manalu Sianipar (55 tahun), juga sedang menenun ulos tatkala SWAonline menyambangi desa ini pada 17 Oktober 2023. Kawasan ini merupakan episentrum kerajinan ulos di Tanah Batak.

Umumnya, perajin ulos belajar menenun dari ibunya dan sesepuh desa. Ani melatih menenun ulos sejak berusia 16 tahun. Risneria mempelajarinya tatkala berumur 21 tahun. Para perajin ulos mengkreasikan sarung dan selendang ulos yang sarat nilai estetika dan bernilai ekonomi tinggi. Kain ulos dijual seharga Rp 800 ribu/pasang (sehelai selendang dan sarung).Ani dan Risneria bisa menyelesaikan sepasang (set) ulos sekitar 3 hari. Jam kerja Risneria mirip dengan Ani. Mereka menenun pada jam 9 pagi hingga 4 sore.

Benang untuk bahan tenun dipasok oleh tauke (pengepul). Warna benang ini dari bahan alami. Pewarna krem, misalnya, bersumber dari kulit pohon mahoni. Kulit pohon ini di rebus sampai 1 jam. Ada pula benang berwarna cokelat dari daun jambu dan warna kuning dari daun mangga.

Biasanya, Ani bisa membuat 1 set ulos per 3 hari atau 4 set/bulan. “Pembelinya ada yang dari Tarutung, Balige, dan Siantar,” ujar Ani saat ditemui pada Selasa, (17/10/2023). Konsumen yang membelinya adalah tauke (pengepul) untuk dijual kembali ke pembeli di daerah tersebut atau ke luar daerah. Ani membanderol kain ulos seharga Rp 800 ribu/pasang. Dengan demikian, rata-rata pendapatan Ani sekitar Rp 3,2 juta per bulan.

Risneria juga membuat 4 pasang kain ulos dalam sebulan. “Modal saya sekitar Rp 200 ribu,” ucap Risneria seraya melempar senyum. Kain ulos yang dibuat Ani, Risneria, dan para perempuan yang berprofesi perajin ulos di Desa Wisata Meat ini menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi desa ini.

Selain dikenal sebagai episentrum kerajinan ulos, Desa Wisata Meat dikenal oleh para pelancong lantaran panorama alamnya itu sedap dipandang mata. Desa ini diapit dua perbukitan yang dikelilingi pohon pinus dan lahan persawahan. Desa Wisata Meat, merujuk data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, merupakan desa wisata yang diapresiasi pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Desa wisata yang berdekatan dengan Danau Toba ini berhasil masuk 300 besar di ADWI tahun ini. Keelokan Danau Toba memang memanjakan mata wisatawan.

Lokasi Ani dan Risneria menenun itu diresmikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Desa Adat Ragi Hotang Meat pada 2017. Desa adat ini menyajikan beberapa bangunan rumah adat batak yang berusia ratusan tahun. Rumah warga di Desa Wisata Meat itu ada yang dimodifikasi menjadi homestay untuk penginapan para wisatawan.

Potensi ini direspon oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang memberikan pendampingan kepada penggiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta memberdayakan masyarakat Desa Wisata Meat. Pada Januari 2023, Inalum berinisiatif memberikan spring bed, bantal, sprei dan selimut, lemari, kain gorden, dan aneka ragam barang lainnya semisal perlengkapan mandi.

Barang-barang ini diberikan kepada warga lokal yang mengelola 14 homestay di Desa Wisata Meat. Kala itu, masyarakat di sekitar Danau Toba menyongsong kejuaraan balapan perahu motor super cepat atau F1 PowerBoat (F1H2O) pada 24-26 Februari 2023.

Guntur Sianipar, Ketua Desa Adat Ragi Hotang Meat, mengapresiasi Inalum yang membantu warga lokal, mendukung ekonomi mikro, dan pemberdayaan masyarakat Desa Wisata Meat dan Desa Adat Ragi Hotang Meat. “Kami mengapresiasi Inalum yang mendukung warga dan kearifan lokal, misalnya tradisi menenun, menari dan bantuan perlengkapan homestay,’ ucap Guntur

Pada kesempatan ini, Vice President CSR/TJSL Inalum, Zainudin Iqbal Sidabutar Silalahi, mengatakan Desa Wisata Meat berpotensi dikembangkan lebih lanjut menjadi desa berbasis eco cultural tourisme. “Untuk itu kami memberikan dukungan kepada pemilik homestay sebanyak 14 unit, mempromosikan ulos di desa ini ke berbagai acara skala nasional dan internasional, seperti Hari Ulos Nasional yang diperingati setiap 17 Oktober, pameran Inacraft di Jakarta, KTT Asean di Labuan Bajo, dan pameran UMKM di Sarinah, Jakarta,” tutur Iqbal menjabarkan.

Jumlah UMKM Binaan Naik Kelas dan Binaan Aktif Inalum di 2022.

Sumber : Inalum.

Inalum, lanjut Iqbal, membeli produk-produk UMKM di wilayah operasional perusahaan. Kemudian, produk ini dipromosikan di Rumah BUMN yang dikelola Inalum di Balige. BUMN pengolahan aluminium ini juga berkolaborasi dengan BUMN lainnya untuk memasarkan ulos di Rumah BUMN lainnya. “Kami mempromosikan dan memasarkan ulos ke skala nasional dan berkerja sama dengan BUMN-BUMN yang mengelola Rumah BUMN,” ucap Iqbal.

Ke depannya, Inalum mengembangkan pencak silat Batak. “Agar melestarikan kebudayaan Batak dan menambah daya tarik wisata di destinasi wisata sekitar Danau Toba,” ucapnya. Perihal daya tarik wisata, Guntur mengatakan minat para wisatawan cukup tinggi untuk menginap di homestay milik warga. “Jumlah wisatawan yang menginap di homestay Desa Wisata Meat pada Januari hingga Oktober tahun ini sebanyak 120 orang,” ucap Guntur.

Wisatawan dimanjakan atraksi budaya, keramahan masyarakat, serta keindahan di desa yang berada di pinggir Danau Toba itu. Panorama alamnya disebut-sebut mirip di Selandia Baru. Desa Wisata Meat, yang berusia hampir 300 tahun, merupakan desa binaan Inalum. Lokasinya ini terletak di bawah perbukitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 900 orang dengan luas desa 300 hektare.

Untuk menuju desa ini, cukup ditempuh sekitar 30 menit menggunakan kendaraan roda empat dari Bandara Internasional Sisimangaraja XII atau Bandara Silangit. Inalum menggulirkan program pengembangan masyarakat di Desa Wisata Meat sebagai partisipasi aktif untuk mengembangkan pariwisata. Inalum dan masyarakat setempat juga menginisiasi sanggar tari untuk melatih anak anak Desa Wisata Meat untuk pelestarian budaya Batak.

Kegiatan rutin kerapkali terselenggara di Desa Wisata Meat dan desa di sekeling Danau Toba. Misalnya, acara bertajuk 1000 Tenda Kaldera cukup menyedot wisatawan bertandang ke Desa Wisata Meat. Festival berbasis seni dan budaya ini menyuguhkan sejumlah atraksi budaya dan wisata di sekitar danau vulkanik terbesar di dunia ini.

Beragam kegiatan di Danau Toba lainnya acapkali digelar oleh instansi pemerintah dan BUMN.Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) optimistis kegiatan di sekitar danau ini menarik perhatian publik. Rencananya, Danau Toba Rally 2023 akan digelar pada 24-26 November 2023 dan dibuka di The Kaldera Toba Nomadic Escape. Danau Toba juga terpilih menjadi lokasi balap air Aquabike Jetski World Championship pada 22-26 November 2023.

Sebanyak 128 atlet jestki dunia dari 20 negara akan berlaga di ajang ini. Lomba jestki internasional ini dilaksanakan di sekitar Danau Toba, yakni Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Karo. “Dengan demikian, event ini pastinya akan meningkatkan jumlah kunjungan wistawan ke Danau Toba dan akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Danau Toba,” kata Jimmy Bernarndo Panjaitan, Direktur Utama BPODT dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (10/11/2023).

Warga di Desa Wisata Meat pun berancang-ancang untuk menyambut beragam kegiatan di kawasan Danau Toba. “Kami berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Inalum, tokoh adat, warga dan pemerintah daerah untuk mengangkat potensi Desa Wisata Meat,” ucap Guntur.

Sumber daya alam di Danau Toba memang memberikan berkah kepada warga setempat. Iqbal menyampaikan selain mendukung pariwisata, Inalum memberdayakan potensi warga lokal untuk dikembangkan lebih lanjut dengan mengkreasikan beragam pelatihan mengolah ikan dari Danau Toba dan limbah domestik (rumah tangga). “Inalum melatih dan memberikan bantuan peralatan kepada ibu-ibu perajin ulos untuk memproduksi makanan olahan untuk dijual ke konsumen dan bapak yang bertani untuk mengolah limbah plastik menjadi jam weker,” ujar Iqbal.

Roma Butarbutar, perajin ulos berpartisipasi aktif di UMKM yang mengolah makanan dari ikan. Danau Toba merupakan habitat aneka ragam jenis ikan, seperti ikan pora pora dan ikan kaca-kaca. Roma bersama 9 perajin ulos lainnya difasilitasi Inalum untuk mengolah ikan ini.

BUMN pengolah aluminium ini menyediakan sentra UMKM dan budaya di Pantai Desa Meat. Beragam peralatan pengolahan dan memasak disediakan Inalum. “Anggota UMKM kami ada 9 orang, kami memproduksi kerupuk ikan dan basreng (baso goreng), modal usaha diberikan Inalum dan peralatan memasak, seperti presto,” ujar Roma yang setiap Senin-Jumat menenun ulos di rumahnya.

Roma dan perajin ulos lainnya, Herbeslina Maharaja, Erika Pardosi (31 tahun) bersama ibu-ibu lainnya berkumpul di rumah bernama Sanggar Tari Inalum di Pantai Desa Meat pada Jumat malam atau setelah mereka menuntaskan pekerjaan menenun ulos. Mereka mengolah adonan tepung dan ikan untuk diolah menjadi kerupuk ikan dan basreng. Tata cara produksinya higienis. Mereka menggunakan penutup kepala dan mencuci tangan.

Pengemasan produknya pun apik agar menarik minat konsumen. Kemudian, mereka menjual pada Sabtu atau Minggu. Harga jual produknya Rp 5 ribu per bungkus (80 gram). Penjualan di September dan Oktober 2023 masing-masing sebanyak 80 dan 120 bungkus. Dengan demikian, total omset emak-emak UMKM Desa Wisata Meat ini senilai Rp 1 juta di periode itu.

Mengkreasikan Ekonomi Sirkular

Iqbal mengatakan bahan-bahan makanan olahan ini bersumber ikan-ikan di Danau Toba. Kebetulan, harga jual ikan ini ada yang tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. “Daripada terbuang, kami mendorong ibu-ibu perajin ulos mengolah ikan menjadi aneka macam olahan yang dikemas higienis,” ucap Iqbal.

Inalum memulai fase awal untuk meningkatkan kompetensi warga mengenai ekonomi sirkular.Selain mengolah ikan, warga dilatih membuat ekoenzim (eco enzyme) dari limbah rumah tangga, seperti sisa makanan dan sayur-sayuran. Roma dan Erika dilatih Inalum memproduksi eco enzyme.

Roma menunjukkan cara pembuatannya. Sayur-sayuran dan sisa makanan dimasukkan dalam tong. Kemudian, air dan gula aren dicampur pada limbah organik ini. “Tong ditutup rapat-rapat dan difermentasikan selama 90 hari,” ucapnya. Roma dkk memperoleh limbah domestik dari warga Desa Wisata Meat. Mereka sudah memanen ekoenzim sebanyak satu kali. “Eco enzyme bermanfaat untuk pembersih lantai dan pembersih kamar mandi,” imbuh Roma.

Windri Handayani, peneliti pengolahan sampah organik dan dosen di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), menyampaikan eco enzyme juga bermanfaat sebagai pupuk, bahan amelioran untuk memperbaiki tanah, meningkatkan kesuburan tanah serta membantu pertumbuhan tanaman, dan cairan pembersih serta pestisida.

Windri menghimbau warga memilah sampah organik dan anorganik yang tersistematis. “Untuk sampah organik bisa difermentasi menjadi eco enzyme, pupuk kompos atau pupuk cair organik,” ujar Windri saat dihubungi SWAonline pada Rabu (15/11/2023).

Dia mengapresiasi inisiatif BUMN, seperti Inalum, yang melatih warga mengolah sampah menjadi ekoenzim lantaran kegiatan ini berpeluang menciptakan ekonomi sirkular. “Produk hasil pengolahan sampah organik dan sisa-sisa makanan itu bisa menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi,” ujar Windri. Hal tersebut perlu didukung oleh pengelolaan dan produksi dan pengemasan yang baik.

Selain itu, produk tersebut juga dapat dimanfaatkan sendiri untuk skala rumah tangga dan komunitas sehinga menghemat biaya dan sumber daya. “Hal tersebut dapat mewujudkan siklus pengolahan dan pemanfaatan sampah yang mendukung ke arah zero waste sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang dan tidak termanfaatkan, praktik ekonomi sirkular akan mengolah semua sumber daya terbuang menjadi bermanfaat dan bernilai ekonomi sehingga tidak menjadi sampah yang terbuang,” tutur Windri.

Berbicara sampah, data yang disodorkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan porsi sampah rumah tangga di Sumatera Utara sebesar 45,13% dari jumlah total sumber sampah di provinsi ini pada 2022. Angka ini lebih tinggi dari porsi sampah rumah tangga di tingkat nasional (38,35%). Adapun data sampah rumah tangga di Kabupaten Toba belum tersedia di laman SIPSN KLHK ini.

Komposisi Sampah di Sumatera Utara Tahun 2022.

Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Meski demikian, Inalum dan warga berikhtiar untuk mengawali langkah kecil pengelolaan sampah rumah tangga. Inalum memberikan alat moulding plastik kepada masyarakat setempat agar bisa mengolah sampah botol plastik air minum dalam kemasan.

Monang Simanjuntak (41 tahun), warga Desa Wisata Meat yang berprofesi buruh tani, dilatih Inalum untuk membuat jam weker dari sampah botol plastik ini. “Saya mendapatkan pelatihan di September 2023, bikin jam weker dari limbah plastik air minum,” ujar Monang. Pada fase awal ini, Monang berhasil membuat jam weker ini sebanyak 5-6 unit. Adapun, mesin jamnya dibeli Monang untuk disematkan di body jam yang terbuat dari limbah plastik. Inalum membantu pendanaan UMKM ini.

Inalum, anggota dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID (BUMN holding industri pertambangan), terus menggiatkan pengembangan ekonomi sirkular di daerah operasional. “Kegiatan CSR kami di sekitar Danau Toba ini bertujuan untuk menciptakan ekonomi sirkular, warga kami berikan pelatihan, pendampingan dan fasilitas,” tutur Iqbal.

Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mendorong seluruh anggota grup MIND ID untuk mengedepankan implementasi circular economy agar kesinambungan bisnis menjadi lebih terjaga dan mengajak partisipasi masyarakat sekitar untuk mendukung seluruh rantai bisnis perusahaan.“MIND ID menjalankan bisnis serta operasional perusahaan dengan memastikan keberlanjutan serta menerapkan Praktik Pertambangan Terbaik dan mendorong circular economy di setiap rantai bisnisnya, sehingga kesinambungan bisnis menjadi lebih terjaga. Kami turut mengajak dan melibatkan masyarakat sekitar untuk mendukung rantai bisnis dan value chain perusahaan,” ujar Hendi.

Pada kesempatan terpisah, Bambang Brodjonegoro, Chairman Board of Trustee National Center for Corporate Reporting (NCCR), mengatakan ekonomi sirkular memperkuat ekonomi lokal. Ekonomi sirkular akan mendorong 4,4 juta penciptaan lapangan kerja bersih hingga tahun 2030 dan 75% dari pekerjaan ini adalah untuk perempuan.

Bambang menyampaikan transisi ke praktik ekonomi sirkular akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 593-638 triliun atau setara dengan 2,3 – 2,5% PDB nasional pada 2030. PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem), perusahaan startup teknologi pengelolaan sampah, memproyeksikan nilai pasar ekonomi sirkular di Indonesia senilai US$ 15 miliar di 2022.

Ekonomi sirkular, seperti dilansir KLHK, adalah sistem atau model ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.

Ekonomi sirkular bukan hanya membahas pengelolaan limbah yang lebih baik dengan lebih banyak melakukan daur ulang, namun ekonomi sirkular juga mencakup serangkaian intervensi yang luas di semua sektor ekonomi, seperti efisiensi sumber daya dan pengurangan emisi karbon.

Kerja sama lintas intansi, lanjut Bambang, diperlukan untuk mencapai pemangkasan emisi karbon. Mantan Menteri Riset dan Teknologi/BRIN itu juga menyampaikan pemerintah nasional telah membuat komitmen terpadu untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius pada 2050. “Tujuan ke depan sangat jelas. Kita harus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan berupaya mencapai emisi nol pada tahun 2050 untuk memitigasi peningkatan suhu lebih lanjut,” ujar Bambang di Jakarta, Senin (6/11/2023).

Lebih lanjut, Iqbal menyampaikan Inalum berupaya menciptakan ekosistem ekonomi sirkular di Danau Toba sebagai bagian yang terintegrasi di wilayah operasional Inalum. Perseroan mengandalkan aliran air dari Danau Toba untuk menggerakkan turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Siguragura di Desa Paritohan, Kabupaten Toba Samosir dan PLTA Tangga di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Kedua PLTA ini berkapasitas 603 MW.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di PLTA, Inalum mengoptimalkan aliran air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba. Kemudian, air ini ditampung di Bendungan Pengatur Siruar, Siguragura, dan Tangga.

Lambas Sianipar, Humas Inalum, mengatakan teknisi rutin menginspeksi bendungan dan PLTA itu. Perawatan teknis dikombinasikan dengan pemantauan ekologi di sekitar bendungan, misalnya memantau level air atau tinggi muka air. “Agar ketersediaan air yang diperlukan untuk menggerakkan turbin di kedua PLTA ini tetap terjaga dengan baik,” tutur Lambas. Air itu menggerakkan turbin yang terkoneksi dengan generator untuk menghasilkan listrik.

Lantas, listrik dialirkan via 271 menara jaringan transmisi yang dikelola Inalum. Jaringan transmisi listrik dari PLTA ke pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung itu sepanjang 120 km. Untuk memproduksi 1 ton aluminium dibutukan pasokan listrik 14.000 kWh (killo watt hour) di fasilitas peleburan aluminium di pabrik Inalum, Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara.

Hawa panas menyergap tatkala SWAonline memasuki fasilitas tungku peleburan aluminium di smelter Inalum pada 18 Oktober 2023. Pria berbadan tegap menyapa ramah. Dia adalah Yuda Putra Utama (36 tahun), Superintendent Inalum, yang menjelaskan proses peleburan alumina menjadi aluminium di tungku fasilitas peleburan ini.

Dia memaparkan baragam aspek, semisal kebutuhan listrik untuk mengoperasikan tungku dan pemutakhiran teknologi tungku (pot). Jumlah tungku sejumlah 449 unit dari 510 unit telah dioptimalkan untuk meleburkan alumina menjadi aluminium cair.

Ada tiga jalur tungku (potline) di fasilitas ini. Rinciannya, potline 1 sebanyak 167 tungku, pot line II ada 115 tungku, dan potline III sejumlah 167 tungku. Dalam sehari, sebanyak 1,3 ton alumina dilebur. “Pasokan listrik dari PLTA Siguragura, kebutuhan listrik sekitar 0,89 MW (mega watt) per tungku. Proses peleburan alumina menjadi aluminium diproses di tungku-tungku itu,” ujar Yuda yang berkarier di Inalum sejak 2011.

Inalum bersama Emirates Global Alumina (EGA) pada 10 Oktober 2023 mengumumkan penyelesaian 5 tungku peleburan yang diperbaharui dengan menggunakan teknologi dari EGA. Langkah ini merupakan bagian dari rencana besar Inalum double capacity.

Direktur Utama Inalum, Danny Praditya, mengatakan kolaborasi Inalum dan EGA berhasil menghasilkan tungku peleburan yang lebih modern sehingga target perseroan untuk memproduksi hingga double capacity. Danny, dalam pernyataan tertulisnya itu, menyampaikan EGA sebagai perusahaan aluminium global di Uni Emirat Arab memiliki keahlian di bidang teknologi modern di sektor peleburan aluminium. “Keahlian tersebut membuat Inalum menjadikan EGA sebagai mitra kolaborasi dalam peningkatan kapasitas produksi aluminium di Kuala Tanjung,” ujar Danny.

Penyelesaian tungku percontohan merupakan bagian awal dari rencana besar Inalum mengembangkan 298 tungku di potline 1 dan potline 3 di pabrik smelter Kuala Tanjung. Transformasi teknologi ini meningkatkan kinerja tungku melalui peningkatan stabilitas operasional dan peningkatan efisiensi hingga 95%.

Selain proyek bersama EGA, Inalum juga melakukan beberapa aksi korporasi lain dalam rangka peningkatan kapasitas produksi sebagai respon atas tingginya potensi pasar aluminium nasional yang saat ini memiliki permintaan hingga 1 juta ton. Proyek-proyek tersebut antara lain, Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi yang akan selesai pada 2023, optimalisasi smelter Kuala Tanjung yang ditargetkan akan meningkatkan kapasitas produksi di 2024-2025, Proyek Diversifikasi Aluminium Remelt IAA, dan memperkokoh hilirisasi.

Adapun, penggunaan energi ramah lingkungan kian digencarkan Inalum. Selain listrik dari PLTA, Inalum menggunakan gas cair untuk mencetak aluminium. Danu, Superintendent Fasilitas Pencetakan Metal Cair Inalum, menjelaskan alumina yang dilebur diangkut oleh truk dari fasilitas peleburan untuk ditampung di dapur percetakan pada fasilitas percetakan.

Jarak kedua fasilitas ini hanya selemparan batu lantaran masih di dalam area smelter.“Sumber energi untuk 10 unit dapur percetakan aluminium menggunakan gas alam cair (LNG) yang dipasok Pertamina. Kebutuhan gas sekitar 200 per mmbtu (million british thermal unit) dalam sehari,” tutur Danu. Sebelumnya, fasilitas percetakan menggunakan solar dan listrik.

Aluminium cair itu dicetak menjadi aluminium ingot, aloy, dan billet. Produksi untuk ketiga produk ini sebanyak 700 ton/hari atau 200 ribu ton per tahun. Tahun depan, Inalum berencana meningkatkan produksi aluminium menjadi 300 ribu ton. Inalum pada 2022 memproduksi aluminium sebanyak 223 ribu ton dan menjualnya 237 ribu ton. BUMN yang berdiri pada 6 Januari 1976 ini membukukan pendapatan bersih yang tumbuh 57% di sepanjang tahun lalu (year on year).

Kinerja finansial Inalum berkontribusi terhadap pendapatan negara. Sebab, Inalum memberikan dividen kepada negara senilai Rp 900 miliar di 2022. Nilai dividen Inalum ini bertengger di jajaran Top 10 BUMN pencetak dividen tertinggi pada 2022. Kontribusi Inalum tak hanya ke negara, tetapi juga masyarakat sekitar di pabrik smelter.

Tak jauh dari pabrik Kuala Tanjung, Inalum menggeber budidaya cabai di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara. Desa Lubuk Cuik merupakan binaan Inalum sejak 2015 menggaungkan program CSR bertajuk Budidaya Cabai Lubuk Cuik (Babelucu). Desa ini berjarak 14 km dari Kantor Pusat Inalum dan pabrik peleburan di Kuala Tanjung. Desa Lubuk Cuik dilewati 5 unit tower jaringan transmisi listrik yang dimiliki Inalum.

Inalum mencatat program Babelucu telah menghasilkan dampak sosial yang melebihi biaya investasi (input) yang dikeluarkan. Hal ini dicerminkan melalui nilai SROI (social return on investment) selama 2022 yang mencapai angka 2,49 dan bermakna bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan mampu memberikan rata-rata dampak sosial senilai Rp 2,49. Perhitungan SROI ini dilakukan oleh pihak independen.

Pencapaian Program Babelucu di 2022.

Sumber : Inalum

Desa ini menjadi salah satu lumbung cabai terbesar di Sumatera Utara. Dalam satu hari dari kebun cabai ini bisa menghasilkan sebanyak 18 ton. Inalum dan petani cabai di desa ini tergerak untuk mengembangkan produk turunan cabai sejak 2017.

Perihal praktik pelaksanaan program CSR, Herry Ginanjar, CEO & Founder etKomunika (lembaga konsultan untuk pengelolaan ESG & Sustainability), menjabarkan program CSR yang ideal itu diimplementasikan jangka panjang. “Biasanya sekitar 5 tahun dan sudah tercapai outcome-nya, serta sudah terlihat dampaknya untuk masyarakat dan lingkungan pada program CSR-nya,” ujar Herry kepada SWAonline pada Rabu pekan ini.

Inalum dan anggota Grup MIND ID berupaya menciptakan praktik berkelanjutan.Perusahaan ini pada 2022 menanam bibit pohon sebanyak 616 ribu. Inalum menggagas program Pohon Asuh, yaitu program penanaman mangrove yang berorientasi pada keberhasilan tumbuh jangka panjang agar manfaat penanaman mangrove, di Desa Parupuk di pesisir Pantai Sejarah, Kabupaten Batu Bara. Inalum mengadopsi pohon mangrove sebanyak 250 batang untuk ditanam secara berkala selama tiga tahun serta berkolaborasi bersama Kelompok Tani Cinta Mangrove

Lalu, Inalum bersama anggota Grup MIND ID pada tahun lalu mencapai target pengurangan emisi sebesar 1% dari emisi business-as-usual (BAU), yaitu sebesar 240.000 tonCO2eq atau sebesar 6%.Dekarbonisasi berlanjut di periode berikutnya, yaitu pengurangan emisi karbon secara bertahap dari 691 ribu ton pada 2023 menjadi 5,3 juta ton pada 2030.

Inalum juga mempererat relasi jangka panjang dengan warga sekitar. Sebut contoh, Inalum mengembangkan sistem irigasi utama yang pertama kali di Desa Lubuk Cuik, memberikan bantuan berupa gapura sebanyak 2 unit, perbaikan saung tani, pembangunan icon desa, 5 unit tempat sampah, dan 30 karung pupuk.

Effendi Ibrahim, Staf Divisi CSR Inalum, mengatakan Inalum mendukung pembangunan infrastruktur, semisal membangun irigasi dan membimbing petani untuk melakukan hilirisasi cabai menjadi makanan olahan. “Ketika harga cabai sedang turun, petani bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari produk turunan cabai. Ke depannya, Inalum mengembangkan bibit cabai lokal, kami bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara,” tutur Effendi.

Inalum memberikan pembinaan dan pendampingan dalam pembuatan produk turunan cabai seperti saus, cabai bubuk, dan cabai kering. Hamida, Pjs Kepala Desa Lubuk Cuik, menjabarkan jumlah warga Desa Lubuk Cuik sebanyak 4.036 orang yang tersebar di 7 dusun. Warga yang berprofesi sebagai petani sebanyak 1.157 orang. Rinciannya, petani laki-laki sebanyak 967 orang dan perempuan 190 jiwa.

Luas lahan cabai di Lubuk Cuik mencapai 85 hektare. “Awalnya, lahan ini adalah lahan padi yang dulunya seluas 100 hektare. Saat ini, sisa lahan padi 15 hektare. Para warga mulai banyak yang beralih menanam cabai sejak 2014,” ungkap Hamida. Penyebab peralihan ini karena harga cabai lebih tinggi dibandingkan gabah kering.

Suirwan (38 tahun) disebut-sebut sebagai perintis budidaya cabai di Lubuk Cuik lantaran memulainya pada 2005. Suirwan berhimpun dengan petani lainnya di Kelompok Tani Makmur. Anggotanya sebanyak 86 orang yang menggarap lahan cabai seluas 24 hektare. Kolega Suirwan, yakni Supriyadi, menggarap lahan 28 hektare bersama para petani di Kelompok Tani Pasar Dua.

Shinta (33 tahun), isterinya Supriyadi, turut menekuni bidudaya cabai sejak 2014. Dia bersama ibu-ibu petani di Kelompok Tani Seroja mengolah lahan cabai seluas 6 hektare. Pada 2018, Shinta dan 16 anggota kelompok tani melakukan diversifikasi usaha karena mengolah cabai menjadi makanan olahan. Berkah Cabe adalah nama jenama produknya.

Sejak 2020, mereka menjual produk olahan cabai di di Instagram dan TikTok, Tokopedia, Shopee, dan Lazada. “Nama toko online kami Toko Cabe Bubuk Desa Lubuk Cuik,” tutur Shinta Ketua Kelompok Tani Seroja dan Ketua Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Lubuk Cuik.Produk mereka paling banyak terjual di Tokopedia. Nilainya berkisar Rp 500-600 ribu/bulan.

Inalum, kata Hamida, memberikan bantuan bibit cabai, pupuk dan alat produksi kepada petani cabai dan UMKM di Desa Lubuk Cuik. Selain itu, Inalum membantu bedah rumah warga sebanyak 3 unit.”Kami mengucapkan terima kasih kepada Inalum yang memperhatikan petani di Lubuk Cuik, Inalum sangat responsif dan berinisiatif membantu petani dan warga,” ucap Hamida yang merampungkan kuliah di Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Sumatera Utara.

Pendapat senada disampaikan Shinta. “UMKM dibantu Inalum yang memberikan oven hingga penggorengan. Kami difasilitasi Inalum untuk penjualan di market place dan toko-toko, membuat sticker kemasan, cara pengemasan dan alat produksi,” tutur Shinta.

Di sisi lain, Shinta bersama suaminya mengolah lahan cabai yang dimilikinya. Luasnya 1 hektare. Lahan ini dibeli bertahap. Dulu, pasangan suami-isteri ini menyewa lahan cabai seluas 20×20 meter. Harga sewa Rp 300 ribu per bulan. Mereka menyisihkan hasil penjualan cabai untuk membeli lahan.

Kini, pendapatan mereka dari lahan 1 hektare itu lebih tinggi dari upah minimum pekerja di Kabupaten Batu Bara yang berkisar Rp 40 juta per tahun.”Panen cabai di lahan 1 ha itu mencapai 6 ton sampai 8 ton setiap musim panen dengan harga rata-rata Rp 40 ribu per kilogram. Kami panen 2 kali dalam setahun,” ungkap Shinta. Apabila merujuk data ini, Shinta dan Supriyadi memanen cabai 12-16 ton/tahun. Omset penjualannya sekitar Rp 480-640 juta. Penjualan cabai ini meningkatkan kesejahteraan. Sebab, mereka bisa membeli lahan kelapa sawit seluas 4 hektare. “Duitnya dari hasil bertani cabai,” ucap Shinta.

Peningkatan kesejahteraan juga dirasakan perajin ulos di Desa Wisata Meat. Hasil penjualan mereka menambah pendapatan suaminya yang berprofesi sebagai petani padi. Risneria, misalnya, mampu membiayai kuliah anaknya, Ruth Merlius Yosika Sianipar, yang berkuliah di program studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung.

Setiap pekan, Risneria mengirim Rp 200 ribu ke puterinya itu. “Tapi, dia (Ruth) bilang kurang (uangnya), kau hemat.., hemat.., lah nak,” ucap Risneria dengan nada guyon. Risneria tersenyum mengisahkannya. Senyum yang tak jauh berbeda ketika Shinta mengisahkan peningkatan kesejahteraan sebagai petani cabai dan penggiat UMKM. Semoga, roda perekonomian keluarga mereka bergulir, seperti ekonomi sirkular yang dikreasikan Inalum untuk warga sekitar dan berdampak terhadap perekonomian regional serta nasional. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved