Trends Economic Issues

Melambat, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Depan 2,4%

Memasuki bulan November 2023, risiko dan ketidakpastian global masih menunjukkan peningkatan. Amerika Serikat menghadapi peningkatan tekanan fiskal dan inflasi inti yang masih tinggi, ekonomi Tiongkok melemah akibat krisis properti, serta aktivitas perekonomian di Eropa sangat lemah dengan peningkatan defisit fiskal dan inflasi yang juga masih tinggi.

Menteri Keuangan Ri Sri Mulyani mengatakan, potensi downside risk lainnya yang perlu diwaspadai antara lain, eskalasi tensi geopolitik akibat perang di Ukraina dan Timur Tengah. Selain itu, kondisi geoeconomic fragmentation​, shock akibat perubahan iklim​, dan terbatasnya policy space global​ juga masih perlu diperhatikan.

Menkeu menegaskan, prospek pertumbuhan global masih lemah. Mengutip data IMF dan Bank Dunia, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 melambat.

“World Bank dan IMF masing-masing memproyeksikan pertumbuhan global untuk tahun 2023 sebesar 2,1% dan 3,0% (yoy), sementara untuk tahun 2024 diperkirakan mencapai 2,4% dan 2,9% (yoy). Selain itu, IMF memproyeksikan inflasi global sebesar 6,9% (yoy) pada tahun 2023 dan 5,8% (yoy) di 2024,” ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa November 2023, Jumat (24/11/2023).

Selain itu, PMI manufaktur global per Oktober 2023 juga masih berada di zona kontraksi, pada level 48,8. Sekitar 69,6% negara yang disurvei masih mengalami kontraksi aktivitas manufaktur, antara lain Eropa, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Vietnam, Kanada, Brazil, Afrika Selatan, dan Turki​, dan Australia.

“Aktivitas sektor manufaktur di Tiongkok kembali ke zona kontraksi​. Sementara AS mulai pulih dan PMI Indonesia dan India masih ekspansif meskipun melambat,” ungkapnya.

Menkeu melanjutkan, harga komoditas berfluktuasi dipicu faktor geopolitik dan cuaca. Harga minyak dunia turun 5,9% (ytd) ke level US$80,8 per barel, demikian pula harga gas alam dan batubara juga turun masing-masing 30,8% (ytd) dan 69,7% (ytd). Harga komoditas pangan dan pertanian juga mengalami penurunan secara year to date (CPO 10,1%, gandum 29,0%, kedelai 3,4%, dan beras 3,2%).

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved