Corporate Transformation

Great Giant Foods, Transformasi Bisnis Mendorong Kinerja Berkelanjutan

Felix Amando, Head of Digital Innovation GGF.
Felix Amando, Head of Digital Innovation GGF.

Great Giant Foods (GGF) merupakan anak perusahaan Grup Gunung Sewu di bidang makanan dan produk pertanian. GGF berfokus pada produksi buah segar; olahan buah-buahan; makanan dan minuman kemasan seperti jus, protein, dan susu; serta tepung tapioka asli. Produk-produk tersebut dijual dengan merek: Sunpride, Duta, Re.juve, Hometown, dan Cap Kodok,

Produk andalannya adalah nanas kaleng yang sudah tersedia di lebih dari 60 negara. GGF merupakan tiga besar di dunia sebagai produsen nanas kalengan dan merupakan perusahaan yang terintegrasi dalam pengelolaan limbah, pabrik, dan perkebunannya.

Dalam melakukan bisnisnya, perusahaan yang mayoritas operasinya di Lampung Tengah dengan lahan produksi 30 ribu hektare ini menggunakan pedoman sirkular ekonomi. Dalam penerapannya, GGF meminimalkan limbah yang dihasilkan untuk diolah lagi menjadi produk bernilai tambah dan menciptakan competitive difference pada pasar.

“Kami tidak hanya melakukan zero waste management, tetapi juga melibatkan masyarakat untuk memberikan dampak (positif),” kata Yogie Rivaldy, Sustainability Risk Management Senior Specialist GGF.

Sejak 1979, GGF sudah melakukan banyak perubahan, mulai dari mengunakan cara-cara baru hingga mengadopsi digitalisasi dalam proses bisnisnya. Namun, ada beberapa masalah yang diidentifikasi.

Pertama, people. Masih banyak kekurangan dalam aspek agile dan accessibility karyawan terhadap sistem yang ada. Lalu, masih banyaknya work base berdasarkan paper dalam praktik bisnis yang menghambat administrasi dan jalannya analisis terhadap penilaian karyawan.

Kedua, process. Masih banyak proses yang dijalankan secara manual dan berbasis Excel. Proses ini menimbulkan banyaknya potensi error pada pengolahan data yang berpengaruh terhadap bisnis.

Ketiga, technology. Ada kekurangan integrasi antara teknologi dan pengetahuan yang menimbulkan inkonsistensi pengetahuan yang dibutuhkan untuk transfer knowledge di masa mendatang.

Perusahaan ini pun melakukan transformasi yang bertumpu pada tiga key driver dalam proses transformasi. Yaitu, menjaga kualitas yang dihasilkan, menjaga aspek keberlanjutan, dan melakukan sirkular ekonomi untuk bisa meng-generate peluang di masa mendatang,

Ketiga key driver tersebut didukung oleh tiga pilar. Pilar pertama, people. SDM merupakan aset perusahaan yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda transformasi yang dijalankan.

Pilar kedua, proses, yang dibutuhkan untuk memudahkan SDM menjalankan proses yang lebih efektif, efisien, dan akurat. Pilar ketiga, teknologi, dipercepat oleh digitalisasi yang digunakan untuk menyamakan data di lapangan dan integrasi pengetahuan yang ada sehingga menghasilkan long term value bagi GGF untuk bisa bertransformasi dan tumbuh berkelanjutan.

Adapun solusi yang dilakukan perusahaan ini ialah mengembangkan proses ketenagakerjaan yang lebih adaptif dan mengandalkan sistem traceability yang lebih akurat, mengembangkan pertanian yang presisi dengan konsep precision agriculture, serta melakukan product/service innovation dan keterlacakan produk melalui digital supply chain.

Dalam hal people, ada beberapa aspek yang dijadikan prioritas saat ini oleh GGF. Pertama, digital dextirity. Perusahaan ini ingin mendorong karyawan agar memiliki skill dan pemahaman terkait perubahan digital dan teknologi.

Kedua, regenerative and precision agriculture. Ini menjadi salah satu core dari business operation GGF.

Ketiga, smart manufacturing and manufacturing 5.0. Perusahaan ini ingin menyediakan alat untuk pekerja agar mereka bisa menyesuaikan skill, dan tidak hanya penggunaan tools tapi juga software, supaya perusahaan bisa converting proses operasi dari yang tadinya manual ke digital.

Keempat, food safety, blockchain, and traceability. Perusahaan ini tidak hanya sekadar melakukan ekonomi sirkular, tetapi juga harus bisa melacak proses produksinya dari penanaman hingga sampai ke tangan konsumen. Harapannya, konsumen bisa tahu buah yang mereka makan dari kebun mana dan dikirim dari mana.

“Untuk bisa meng-address semua itu, kami memiliki program dan infrastruktur yang dibuat untuk mendukung hal itu. Kami membuat program untuk meng-address learning and development system, seperti functional academy, leadership academy, dan certification,” Kimberly, Reward Partner Department Head GGF, menjelaskan.

Bicara precision agriculture, fokusnya ialah meningkatkan yield dari plantation dengan melihat dari sisi lingkungan, precision agriculture, infrastruktur, serta system and technology. Programnya dibagi menjadi beberapa area, yakni plant protection, nutrition dengan memberikan nutrisi yang tepat, dan water availability dengan memberikan kebutuhan air yang sesuai dengan kebutuhannya.

“Ketiga inisiatif ini didukung oleh farm management system, yaitu data-data yang di-capture oleh digital yang disajikan dalam dashboard dan dimonitor progresnya per masing-masing lokasi,” kata Felix Amando, Head of Digital Innovation GGF.

Adapun smart digitalization yang sudah diimplementasikan GGF yaitu boom spaying sensor, lebung volume sensor untuk mengetahui volume lebung, mixer sensor untuk meratakan feritilizer, soil moisture sensor untuk mengetahui apakah tanaman butuh disiram atau tidak, dan sensor microclimate untuk mengetahui kecepatan angin dan cuaca.

Data tersebut di-capture dalam satu sistem yang pada akhirnya bisa memberikan peringatan dini kepada petugas di lapangan. Sistem ini juga akan memberikan rekomendasi apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki problem yang ada.

Kemudian, dari sisi operational efficiency, GGF memiliki inisiatif dari area packing house, yaitu menambahkan barcode traceability untuk produk yang fresh, seperti pisang Sunpride. Inisiatif lainnya, dari area inbound transport, warehouse, outbound transport, sales, serta customer and consumer.

“Semua inisiatif tersebut untuk mendapatkan kualitas yang diharapkan sesuai dengan GGF. Harapannya, kami mendapatkan double revenue dan active outlet tumbuh tiga kali lipat,” ungkap Felix.

Dari berbagai program yang dijalankan, sudah terlihat hasilnya. Dari sisi transforming people capability, ada dua aspek. Pertama, competency fulfilment, telah berhasil memenuhi 80% digital dexterity sejak pertama kali diimplementasikan.

Kedua, employee engagement, berada di level 91% pada 2022 atau meningkat 7,22% dari level di tahun 2021. “Impact-nya adalah pekerja menjadi lebih mudah mengerjakan pekerjaannya,” ujar Kimberly. (*)

Anastasia AS dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved